# Pertemuan Laluna-Syakilla
“Ada apa? Sepertinya mood kamu lagi nggak bagus.”
Sosok Michael menoleh dan menemukan teman sejawatnya sudah datang membawa dua kopi susu kesukaannya.
“Napi dulu. Mungkin setelah itu pikiranku agak encer,” ledek Dave sambil nyengir kuda. Membuat tangan Michael melayang seketika ke arah pundak pria yang sedang berdiri di hadapannya.
“Aku bertemu dengan Almaira Laluna.” Seketika Dave menatap takjub ke arah Michael.
“O, ya! Lalu__
“Dia menghindariku.”
“Kamu bertemu Luna di mana? Kok bisa kebetulan begitu?”
“Di rumah sakit. Dia sedang menunggu neneknya yang sedang dioperasi.” Sekali lagi Dave terpana.
“Neneknya__
Anggukan kepala Michelin membuat Dave semakin terkejut.
“Aku juga tidak tahu itu nenek darimana. Tapi yang pasti Laluna sangat menyayangi wanita tua itu. Dia mengusahakan berbagai cara untuk bisa mengoperasi neneknya tersebut. Dan__
“Dan apa?”
“Laluna bersama laki-laki itu.” Dave mengerutkan dahinya. Bingung dan heran dengan jawaban Michael.
“Laki-laki itu? Maksudnya siapa?”
“Keenan Ananta.”
Bom!”
“Dia sudah bebas?” tanya Dave tak percaya.
“Bahkan dia tak pernah ditangkap. Hanya pemeriksaan sebagai saksi waktu itu dan dia dibebaskan karena waktu itu dia sebagai taruna. Tak ada sedikitpun bukti bahwa dia bersalah. Clarissa murni bunuh diri.”
Huft!
Hembusan napas itu seolah memberi pernyataan kekesalan pada sosok Dave.
“Tapi kalau memang iya dia tidak bersalah memang gak seharusnya ditangkapkan” mata Michael menatap tajam ke arah Dave.
Ditatap seperti itu Dave kemudian membuang wajah. Dia tahu saat ini teman sejawatnya itu sedang marah.
“Aku tidak bermaksud membela sahabat kamu itu.”
“Bekas sahabat!” Michele menegaskan. Dave lalu mengangguk. Mengiyakan apa yang dikatakan oleh temanya tersebut.
Dia tidak mau berdebat terlalu lama dan panjang dengan pria keras kepala itu. Karena dapat dipastikan dia sendiri yang akan kalah.
“Lantas apa yang akan kamu lakukan? Maksud aku, apa yang akan kamu lakukan pada Laluna. Saat ini dia sudah ketemu. Apa kamu akan mengatakan pada ibu tirinya?”
Dengan cepat Michele menggeleng. “Aku tak akan pernah mengumpankan apalagi menimbulkan Laluna pada wanita serakah itu,” jawabnya sertu marah.
Dave lalu menatap kembali pria sebaya dengannya itu. “Lalu__
“Pelan-pelan aku akan membawa Laluna kembali ke pelukanku. Karena dia itu milikku. Tak akan kubiarkan peristiwa masa lalu itu kembali terjadi.”
Sedikit kaget dan heran Dave dengan jawaban Michele. Ingin sekali pria itu membantah dan menanggapi apa yang dikatakan oleh Michael. Tapi pria itu abai karena dia tidak mau terjadi perdebatan besar antara dirinya dengan Michael. Saat ini Michelin dengan tidak baik-baik saja.
Pembicaraan itu pun terhenti saat seorang perawat memberikan jadwal pada mereka berdua dan mereka harus segera menunaikan tugasnya.
Di markas besarnya Jenderal Keenan Ananta kedatangan komisaris besar yang menjadi pimpinannya.
“Saya kecewa dengan kinerja kamu, Kemderal! Kenapa kamu sepertinya tak serius menanggapi masalah ini.”
“Maafkan saya, Pak! Saya akan perbaiki,” ucap Jenderal Keenan dengan menundukkan wajahnya.
Laki-laki berusia setengah abad yang ada di depannya itu menghela napas panjang.
“Apa kamu ada masalah, Keenan?@“ terdengar lebih rendah dan lunak suara komisaris tersebut.
Keenan memberanikan diri mendongak dan menatap wajah sang komisaris. Yang seolah tahu bahwa dirinya sedang ada masalah.
“Tidak , Pak. Saya baik-baik saja.” Komisaris itu kembali menarik napas lalu menghembuskannya.
