Bab 8 . Putri Keluarga Lee??
Masih di Negara S, tepatnya di apartemen mewah, yang berada di jantung kota.
Klik!
Pintu apartemen terbuka, seorang pria tampan melangkah masuk dengan langkah lebar.
"Paman!" sapa Marco Kang, saat melihat Kevin Kang masuk ke dalam apartemen.
"Marco! Ayo, ganti pakaianmu, kita akan berpesta dengan para model seksi itu!" ujar Kevin Kang sambil melepaskan jaket kulitnya.
"Tidak, Paman! Aku tidak ikut!" tolak Marco Kang dan berjalan menuju sofa kulit hitam yang mewah, kemudian duduk di sana.
Kevin Kang berjalan ke arah meja bar dan menuangkan segelas wiski dan meneguknya perlahan. Kevin Kang berjalan ke arah sofa dan duduk di samping keponakannya.
"Kamu punya pacar?" tanya Kevin Kang sambil meletakkan gelas ke atas meja tamu dengan design minimalis, lalu menggulung lengan kemejanya.
"Tidak, Paman!" jawab Marco Kang sambil tersenyum.
"Jangan fokus dengan satu wanita saja! Karena nantinya kamu akan berakhir sakit hati atau kecewa! Kencani wanita cantik dan ganti setelah merasa bosan!" ujar Sang Paman sambil kembali meneguk wiski miliknya.
Marco Kang menatap pamannya, tentu dengan penampilan bak Dewa Yunani, Sang Paman tidak akan kekurangan wanita yang bersedia dikencani.
Wajah Sang Paman sempurna, mata besar, hidung mancung, bibir penuh, keindahan wajah itu disempurnakan dengan wajah persegi yang terpahat sempurna. Rambut Sang Paman panjang sebahu dan biasa diikat model Man Bun ke atas kepala.
Untuk postur tubuh juga sempurna, tinggi pamannya melebihi dirinya yang sudah sangat tinggi. Otot menghiasi seluruh tubuh Sang Paman, yang sangat senang berolah raga, dan kulit kecoklatan Sang Paman membuatnya semakin terlihat seksi.
Sebagai sesama pria, Marco Kang mengakui Sang Paman sebagai Casanova* masa kini.
"Baiklah! Jika kamu berubah pikiran, temui aku di Klub XYZ!" ujar Sang Paman sambil berdiri dan berjalan menuju kamar tidurnya untuk berganti pakaian.
***
Kembali ke Negara A, tepatnya di kota tempat Ellena Lee berada.
Rutinitas setiap hari selalu sama, tetapi hari ini sedikit berbeda, karena dirinya akan mulai bekerja di Restoran Italia untuk shift malam.
Tepat pukul 5.30 sore, Ellena tiba di Restoran itu. Setelah perkenalan singkat, Ellena berjalan ke ruang ganti untuk mengenakan seragam. Kemeja putih lengan panjang pas badan, dipadu dengan rok sempit berwarna hitam selutut. Penampilan ini disempurnakan dengan apron merah tua melingkari pinggangnya.
Semua pelayan harus menyanggul rambut mereka, hal itu untuk mencegah rambut mereka terjatuh di sekitar restoran. Ellena memoleskan lipstik berwarna merah yang diberikan oleh pihak Restoran. Secara keseluruhan penampilan pelayan wanita di restoran terlihat sama.
Hari ini, dirinya hanya mengikuti seorang pelayan senior. Melihat dan mempelajari apa yang pelayan itu lakukan. Saat ini, pelajaran tata krama yang dipelajarinya bertahun-tahun bermanfaat, dirinya mengenal semua jenis peralatan makan dengan kegunaan mereka masing-masing. Bahkan Sang Guru juga mengajarkan Bahasa Italia dan Perancis yang umum digunakan.
Para pelayan tidak banyak berbicara, mereka semua bekerja dengan penuh tanggung jawab. Sebab, ini adalah Restoran berbintang yang artinya mulai dari tempat, menu sampai pelayanan harus sempurna.
Pukul 7 malam, seorang Pianis, pria muda bertubuh tinggi kurus berpakaian rapi, mulai memainkan Grand Piano. Alunan piano memenuhi ruangan ini, suasana romantis begitu pekat.
Ellena menatap ke arah Sang Pianis, dirinya tahu lagu itu. Dahulu dirinya sering memainkannya, jari jemari Ellena mulai bergoyang di sisi tubuhnya.
Ellena tersenyum dingin, dulu dirinya mengikuti semua kursus itu karena dirinya adalah Nona Muda Keluarga Lee. Namun, takdir seakan mempermainkannya, dirinya berakhir menjadi pelayan di restoran mewah ini berkat ibu tirinya.
Hari pertama di restoran dilewati dengan baik. Para pelayan menerima dirinya dengan baik, begitu juga dengan Sang Manager yang sepertinya merasa lega. Ellena tidak tahu mengapa, tetapi Sang Manager terlihat sangat khawatir dirinya akan membuat masalah.
