Bab 2
Retha memandangi layar benda pipih di genggamannya tanpa minat, jika biasanya ia akan menghabiskan waktu berjam-jam menatap layar ponselnya tanpa lelah, kali ini rasanya ia sedang tidak mood.
Rasanya ia ingin mencelupkan kepalanya ke dalam air es, sekiranya dapat mendinginkan fikirannya yang sudah mulai kacau sejak tadi pagi karena seorang lelaki bernama Farrel Manggala Wdyatmaja.
Cowok itu, membuat bibir Retha seharian komat-kamit membaca ayat kursi. Berharap agar jin di tubuh Farrel dapat keluar dan membuat Farrel berhenti mengganggu Retha, sayang tidak berhasil.
Drttt drttt drttt
Getaran benda pipih di genggamannya, membuat dahi Retha mengernyit. Seketika, pupil matanya membesar.
Farrel Manggala
Malam ini, temenin gue.
Astaga! Darimana cowok ini dapat id linenya?! Padahal kontak line Retha sangat pribadi, hanya orang-orang tertentu yang memilikinya.
Retha baru ingat sesuatu, ia langsung membuka grup LINE nya yang beranggorakan dirinya dan dua sahabatnya.
RDV (3)
Aretha Maharani : NGAKU, YANG KASIH KONTAK GUE KE FARREL, SIAPA?!
Deva Nadya : bukan gue plis
Aretha Maharani : VALERIE!
Valerie Agatha : Yes, I am.
Deva Nadya : emg dsr temen lucknut
Aretha Maharani : Val, apa motivasi lo :)?
Valerie Agatha : tadi Farrel minta, gue kasih aja, Tha. Nggak papa, kan?
Deva Nadya : ha ha ha :)
Aretha Maharani : Vale, gue berusaha ngejauh dari dia :').
Valerie Agatha : jangan dong, Tha. Ini kesempatan lo!!
Deva Nadya : kesempatan, lo kira main monopoli?
Valerie Agatha : sinis mulu, Deva ih.
Aretha Maharani : kesempatan apa, Vale sayang :)?!
Valerie Agatha : Retha, kali aja lo bisa ngerubah Farrel.
Aretha Maharani : Vale, nggak semua cowok itu kayak cowok lo. Yang gampang di rubah cuman gaa-gara cinta.
Deva Nadya : The problem is, Farrel nggak cinta sama Retha.
Valerie Agatha : Cinta itu bakalan tumbuh, seiring berjalannya waktu lo sering berdua sama Farrel.
Deva Nadya : jangan dengerin, Tha. Lebih baik fokus jauhin Farrel, terus balik lagi ke Radit. Jelas bagusan Radit kemana mana, ketos, cakep, kapten futsal, pinter, kurang apa?
Valerie Agatha : Farrel juga cakep, cakep banget malah. Tajir melehoy, kapten Basket, otaknya aja kurang encer.
Aretha Maharani : terus lah berdebat wahai sahabatku.
Kesal, Retha menghempaskan tubuhnya ke atas kasur berukuran kingsize-nya. Gadis itu mengusap gusar wajahnya, memikirkan betapa banyaknya beban masalah yang ia alami akhir-akhir ini.
Farrel, kenapa cowok itu harus hadir dalam hidupnya seminggu ini? Kenapa di pertemuan pertama mereka, sudah membuat kesan buruk seperti ini?
Radit, cowok itu sangat baik. Ia tidak memedulikan Retha yang sudah di cap Farrel sebagai miliknya, Radit masih sering menghubungi Retha. Dan, Retha senang akan hal itu.
Namun, bagaimana ia bisa lepas dari Farrel? Semakin Retha berusaha menjauh, semakin gencar cowok itu mendekat. Seandainya Farrel benar-benar menyukainya, mungkin Retha akan senang. Ini? Cowok itu hanya ingin membuatnya sengsara.
Apa yang harus Retha lakukan, disaat ia ingin mendorong orang itu semakin menjauh, namun orang itu semakin mendekat? Ah! Jika Retha tidak salah dengan pemikirannya, maka jawaban dari semua ini adalah 'mengikuti permainan Farrel'.
Ya, Retha akan menerimanya. Membuat Farrel kalah, karena ia tahu. Semakin ia melawan, semakin senang Farrel menyiksanya. Namun, apa yang terjadi kalau Retha mengikuti permainannya?
Sebuah senyum penuh kemenangan tercetak di bibir tipis Retha, seakan habis mendapatkan mendali emas di pertandingan, gadis itu melompat-lompat kegirangan di atas kasur karena berhasil menemukan jawaban.
Retha kembali membuka ponselnya, kali ini ia lebih senang. Dengan senyuman yang sedari tadi tidak pernah luntur dari bibirnya, ia mengetikkan sesuatu di sana.
Jari-jarinya menari-nari dengan lihay di atas layar touch screen itu. Selesai, Retha langsung mengirimkan pesan balasan itu kepada Farrel.
Farrel Manggala
Oke, Farrel :).
[Read]
Retha kemudian berjalan keluar kamarnya dengan sedikit melompat-lompat, kebiasaan kalau sedang senang. Ia kemudian berteriak kepada Ayahnya yang sedang berada di meja makan.
"Ayah, Retha malam ini boleh keluar, ya?" tanyanya dari atas.
Rio menengadahkan kepalanya, menatap putrinya yang bertengger di tangga menunggu jawaban. "Kemana, sama siapa?"
"Sama Farrel, yang kemaren jemput." jawabnya singkat.
"Jam 10 sudah harus pulang, okay?"
