Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 9 . Tamu Adalah Raja

Menggunakan Bahasa Italia.

"Permisi, Tuan!" sela Ellena, saat tiba di dekat meja tamu itu. Lalu, dirinya mendorong pelayan yang ketakutan itu menjauh.

"Kamu mengerti perkataanku?" tanya pria asing berambut pirang itu.

"Secara garis besar, saya mengerti! Mohon maaf atas ketidaknyamanan kalian!" ujar Ellena sambil membungkukkan tubuhnya.

"Bukankah Tuan hendak memastikan semua makanan ini tidak mengandung kacang-kacangan?" tanyanya.

"Benar!" ujar Sang Istri tersenyum.

Beruntung, Ellena sudah mempelajari buku menu dan dirinya tahu semua makanan yang tersaji di atas meja bebas dari kacang.

"Aku yakin, Tuan dan Nyonya sudah membaca bahan apa saja, yang digunakan di setiap masakan itu pada buku menu. Ya, restoran kami menuliskan secara detail bahan-bahan yang digunakan untuk setiap masakan. Jadi, Tuan dan Nyonya dapat tenang!" jelas Ellena.

Dirinya yakin mereka dapat mengerti maksud perkataannya, walaupun tatanan kata yang digunakan kacau.

Tamu itu menganggukkan kepala, lalu pria asing itu mulai berkata, "Ini Restoran Italia, bukankah sudah sewajarnya para pelayan juga dapat berbahasa Italia?"

Semua pelayan mampu berbahasa Inggris, biasanya para tamu lebih condong menggunakan Bahasa Inggris. Namun, ada jenis manusia yang begitu mencintai bahasa ibu mereka! Bahkan lupa bahwa mereka adalah tamu di Negara yang mereka kunjungi.

Kembali lagi, tamu adalah Raja, jadi keluhannya hanya untuk disimpan di dalam hati dan tidak untuk diucapkan.

"Ada staff kami yang mahir berbahasa Italia. Namun, beliau pergi sebentar karena ada masalah mendadak!" Ellen mencoba menjelaskan.

Para pelayan dan tamu lainnya merasa lega, karena tamu itu sudah berhasil di tenangkan.

Ellena tersenyum dan menatap ke arah gadis kecil yang terus menarik pakaian Sang Ibu. Sang Ibu mendekati gadis kecil itu, dan gadis kecil itu berbisik kepada ibunya.

Ada apa lagi ini? Ellena merasa, gadis kecil itu menginginkan sesuatu.

"Maaf, alasan kami memilih restoran ini karena putri kami melihat itu dari depan!" ujar Sang Ibu sambil menunjuk ke arah Grand Piano putih.

"Apakah kalian bisa memainkan sebuah lagu untuk putri kecilku ini? Dirinya sangat menyukai musik piano!" pinta Sang Ibu.

Ellena menelan ludah, Sang Pianis akan tiba setiap pukul 7 malam. Tapi, ini baru pukul 6 dan masih satu jam sebelum Sang Pianis tiba.

Melihat Ellena tidak mengiyakan permintaannya, gadis kecil itu cemberut dan mulai menangis. Semua mata kembali tertuju kepada mereka. Ellena spontan menghampiri gadis kecil itu dan jongkok di sampingnya.

"Maaf, tetapi pianis kami baru akan tiba pukul 7!" jelasnya.

"Tapi, aku ingin mendengarnya sekarang!" pinta gadis kecil itu disela tangisannya.

"Baiklah! Baiklah! Aku akan memainkannya untukmu! Tapi, aku tidak begitu hebat!" ujar Ellena mencoba menghentikan tangisan gadis kecil itu.

Secercah senyuman muncul di wajah gadis kecil itu yang langsung bertepuk tangan dengan gembira.

"Lagu apa yang ingin kamu dengar?" tanyanya.

"Apa saja!" jawab gadis kecil itu dengan gembira.

Wajah kedua orang tua gadis itu juga mulai tersenyum.

Ellena berdiri dan berjalan ke arah Grand Piano itu berada, dengan semua mata tertuju pada dirinya.

Apa yang telah dilakukannya? Apakah dirinya akan di pecat? Seharusnya, tadi dirinya tetap diam di tempat! batinnya.

Ellena membuka penutup tuts piano dan duduk di kursi kulit itu dan menariknya maju. Dirinya menatap ke arah gadis kecil tadi yang menatapnya dengan penuh senyuman.

Ellena membalas senyuman gadis kecil itu.

Kemudian,.Ellena memusatkan perhatiannya ke tuts piano dan menghela napas. Sudah 2 tahun lebih, dirinya tidak bermain piano. Apakah dirinya masih ingat caranya? batinnya risau.

Jari jemarinya diletakkan di atas tuts dan memainkan nada awal. Selanjutnya, jari jemarinya menari lincah di atas tuts. Ellena membawakan instrumen 'Canon in D Major' dengan ritme yang cepat. Dirinya sangat menyukai lagu ini dan suasana hatinya berubah gembira.

