# Keraguan Laluna
Jenderal muda itu sudah sampai di ruangan di mana sosok yang Anita tua renta sedang terbaring lemah tak berdaya. Pria tampan itu memperhatikan dengan saksama ke arah pembaringan tersebut.
Ada rasa prihatin di dalam hatinya melihat kondisi wanita tua tersebut. Terlintas bayangan Laluna, gadis kecilnya yang terlihat menggemaskan dalam segala hal. Bahkan bibir sensual pria tersebut mengupas senyum mempesona saat teringat bagaimana tingkah polah gadis kecilnya.
Merasa sangat merindukan dan menyayangi gadis itu sepenuh hati padahal hubungan mereka belum ada satu tahun. Bahkan terjalinnya hubungan itu hanya sebatas ketidaksengajaan waktu dirinya kencan buta dengan seorang wanita yang ada di media sosialnya.
“Kamu siapa?” tanyanya waktu itu.
Laluna yang gelisah menatap wajah sang jenderal itu seketika merasakan detak jantungnya mau lepas.
“Gila! Tampan begini, Kak Syakila nggak mau kencan dengannya.” Waktu itu Laluna pun membatin dengan kekaguman yang besar pada sosok sang jenderal.
“Keenan Ananta,” ucapnya sambil mengulurkan tangan pada Laluna.
“Almaira Laluna,” jawab Laluna sambil menyambut tangan pria yang menyebutkan nama nya Keenan Ananta itu.
“Sepertinya kita nggak kenal. Salah orang mungkin. Soalnya wajah kamu berbeda dengan yang difoto.”
Wajah Laluna memucat seketika mendengar pernyataan pria itu. Lidahnya merasa kelu dan tangannya menjadi thremor saat itu juga. Terdiam dan tak bisa menjawab apa yang ditanyakan oleh laki-laki yang bergelar jenderal itu.
Keenan Ananta datang menemui sosok Laluna sengaja memakai seragam kebesarannya agar kencan buta yang sudah direncanakan oleh kedua orang tuanya itu gagal. Berharap kalau teman kencan buta ya mengetahui dia seorang tentara wanita itu akan mundur dengan sendirinya.
Menurut Keenan kalau seorang laki-laki menjadi seorang tentara apalagi bertugas lapangan menangkap teroris seperti yang menjadi tugasnya sekarang ini, wanita manapun akan menjauh dan gak mau menjadi pasangannya.
Keenan Ananta yang sudah hampir dua tahun menyendiri alias menjomblo itu memutuskan menerima kencan buta yang direncanakan mamanya hanya demi menyenangkan wanita yang sudah membuatnya lahir ke dunia ini.
Sebelumnya pria tampan itu menutup diri dan sangat dingin dengan makhluk bernama wanita. Ada masa lalu kelam yang membuatnya untuk tidak lagi membuka hati. Bahkan pria tampan itu sudah mengklaim dirinya untuk tidak berpasangan atau berumah tangga.
“Apa kamu mau menjadi kekasihku?”
Entah kalimat mana yang dia rencanakan untuk diucapkan oleh Keenan. Dia sendiri sangat terkejut saat tiba-tiba mengucap akan kata-kata itu.
Sedangkan Laluna bukan lagi terkejut mendengar tawaran dari sosok Keenan. Gadis yang baru saja menyelesaikan pendidikan menengah atasnya itu terlihat tak dapat berbicara. Adanya turun naik saking berdebarnya mendengar itu semua.
“Benarkah? Benarkah pria ini ingin aku menjadi kekasihnya? Bukankah seharusnya dia mencari wanita yang setara dan sepadan dengan kasta juga usianya?”
Semua perkataan dan pertanyaannya itu cukup dia ucapkan di dalam hati. Bahkan bibir Laluna pun tak bergerak sama sekali. Gadis muda itu hanya terdiam terpaku dengan pandangan seperti orang bodoh.
Jenderal yang bernama Keenan Ananta itu tersenyum tipis bahkan ada rasa bahagia saat mengingat semua pertemuannya dengan Laluna. Meskipun dia tahu bahwa wanita yang ada di media sosialnya waktu itu bukanlah wanita yang sering diajak komunikasi dengannya.