Retha mengangguk seraya memberi hormat dua jari pada Ayahnya. "Aye, aye, captain!"
*****
Dahi Farrel mengkerut, membuat lipatan demi lipatan bermunculan di dahinya. Bagaimana tidak? Aretha Maharani lah penyebab kerutan di dahi cowok tampan itu.
Gadis aneh yang pertama kali berani membalas tatapan Farrel dalam satu hari berubah dari Singa yang menakutkan menjadi kucing parit yang penakut.
Pesan singkat yang Farrel kirim via LINE tadi ternyata terbalaskan, ia sempat mengira Retha tidak mau karena pesan itu hanya ia baca. Namun, Farrel terkejut karena setengah jam berlalu baru gadis itu membalas pesannya.
Dan, yang membuat Farrel semakin bingung kala ia melihat balasan cewek itu. Sangat jauh dari ekspetasinya, ia kira Retha akan membalas menggunakan capslock dan berisikan rentetan kalimat tentang penolakannya.
Namun, balasan cewek itu cukup membuat Farrel tercengang.
Aretha Maharani
Oke, Farrel :).
Apa-aaan ini? Kenapa gadis itu dengan mudah menerima ajakannya, kenapa tidak menolak? Ini sungguh tidak asik! Farrel sudah membayangkan raut wajah merah padam Retha karena marah, namun hal itu buyar hanya karena satu pesan balasan singkat darinya.
Tidak asik, tidak menyenangkan, Farrel jadi bete. Hilang sudah hiburannya.
Seperti tidak kehabisan akal, sebuah ide jahat bin jahil melintas di otaknya. Ya, sebuah rencana untuk mengerjai Retha dan membuat gadis itu marah. Untuk menghibur Farrel tentunya.
*****
Mulut Retha seakan tidak bisa mengantup. Demi biji kerang ajaib, untuk apa Farrel membawanya ke ketempat seperti ini?!
Tempat ini merupakan sebuah jalan lama yang sudah tidak dipergunakan lagi, ralat sekarang tempat itu di gunakan sebagai tempat balapan.
Retha dapat menilai semua hal yang berada di sini terdapat unsur negatif. Lihat saja di sebrang sana, sekumpulan cowok seusianya sedang duduk di atas motor mereka masing-masing.
Berwajah 'nakal', berpakaian uraian, celana robek-robek, bertindik, rokok, astaga. Bahkan di samping mereka ada beberapa wanita berpakaian minim, bahkan ada yang hanya mengenakan hotpans dan baju senejnis... Bra?
Retha bergidik ngeri melihat itu semua. Kalau saja ia tidak mengingat ancaman Farrel waktu itu, pasti lah sudah ia melayangkan pukulan mautnya pada cowok yang sedang berdiri di sampingnya ini.
Sehabis membawa Retha kebut-kebutan bin ugal-ugalan di jalan raya, Farrel langsung melajukan motor besarnya ke tempat ini.
Tepat saat suara kenalpot Farrel menggema, semua pasang mata langsung tertuju pada mereka bedua. Tentu saja hal itu membuat bulu kuduk Retha merinding, berasa kayak pencuri yang tertangkap basah.
Belum lagi saat Farrel turun dari motornya, melepas helm fullface nya dan menyisir jambulnya ke depan. Retha meneguk salivanya, sama halnya dengan semua wanita yang ada disini.
Pikiran mereka hanya satu, tampan.
Retha yang masih duduk anteng di boncengan motor Farrel, terkejut karena tangan dingin cowok itu melepaskan kunci helmnya dan menariknya turun.
"Ada hujan batu ya barusan, atau udah mau kiamat?" tanya seorang lelaki berwajah sangar yang sedang berjalan kd arah Retha dan Farrel.
Farrel dan lelaki itu melakukan tos ala pria.
"Lebay." balas Farrel.
Lelaki itu melirik Retha yang berada di samping Farrel, membuat gadis itu bergidik ngeri dan bersembunyi di belakang punggu Farrel.
"Udah berubah ya, tipe cewek lo? Sekarang suka yang shy shy cat, kurang berpengalaman." komentar lelaki itu, ia terbahak.
Farrel juga ikut tertawa. "Jangan gangguin cewek gue, sana urusin kerjaan gue malam ini. Gue nggak bisa lama,"ucap Farrel seraya melirikan matanya ke arah Retha yang bersembunyi di balik punggungnya.
Larry, lelaki itu ikut melirik gadis yang berada di balik punggung Farrel. Kali ini ia tertawa lagi. "Alah, biasanya sampe subuh. Gara-gara ada ekor jadi pengen pulang cepet, ya?" goda Larry.
Tidak menjawab, Farrel hanya tertawa sembari mengibaskan tangannya untuk mengusir Larry. Lelaki itu menurut, kemudian pergi setelah mengerlingkan sebelah matanya pada Retha.
Farrel menarik Retha yang bersembunyi di balik punggungnya, dan membuat gadis itu berdiri di sampingnya.
Tangan Farrel bergerak merangkul pinggang Retha erat, dan mendekat. Kini, Farrel mendekatkan wajahnya, mendekatkan bibirnya ke telinga Retha.
"Larry," Bisiknya.
"Hah?"
"Nama cowok tadi, Larry."
"Gue kira lo nyuruh gue lari." ujar Retha dengan polosnya.
----------------------------------------------------------------------
Maaf ya pendek. Dua hari ini aku lagi kurang fit, hehe. Maaf juga kalo feelnya kurang dapet, soalnya aku ngetik ini cepet-cepet.