“Besok malam makan makanlah bersamaku di rumah. Kamu bisa cerita masalah yang saat ini sedang kamu hadapi.”
Seolah tidak memprediksikan jawaban dari bawahannya itu, sang komisaris kemudian berjalan meninggalkan markas tersebut.
“Ada undangan resmi rupanya. Apa akan ada kelanjutannya setelah ini?” Jenderal Keenan menoleh dan mendapati sosok Kapten Tan sudah berada di ruangan itu.
“Kelanjutan apa?” tanya Jemseral karenanya acuh tak acuh.
“Ya, barangkali Pak Komisaris mau hadirin Jenderal a Keenan menantunya. Bukankah puteri Pak Komisaris masih singel. Dan setunya baru saja pulang dari luar negeri.”
Jenderal Keenan semakin abai dan acuh tak acuh saat mendengar apa yang dikatakan oleh Kapten Tan itu. Pria itu berjalan menuju ke meja kerjanya. Kapten Tan mendekat ke arah pimpinannya tersebut.
“Tapi sepertinya undangan makan malam kali ini istimewa,Jenderal. Lagi pula tak ada salahnya, Jemderal mencoba membuka hati. Sudah 2 tahun lebih Jenderal menyendiri.”
Keenan Ananta kembali menatap ke arah Kapten Tan. Kali ini tatapannya sangat tajam seakan ingin menerkam. Kapten Tan yang diperlakukan seperti itu segera mengerti. Lantas pria yang gak kalah tampannya itu segera pamit undur diri.
Keenan menghela napas setelah melihat anak buahnya itu pergi. Selalu seperti ini tiap ada undangan makan malam. Bahkan banyak anak buahnya juga teman-teman di luar kepemimpinannya selalu menyarankan dirinya kencan buta. Mereka memang gak pernah tahu bahwa sesungguhnya Keenan sudah memiliki seorang kekasih.
Hal itu memang sudah menjadi perjanjian antara Laluna dengan dirinya. Bahwa selama dirinya ditugaskan di markas besar hubungan mereka harus dirahasiakan. Keran tak ingin membebani gadis kecilnya itu dengan tugas yang saat ini sedang dia laksanakan.
Tugas Keenan tidak main-main. Pria itu ditugaskan memimpin penangkapan seorang teroris yang saat ini masih menjadi target operasi. Bahkan teroris itu sudah sangat meresahkan. Itu alasan Keenan selalu melarang Laluna untuk datang ke markasnya. Karena sewaktu-waktu bisa saja hal yang tidak diinginkan terjadi. Seperti beberapa bulan lalu di tempat yang berbeda terjadi bom bunuh diri yang dilakukan oleh anak buah teroris itu.
Setelah merapikan berkas yang ada di meja kerjanya, Keenan mencoba menghubungi sang kekasih. Namun panggilannya tak direspon oleh Laluna. Karena wanita itu sedang berjalan di luar rumah sakit.
Ada kegelisahan di hati gadis itu saat ini. Beberapa menit lalu dia kembali bertemu dengan sosok Michael yang masih berusaha membuatnya kembali ke keluarga besarnya.
Brukk!
“Akh, maaf. Saya tidak sengaja,” ucapnya sambil membantu seseorang itu mengemasi barangnya yang berjatuhan.
“Saya yang seharusnya minta maaf, Nona. Karena tidak hati1hati jalan dan akhirnya menabrak kamu.” Mereka saling bertatapan. Dan alangkah terkejutnya saat kedua gadis itu sudah saling melihat wajah masing-masing.
“Luna!”
“Syakilla!”
Mereka
Berdua kemudian saling berpelukan.
“Ya Tuhan. Sudah lama sekali kita berpisah. Hampir satu tahun.” Syakilla melepaskan pelukannya. Lantas kemudian menjewer pipi Luna.
“Wow! Sakit, Killa!” Syakilla tertawa terbahak mendengar jeritan Laluna.
“Itu artinya kita nggak sedang bermimpi. Baru saja aku akan mencari kamu lewat media sosial. Tapi ternyata kita dipertemukan di sini.”
Laluna ikut tersenyum lantas menatap kembali sosok sahabatnya tersebut.
“Kapan kamu datang?”
“Baru saja, Lun. Aku ingin mendengar semua tentangmu setahun terakhir ini. Aku kangen banget sama kamu. Termasuk kita itu.”
Dug!
Dada Laluna berdebar saat mendengar kalimat terakhir Syakilla.
“Apa kamu masih berhubungan dengan pria itu?” Laluna terdiam. Dia gak langsung menjawab pertanyaan Syakilla.