Entah wanita itu siapa. Sampai sekarang tak ada jawaban bahkan wanita itu menghilang seperti ditelan bumi. Dan Keenan sudah tak mau peduli. Hubungan yang dia jalin dengan Laluna yang awalnya hanya sebatas menyenangkan orang tuanya malah membawa malapetaka. Ibunya menentang keras-keras hubungan itu karena Laluna masih terlalu kecil. Dan pada faktanya pria itu benar-benar jatuh cinta pada sosok gadis belia itu.
“Tuan.” Jenderal itu menoleh sat mendengar panggilan itu.
“Luna. Kamu dari mana? Aku sudah lama menunggumu di sini.”
Laluna berjalan mendekati pria yang duduk menghadap ke arah pembaringan sang nenek.
“Maafkan saya, Tuan. Tadi ke ruang administrasi untuk menyelesaikan biaya nenek operasi. Terima kasih atas semua bantuannya. Dokter dan tim medis sudah menjadwalkan operasi nenek.”
Keenan, sang jenderal itu hanya tersenyum lantas menarik tangan ramping milik Laluna hingga tubuh gadis itu jatuh ke pangkuannya.
“Yang terpenting sekarang kondisi nenek kamu cekat ditangani. Aku mau nenek bisa sembuh seperti semula.”
Laluna menatap wajah tampan itu. Wajah yang akhir-akhir ini selalu dia rindukan. Bahkan ternayata Laluna benar-benar jatuh cinta pada pria yang usianya berjarak lumayan jauh dengannya itu. Namun setelah beberapa menit lalu Laluna merasa ragu dengan sang jenderal.
Pria itu semua tertidur di ruang tunggu dan meneriakkan nama wanita lain dalam mimpinya. Ingin rasanya Laluna menanyakan tentang wanita yang disebutkan namanya dalam mimpi Keenan. Namun dia merasa takut terlalu ikut campur masalah pribadi kekasihnya.
Namun akan lain ceritanya kalau sesungguhnya Keenan menyimpan wanita bernama Clarissa itu. Laluna tidak terima diselingkuhi dan dibohongi. Dia akan berteriak layaknya harimau yang mengaum kelaparan. Meminta penjelasan yang sejelas-jelasnya dari laki-laki yang sudah membuatnya jatuh cinta setengah mati itu.
“Sayang. Ada apa? Kok kamu diam?” Laluna menunduk dan menatap ke arah sang pria lantas menggeleng.
“Maaf kalau mengganggu. Nenek Soya akan segera dioperasi. Jadi kami harap Tuan dan Nona menunggu di ruang tunggu.”
Laluna dengan cekat turun dari pangkuan Keenan. Kakinya yang masih terluka terbalut perban itu itu sudah terasa mendingan.
“Baik, Sus. Terima kasih.”
Akhirnya mereka segera keluar dari ruangan tersebut. Melihat sang nenek sempat terbangun dan merasa sangat senang melihat kedatangan Laluna bersama dengan sang jenderal.
“Nenek jangan khawatir. Luna akan menunggu di luar.” Sang nenek hanya mengangguk dan melihat ke arah Keenan dengan tatapan penuh tanda tanya.
“Nanti setelah operasi Luna akan mengenakannya pada nenek. Dia teman Laluna.”
Nenek itu kemudian tersenyum senang. Lantas mengangguk dan akhirnya beberapa suster membawa sang nenek ke ruang operasi. Laluna dan sang jenderal menunggu di ruangan tunggu operasi.
Mereka berdua tampak cemas dan gelisah. Keenan menggenggam jemari sang gadis dengan erat. Tarasa dingin dan berkeringat.
“Banyak berdoa, Sayang. Agar operasi nenek lancar dan berhasil.” Laluna mengangguk.
Di ruang lain dua orang dokter laki-laki dan perempuan itu sedang berjalan ke arah ruang operasi yang terletak di ujung koridor lantai 2.
“Dokter Michele sudah siap? Ini pertama kalinya Anda melakukan operasi setelah Anda datang dari Kanada.”
Pria yang disebut Dokter Michael itu hanya tersenyum lantas mengangguk dan terus berjalan.
“Dokter Citra meragukan saya?” Dokter wanita itu pun tersenyum ramah dengan gelengan di kepalanya. Lantas mereka terus berjalan dan melewati ruang tunggu operasi. Alangkah terkejutnya Dokter Michele saat melihat dua orang berlainan jenis itu duduk di ruangan itu.
Jelas terlihat keterkejutan itu tidak main-main.