***
Sore berikutnya, saat Ellena masih berada di Dojo, ponselnya berdering. Nomor pemanggil tidak di kenal.
"Halo."
[Ellena, ini Bibi Mou! Pakaianmu sudah Bibi kemas! Dapatkah kamu mengambilnya hari ini? Nyonya Lee juga ingin bertemu denganmu!]
"Baik, Bi! Aku akan segera ke sana!"
Sambungan telepon diputus, Ellena tidak ingin mempersulit Bibi Mou jadi dirinya meminta izin kepada Paman Gu agar dapat pergi lebih awal.
Ellena pergi ke rumah Keluarga Lee dengan menggunakan bus umum. Setibanya, Ellena masuk dari pintu belakang dan mencari Bibi Mou.
"Ellena!" sapa Bibi Mou sambil memeluk dirinya erat.
"Pakaianmu tidak banyak! Hanya satu kantongan ini!" ujar Bibi Mou sambil menunjuk ke arah kantongan yang ada di lantai.
"Terima kasih, Bi!"
"Ellena, Nyonya Lee menunggu dirimu di ruang tamu!" ujar Bibi Mou dengan cemas.
"Baik, Bi! Jangan cemas aku akan baik-baik saja!" hiburnya lalu berjalan ke depan menuju ruang tamu.
Ellena melihat Bibi Yihua duduk di sofa, wanita itu selalu terlihat anggun dan cantik, tetapi hal itu tidak di dukung dengan sikapnya.
"Ini!" ujar Bibi Yihua sambil melemparkan sebuah undangan berwarna emas di atas meja tamu yang baru.
Ellena mengambil undangan mewah itu dan membukanya. Itu adalah undangan pernikahan Bibi Yihua dengan Tuan Kang, ayah Marco Kang tepatnya.
"Aku tidak bisa hadir!" ujar Ellena dingin. Dirinya tidak peduli dengan acara bahagia wanita itu.
Bibi Yihua berdiri dan berjalan menghampirinya.
"Kau tahu, aku sebenarnya juga tidak ingin dirimu terlibat di acara penting seperti ini. Namun, sebagai putri Keluarga Lee, setidaknya kamu harus menunjukkan batang hidungmu!" ujar Bibi Yihua dingin.
"Putri Keluarga Lee? Bibi masih ingat akan hal itu?" tanyanya sinis.
"Cukup hadir saja! Jika kamu ingin bekerja di perusahaan setelah lulus kuliah!" jawab Bibi Yihua sama dinginnya.
Apakah itu artinya, jika dirinya tidak hadir, maka dirinya tidak diijinkan bekerja di perusahaan ayahnya? batinnya geram. Kedua tangannya yang berada di samping tubuhnya terkepal kuat.
"Kenakan pakaian ini dan pastikan tiba sebelum acara dimulai! Kita harus berfoto bersama!" ujar Bibi Yihua dan meletakkan sebuah kantongan milik perusahaan fashion mereka, lalu berjalan pergi meninggalkan dirinya.
Baiklah! Demi masa depannya, dirinya harus bersandiwara sejenak! Itu setimpal! Ellena mengambil kantongan itu dan pergi menemui Bibi Mou untuk mengambil pakaiannya.
Ellena kembali ke Dojo dan meletakkan kantongan di kamarnya, lalu berangkat ke restoran.
Ellena mengenakan seragam, merapikan rambutnya dan memoleskan lipstik di bibirnya. Lalu, dirinya keluar dari ruang ganti.
Saat tiba di bagian depan restoran, dirinya dikejutkan oleh suara seorang pria yang cukup keras. Sepertinya tamu itu sedang marah.
Ellena menghampiri salah satu pelayan yang menatap ngeri ke arah meja tamu itu.
"Ada apa?" tanyanya.
"Entahlah! Pria itu marah, tetapi kami tidak mengerti perkataannya!" jelas pelayan itu.
Ellena memasang telinga sambil menatap ke arah meja tamu itu. Sepasang suami-istri dan seorang gadis kecil, sepertinya anak mereka.
"Pria itu berbicara bahasa Italia!" gumamnya.
"Kita tahu itu! Namun, masalahnya hanya Manager yang dapat mengerti bahasa itu dan Manager tidak ada di tempat! Selain itu Kepala Koki juga mengerti sedikit, tetapi pria itu tidak dapat meninggalkan dapur saat restoran ramai seperti ini!" jelas pelayan itu kembali.
Ellena melihat bagaimana ketakutannya pelayan yang sedang dimarahi pria asing itu.
Spontan dirinya berjalan ke arah meja itu, dirinya kurang-lebih paham apa yang hendak disampaikan oleh tamu itu.
*Casanova adalah nama seorang ahli tentang perempuan dan petualang seks di zamannya. Nama lengkapnya, Giacomo Girolamo Casanova lahir di Venesia di tahun 1725, ketika kota itu menjadi pusat kejahatan, judi dan karnaval.