Awalnya para tamu dan pelayan tidak berharap banyak. Mereka mengira pelayan itu hanya akan memainkan lagu anak-anak sederhana. Namun, siapa sangka penampilannya bak pianis profesional.

Semua tamu merasakan hal yang sama dengannya karena Ellena membawakan instrumen itu dengan penuh perasaan. Akhirnya, lagu itu selesai dan Ellena menatap ke arah gadis kecil itu, yang masih tersenyum pada dirinya.

Gadis kecil itu bertepuk tangan untuknya, lalu Ellena berdiri dari duduknya dan membungkuk memberi hormat. Kedua orang tua gadis itu ikut bertepuk tangan. Seperti efek domino, akhirnya seluruh restoran dipenuhi gemuruh tepuk tangan.

Wajah Ellena merona, siapa sangka dirinya akan mendapat sambutan seperti itu.

Lalu, dirinya turun dari panggung kecil di mana Grand Piano itu berada dan menghampiri meja tadi. Ellena pamit dan kembali ke belakang restoran.

"Kamu sangat hebat!" seru pelayan lain yang menghampirinya.

"Hebat? Tidak! Apakah aku dalam masalah?" tanya Ellena penuh khawatir.

"Ya! Kamu dalam masalah besar!" seru Manager dari belakangnya.

Ellena terlompat kaget dan berbalik menghadap Sang Manager. Dirinya membungkukkan tubuh dan meminta maaf kepada Sang Manager.

"Maafkan aku Tuan!" Ellena masih membungkukkan tubuh tidak berani menatap pria itu.

"Ikut aku!" ujar Sang Manager dingin dan berjalan menuju ruang kerjanya.

Ellena menatap pelayan lain yang sama ketakutan dengan dirinya. Dirinya pasrah dengan apa yang akan terjadi, salahnya sendiri mengapa terlalu mencampuri urusan orang lain.

Dengan langkah berat dan tubuh lemas, Ellena berjalan menuju ruang kerja Sang Manager.

Tok tok tok!

Ellena mengetuk pintu perlahan.

"Masuk!" ujar Sang Manager dari dalam ruangan.

Ellena masuk dan menutup pintu, lalu duduk di hadapan Sang Manager.

"Dari mana kamu belajar Bahasa Italia?"

"Dulu aku pernah ikut kursus tata krama. Di sana ada diajarkan dasar-dasar Bahasa Italia dan Perancis yang umum digunakan!" jawabnya.

"Lalu, apakah kamu juga pernah kursus piano?" tanya Sang Manager kembali.

Ellena mengangguk.

Sang Manager menatapnya dengan antusias.

"Terima kasih!" ujar Sang Manager tulus.

"Aku meninggalkan restoran sejenak, karena ada urusan genting! Itu adalah tindakan yang salah! Beruntung dirimu membantu menenangkan tamu itu! Setiap tahun, Restoran akan kedatangan tamu rahasia! Tamu yang memberikan penilaian di majalah kuliner ternama di Negara ini! Kita tidak tahu siapa dan kapan, intinya setiap hari kita harus melayani seakan tamu rahasia itu sedang duduk di salah satu meja!" jelas Sang Manager.

Ellena bernafas lega, dirinya mengira akan dipecat. Beruntung keputusannya tepat dan dapat membantu menjaga reputasi restoran ini.

"Apakah kamu bersedia menjadi pianis untuk hari Senin malam dan Minggu siang? Karena pianis kita hanya dapat masuk pukul 7 malam dan akan off setiap hari Senin!" pinta Sang Manager.

"Tentu restoran akan membayar lebih untuk itu!" jelas Sang Manager kembali.

Ellena menggelengkan kepalanya dan berkata, "Tuan tidak perlu membayar lebih! Aku akan memenuhi permintaan Tuan!"

"Itu harus!" jawab Sang Manager.

Begitulah perkembangan karir Ellena. Dirinya mulai menjadi pianis pengganti dan itu membuatnya mendapat bayaran lebih.

***

Di Negara S, tepatnya di salah satu studio foto di dalam gedung perusahaan majalah ternama, Kevin Kang sedang memotret model untuk perusahaan majalah itu.

Marco Kang berdiri di sekitar studio dan melihat bagaimana pamannya bekerja. Walaupun terkenal playboy, tetapi Sang Paman selalu menjaga profesionalisme di lingkungan kerja. Marco Kang dapat melihat para model menatap Sang Paman dengan penuh damba.

Marco Kang sendiri belum terbiasa dengan lingkungan baru ini. Para model selalu tampil seksi bahkan terkadang tanpa busana dan berdiri di hadapan mereka. Sang Paman menatap mereka layaknya sebuah objek, tetapi dirinya kesulitan untuk itu.

Hari ini konsep foto ada kembali ke alam, di mana sebagian model di foto tanpa busana.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel