Bab 2. Saling Memahami
Aldi tercengang menatap penampilan istrinya tersebut. Ae Rin memakai Erotic lingerie berwarna merah yang hanya menutupi bagian dada dan bagian intim dengan banyak tali kulit dan rantai sebagai penghiasnya. Di hadapan Aldi, Ae Rin memakai sebuah high heel yang cukup tinggi dan bando berupa telinga kelinci.
Aldi sampai tak sanggup mengatakan apa-apa melihat penampilan istrinya yang begitu menggoda tersebut. Entah mengapa tiba-tiba saja Ae Rin melakukan hal itu, padahal selama beberapa minggu belakangan mereka justru jarang sekali melakukan hubungan suami istri.
Ae Rin tersenyum sembari mengambil sebuah cambuk kecil dari dalam laci meja. Dia melangkah perlahan ke arah Aldi yang terikat tak berdaya bersandar di dinding. Ae Rin rupanya sedang mencoba saran dari Leony untuk bersikap sedikit nakal agar Aldi tak kehilangan hasrat pada dirinya.
“Gimana penampilanku sayang? kamu suka?” tanya Ae Rin dengan lembut.
“Suka sayang, hot banget!” jawab Aldi begitu antusias.
Ae Rin berdiri di hadapan Aldi dan merobek kaos tipis yang dikenakannya. “ZZRAAKKK ....” wanita itu juga menurunkan celana suaminya hingga kini tubuh Aldi terbuka sepenuhnya dihadapan Ae Rin.
Keyakinan Ae Rin semakin mantab saat mengetahui benda perkasa milik suaminya mulai terbangun karena penampilannya. Senyum tipis pun ditunjukkan Ae Rin dengan lirikan yang menggoda. Aldi tampak begitu tak sabar menanti apa yang akan dilakukan Ae Rin selanjutnya.
Ae Rin benar-benar berbeda malam ini, tubuhnya yang ramping dan kakinya yang jenjang membuatnya sangat pas mengenakan pakaian erotis itu. Meskipun tampak malu-malu dengan penampilannya tapi Ae Rin berusaha untuk bersikap kasar pada Aldi.
"Sayang kamu bener-bener hot pake ginian, tapi ada acara apa nih kok tumben ... CTASSS!! aduhhhh!!" Aldi terkejut karena tiba-tiba Ae Rin mengayunkan cambuknya ke pinggang Aldi.
"Aduh aduh duh pelan-pelan sayang," rengek Aldi berusaha menahan rasa panas di pinggangnya.
Dengan senyuman yang nakal Ae Rin mengambil sebuah alat untuk menutup mulut Aldi, sehingga kini pria itu hanya bisa berbicara dengan matanya.
Selanjutnya Ae Rin mengarahkan cambuknya mengangkat wajah sang suami. "Jawab aku dengan mengangguk untuk ya dan gelengkan kepala untuk tidak, oke!" pinta Ae Rin.
Aldi mulai merasakan ketegangan oleh sikap istrinya tersebut. Dia tidak mengerti apa sebenarnya tujuan Ae Rin berpenampilan demikian malam itu. Walaupun dia menyukai penampilan tersebut namun, dalam benak Aldi dia lebih menyukai istrinya yang apa adanya.
"Apa barusan kamu pulang bareng Desita?" tanya Ae Rin memulai aksinya.
Aldi berbohong dengan menggelengkan kepala karena khawatir Ae Rin akan marah padanya.
"CTASSSS ... yakin? jawab jujur!" ujar Ae Rin dengan lirikan yang sinis.
Aldi masih menggelengkan kepalanya menyanggah pertanyaan itu, dia yakin Ae Rin masih sangat mempercayai dirinya. Ae Rin pun melanjutkan dengan pertanyaan berikutnya.
"Kamu masih sayang nggak sama aku?" Spontan Aldi pun menganggukkan kepalanya.
"Yang bener ... CTASSS!!!" Ae Rin menamparnya lagi dengan cambuk seperti sedang mengerjai suaminya.
Aldi terus mengangguk dengan sedikit merengek karena kesakitan.
"Kamu suka nggak aku berpenampilan gini?"
Aldi mengangguk begitu antusias sembari menunjukkan jika dia tersenyum.
"Oke pertanyaan terakhir, kalau aku lepasin, kamu mau jadi anak baik atau anak nakal malam ini?" bisik Ae Rin di telinga Aldi.
Seketika suasana begitu menegangkan oleh bisikan tersebut, cahaya ruangan yang remang dan terus berganti membuat penampilan Ae Rin semakin sensual. Tanpa sadar benda kebanggaan Aldi pun bangkit oleh hasrat yang mulai tak tertahankan.
Tak lama kemudian Ae Rin pun tersenyum malu ketika merasa bagian bawah tubuhnya tersundul beberapa kali oleh benda tersebut. "Hihi dasar cowok, belum juga diapa-apain udah bangun aja," gumam Ae Rin.
"Ngg ngg nggg." Aldi mencobaa mengatakan sesuatu untuk menjawab pertanyaan tersebut, Ae Rin pun melepaskan penutup mulut Aldi.
Setelah benda yang menutupi mulutnya terlepas Aldi langsung mendaratkan sebuah ciuman pada Ae Rin, dia tampak begitu gemas dan tak sabar ingin segera menjamah istrinya tersebut. Ae Rin pun terkejut dan tertawa malu. "Hei jawab dulu donk main cium aja, nggak boleh!"
"Aku pengen jadi anak nakal dong, nakal banget liar, brutal kayak serigala, hihihi," jawab Aldi mencoba menggoda istrinya.
"Hmm ya udah gak jadi aku lepasin deh. Anak nakal harus dihukum biar jadi baik," goda Ae Rin yang bersiap mengayunkan cambuknya kembali.
"Ahaha aduhh ya udah deh aku jadi anak baik yang penurut deh. Cepet lepasin dong sayang udah kedutan nih di bawah," ucap Aldi yang malu-malu karena taak sanggup menahan pesona sang istri.
"Hihi udah nggak kuat ya, suruh tidur dulu adeknya baru aku lepasin, bisa nggak," pinta Ae Rin sembari menempelkan cambuknya pada bagian sensitif milik Aldi tersebut.
"Haha nggak bisa dong sayang, si adek minta diajakin mainan dulu, tar kalo udah capek baru deh bisa tidur," jawab Aldi mencoba merayu istrinya.
"Gitu? ya udah deh sini mama ajakin main." Ae Rin pun mulai berlutut di depan Aldi tepat di hadapan si Joni yang telah mengacung dengan kencangnya.
"Eh eh sayang lepasin dulu dong, masa aku diiket gini," rengek Aldi kembali.
Tanpa menghiraukan permintaan suaminya Ae Rin mulai menjulurkan lidahnya membasahi permukaan si Joni. Ae Rin berusaha memberikan pelayanan yang maksimal bagi pria yang dicintainya.
Aldi pun seketika melenguh merasakan kehangatan dari mulut Ae Rin. Seakan tubuhnya kehilangan kekuatan karena kenikmatan sentuhan itu, Aldi sampai terhuyung saat memejamkan matanya.
Sudah cukup lama dia merindukan belaian dari Ae Rin namun, karena kesibukan sang istri membuat Aldi selalu mengurungkan niatnya lantaran tak ingin membuat sang istri semakin kelelahan.
Aldi benar-benar terbuai oleh sentuhan dari lidah Ae Rin, dia tak memikirkan apapun selain merasakan setiap senti miliknya dibasahi oleh benda lembut tersebut. "Oohhh enak banget sayang, udah lama rasanya nggak ngerasain ini," gumam Aldi sembari memejamkan matanya.
Ae Rin tak hanya membasahinya, dia juga menggunakan kedua tangannya untuk memijat bagian yang lain. Sepertinya Ae Rin semakin handal dalam memuaskan suaminya, hanya saja melihat Aldi yang selalu tampak lelah membuatnya tak pernah meminta nafkah biologis tersebut.
Semakin lama tensi gerakan Ae Rin semakin cepat, ditambah pijatan dari kedua tangannya benar-benar membuat Aldi tak berdaya. Dia hanya dapat menerima semua kenikmatan itu tanpa bisa membalasnya.
Sampai hasrat yang meluap itu tak sanggup lagi terbendung lebih lama. Aldi mulai merasakan getaran pada area di sekitar kejantanannya. "Eh eh sayang, sayang aku mau keluar. Sayang ...."
Aldi pun tak sanggup lagi menahan sentuhan itu, sedangkan Ae Rin seperti tak mendengar ucapan Aldi lantaran terlalu fokus pada benda yang berada di mulutnya tersebut.
Sedetik kemudian ledakan lava hangat milik Aldi pun tak dapat dihindarkan. "Uaahhh ooohhh ... !!!"
Ae Rin terkejut dan spontan menarik wajahnya namun, sudah terlambat karena sebagian ledakan itu kini berceceran di wajah Ae Rin.
"Ya ampun sayang, maaf aku udah bilang kalau mau keluar," ujar Aldi panik khawatir istrinya akan marah.
"Ahaha huhu kena mukaku deh sayang," jawab Ae Rin.
"Maaf maaf sayang kamu nggak marah kan?" tanya Aldi sekali lagi meyakinkan Ae Rin.
"Nggak sayang, nggakpapa. Uh dasar nakal." Ucap Ae Rin menyentil si Joni. "Udah capek belum? apa masih mau main sama mama?" Imbuh Ae Rin beranjak dari posisinya dan melepaskan ikatan tangan Aldi.
Begitu tangannya terlepas Aldi bergegas meraih tisu basah di meja untuk membersihkan wajah istrinya. "Aduduh maaf ya sayank harusnya tadi bisa kutarik tapi gara-gara keenakan jadi pasrah."
"Iya nggakpapa trus gimana, si adek udah capek belum?" tanya Ae Rin dengan ekspresi wajah yang nakal.
"Hihi liat aja sendiri."
Ae Rin terkejut melihat keperkasaan Aldi yang masih tampak kencang setelah tembakan pertamanya. Selanjutnya Aldi mengangkat tubuh Ae Rin dan menghempaskannya di atas ranjang.
"Aduhh aww seremm ...," goda Ae Rin.
"Awas ya aku bales nih udah ngerjain aku pake ini." Aldi pun meraih cambuk kecil yang sebelumnya dipakai Ae Rin kepadanya.
Pria itu lantas beranjak naik ke atas ranjang bersiap untuk balas mengerjai istrinya dengan benda tersebut. Melihat itu Ae Rin pun panik dan berlari menghindarinya.
"Ahaha ampun ampun aku nyerah, hii serem banget hahaha."
"Hee nggak bisa, awas ya kalo ketangkep aku gigit grrrr!"sahut Aldi.
Keduanya pun terlibat kejar-kejaran di dalam kamar sebelum memulai ronde berikutnya. Beberapa menit kemudian keduanya sama-sama mencapai puncak kebahagiaan dalam kemesraan mereka.
Dalam kehangatan mereka mengingat kembali betapa dalamnya perasaan cinta yang telah mereka bangun selama ini. Aldi merangkul dan mengecup kening Ae Rin seakan tak ingin jauh darinya.
"Maaf ya sayang, aku takut kamu kecapekan jadi aku nggak pernah minta kamu buat melayani aku belakangan ini," ucap Aldi dengan penuh pengertian.
"Apaan sih sayang, nggak boleh gitu dong. Secapek apapun aku pasti layani kalau kamu mau, daripada tar kamu malah jajan diluar. Aku jadi ngerasa gagal jadi istri," sahut Ae Rin dalam dekapan Aldi.
"Gimana proyek kamu sayank? udah seberapa pembangunannya?" tanya Aldi.
"Hmm sekitar 60%. Kata Viona orang mereka mau datang tar liat progresnya tapi nggak tahu kapan sih."
"Hmm baguslah. Oh ya maaf sayang cuma mau info besok aku ada tugas keluar kota lagi, tapi paling sore sudah pulang kok. Cuma buat survei lokasi," ujar Aldi meminta ijin pada Ae Rin.
Ae Rin mengangkat wajahnya sedikit untuk menatap suaminya. "Hmm sama Desita lagi?"
Aldi tampak salah tingkah khawatir Ae Rin akan cemburu. "Ii-iya sama Celine dan Arie juga sayang nggak berdua doang," jawab Aldi.
"Oke sayang nggakpapa, jangan khawatir aku nggak cemburu kok. Aku percaya sama kamu." Ae Rin tersenyum manis sembari memeluk tubuh suaminya.
"Ii-iya sayang, terima kasih ya. Istri cantik, seksi dan kompeten kayak gini kalau masih diselingkuhin juga udah bener-bener parah tuh cowok," sahut Aldi yang begitu membanggakan istrinya.
Keesokan harinya di kantor Aldi.
"Hah kok jadi kita berdua aja yang berangkat? ya udah kita pending besok aja deh," ujar Aldi.
"Hh jangan gitu dong bos, ini kita ketemu 2 klien sekaligus lo masa mau cancel dua-duanya? lagian kan gak masalah kita berangkat sendiri aja," sahut Desita.
Aldi tampak cemas dan kebingungan.
***