Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

HMT 5 - BASAH BERDUA

Hujan turun dengan deras. Di kamar, Tessa sedang menyiapkan pakaian Leo yang diambilnya dari dalam lemari.

Tanpa Tessa sadari, Alex sedang memperhatikan dari ambang pintu kamar. Pria itu tersenyum tipis saat Tessa menoleh.

"Alex? Sejak kapan kau berdiri di sana?" tanya Tessa dengan rahut wajah heran sekaligus terkejut.

Alex memalingkan pandangan sesaat sebelum bergerak maju memasuki kamar. Tessa masih berdiri memandangi dengan ekpresi yang sama.

"Tessa, aku ... aku ingin ke kamar kecil." Alex bicara dengan terbata-bata.

Tessa menangkapnya yang sedang berdiri di ambang pintu kamar. Alex kebingungan mencari alasan yang tepat. Dirinya pun tak tahu, mengapa mengikuti Tessa ke kamar.

Senyum tipis berkembang di bibir ranum Tessa. Tanpa ragu, dia mendekat pada Alex.

"Kau pasti kedinginan karena bajumu basah. Lekaslah bertukar pakaian di sana," ucap Tessa. Matanya menunjuk ke arah walk-in closet.

Alex mengangguk kecil. Tak mengatakan apa pun, pria itu segera memutar tubuh kekarnya menuju ruangan yang ditunjuk oleh Tessa.

"Hm, Alex!"

Suara Tessa mengejutkan Alex. Pria itu menghentikan langkah panjangnya.

"Pakailah ini." Tessa menghampiri dan segera menyodorkan pakaian Leo kepada Alex.

Alex menurunkan pandangan pada apa yang Tessa berikan, lalu mata hijau itu menatap ke mata Tessa. "Terima kasih," ucapnya.

Teleponable Alex yang khas membuat Tessa ingin mendengar suara pria itu lagi dan lagi.

Namun, dia tentu akan malu jika sampai Alex tahu. Yang Tessa lakukan hanya tersenyum manis menanggapi ucapan Alex.

Tubuh kekar itu segera berjalan menuju walk-in closet. Tessa melipat kedua tangan di depan dada. Sambil tersenyum kagum, dia memandangi Alex.

Sepuluh menit telah berlalu. Tessa sedang berada di kamar mandi. Tadinya, dia ingin membersihkan tubuhnya sebelum bertukar pakaian. Terkena air hujan, Tessa merasa tak nyaman.

Entah apa yang terjadi, keran di kamar mandi tak bisa ditutup. Akibatnya air terus mengalir tak bisa dihentikan.

Dalam balutan handuk putih, Tessa berusaha menghentikan cucuran air dengan menutup keran pakai kedua tangannya. Namun, kerannya memang rusak, dan air terus saja mengalir deras.

"Kyaaaa!"

Terikan Tessa mengejutkan Alex yang baru saja selesai mengganti baju dengan pakaian dari Tessa.

Apa yang terjadi pada Tessa? Mengapa dia berteriak?

Kurang lebih seperti itu yang ada di pikiran Alex. Rasa penasaran dan khawatir, menuntun langkah Alex menuju kamar mandi.

"Aaahh! Shit!"

Di kamar mandi, Tessa masih kewalahan dengan keran air yang rusak. Handuk putih yang mecmbalut tubuhnya turut basah karena semburan air.

Alex membulatkan sepasang matanya melihat keadaan Tessa saat ini. Pria itu masih berdiri di ambang pintu kamar mandi.

Tessa dan handuknya yang basah, dia terlihat begitu seksi dan membuat adrenalin lelakinya bergerar-getar. Alex menelan ludah kasar melihat rambut Tessa yang basah dan paha putih wanita itu.

Tak menyadari jika seorang pria sedang memandanginya, Tessa sibuk menutup keran air yang rusak. Hingga kemudian dia menoleh ke arah pintu. Alex terlihat sedang berdiri di sana.

"Alex? Syukurlah kau datang. Cepat bantu aku!" pinta Tessa dengan wajah panik yang begitu menggemaskan di mata Alex.

Pria itu dibuat terseret dari fantasi liarnya. Alex jadi tergugu. "Ah, iya! Aku akan membantumu."

Tessa segera mundur dan memberi kesempatan pada Alex untuk menangani keran yang rusak. Namun, semburan air itu malah membuat Alex kebasahan juga.

"Sudahlah, Alex. Kerannya memang rusak. Aku akan memanggil tukang saja. Kau jadi kebasahan kan?"

Melihat Alex yang basah kuyup, Tessa jadi tak enak hati. Tanpa dirinya sadari, penampilannya saat ini sungguh membuat Alex tak mampu berpikir jernih.

"Ambilah dan keringkan tubuhmu. Aku akan siapkan baju ganti yang baru," ucap Tessa pada Alex seraya menyodorkan sebuah handuk.

Alex mengangguk kecil, lantas diterima handuk itu. "Maaf, sudah merepotkanmu."

"Tak apa." Tessa melempar senyuman manis sebelum melenggang pergi.

Alex memandangi punggung Tessa menjauh.

Crazy!

Wanita itu membuat jantungnya berdebar-debar! Tubuh indah Tessa yang hanya dibalut dengan sehelai handuk, otak Alex menjadi kacau karenanya.

Di kamar, Tessa sudah mengenakan pakaian berupa dress tipis motif bunga panjang di atas lutut. Dia sedang berdiri di depan standing miror saat Alex muncul.

Tubuh Alex yang bertelanjang dada muncul pada cermin di depannya dalam bentuk siluet, Tessa menatap takjub.

Alex memiliki dada yang bidang. Gambar tato kepala serigala terlihat hidup di kulit yang kecokelatan. Pinggangnya kecil dan perutnya juga ramping dengan kotak-kotak menyerupai roti sobek yang berjajar.

Tubuh yang amat bagus dan idaman semua wanita! Tessa menggigit bibir bawahnya melihat Alex menuju padanya dari belakang.

"Alex, aku sudah menyiapkan baju ganti untukmu. Pakailah, aku akan keluar." Tessa bicara pada Alex saat mereka berhadapan. Matanya tak luput dari keindahan tubuh pria di depannya itu.

Tessa ingin lebih lama melihat Alex. Namun, itu tak mungkin. Bahkan, dia sudah memiliki suami. Apa pantas dia memandangi tubuh pria lain seperti sekarang ini?

Tatapan yang tak bisa dirinya sembunyikan, jika dia menginginkan Alex. Tessa berharap Alex tidak bisa menebaknya. Namun, sepertinya dia salah prediksi.

"Mengapa harus keluar? Aku ingin kau tetap di sini."

Alex mencekal lengan Tessa saat wanita itu hendak pergi. Genggaman itu mendebarkan hati Tessa. Wanita itu menatapnya dalam.

Alex semakin mendekat. Matanya menatap ke manik biru Tessa. "Tessa, kau sangat baik. Aku merasa nyaman saat bersamamu."

Astaga, apa yang Alex katakan? Jantung Tessa seakan mau meledak saja karenanya. Juga cara pria itu menatap, Tessa tak tahu harus menimpali seperti apa.

Keduanya hanya saling berbagi pandang beberapa detik, sebelum saling memalingkan wajah dalam senyuman tipis.

"Jadi, kau sudah memiliki istri?" tanya Tessa setelah Alex menyudahi ceritanya tentang pernikahan hampanya dengan Tracy.

Hujan mulai mereda, mereka duduk bersama di teras balkon. Sofa empuk yang Leo beli dari gajinya itu, memberi rasa nyaman bagi Tessa dan Alex. Mereka berbincang banyak malam ini.

Alex mengangguk. "Ya, tapi aku lebih terlihat seperti pria yang kesepian, bukan?" ucapnya lalu menoleh pada wanita cantik di samping.

Tessa menjernihkan tenggorokannya lebih dulu sebelum bicara. "Kisahku tak lebih baik darimu. Leo juga sering pergi bertugas. Aku juga kesepian ...," ucapnya merajuk.

Alex tersenyum tipis."Kurasa, Kapten Leo pria yang baik. Dia langsung pulang saat mendengar ada pencuri di rumah."

Tessa mengangguk setuju. "Kau benar, Leo memang pria yang baik. Namun, tugasnya sebagai seorang abdi negara sering membuatku kesepian. Lainnya, dia sempurna," ucapnya lalu tersenyum pada Alex.

"Kau sangat beruntung memiliki pasangan yang begitu perhatian padamu. Tak sepertiku. Tracy hanya memedulikan karirnya saja. Bahkan, dia tak mengingat hari jadiku." Alex merajuk.

Tessa tersenyum pahit mendengarnya, lantas diremas satu bahu Alex. Kasihan sekali. Pria setampan ini harus kesepian, pikirnya sedih.

Alex meraih jemari Tessa dari bahunya. Wanita itu dibuat tertegun saat dia menatap.

"Tessa, maukah kau menjadi temanku mulai sekarang?" tanya Alex dengan wajah serius.

Tessa mengangguk cepat. Hanya berteman, tidak masalah, pikirnya. Leo juga pernah memintanya mengandalkan Alex jika butuh bantuan, bukan?

Alex tersenyum senang, lantas dikecupnya jemari Tessa.

Kecupan itu memiliki arti yang besar bagi Alex. Mungkin juga bagi Tessa. Kecupan Alex membuat hati Tessa bergetar hebat.

Hingga saat pria itu pergi menuju rumah sebelah, Tessa memandangi dengan hati gelisah. Mengapa Alex pergi? Andaikan dia bisa menahannya untuk malam ini saja.

'Tessa, kau sangat baik. Aku merasa nyaman saat bersamamu.'

'Maukah kau menjadi temanku mulai sekarang?'

Malam itu Tessa didera inshomnia. Dia tak bisa tidur. Hatinya gundah tak jelas. Suara teleponable Alex terus saja ternginang-ngiang di telinganya. Suara khas itu ... Senyuman Alex, dia menyukainya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel