Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 7 . Dewa Keberuntungan Menghampiri Dirinya

Keesokan harinya, seperti biasa Ellena pergi kuliah dan membantu di Dojo. Berkat ponsel pemberian pria itu, dirinya tidak lagi perlu menunggu di depan klub untuk menerima pesanan sebagai supir pengganti. Namun, karena tidak lagi bekerja di swalayan, penghasilannya berkurang dan itu sangat mengkhawatirkan.

Ponselnya berdering dan itu membuat dirinya terkejut. Ellena belum terbiasa menggunakan ponsel itu. Panggilan masuk itu dari Paman Lu.

"Halo, Paman Lu! Ini masih siang, apakah ada yang memesan supir pengganti?" Ellena bertanya.

"Bukan! Bukan! Paman mau tanya, apakah kamu sudah mendapat pekerjaan untuk malam hari?"

"Belum, Paman!" jawabnya.

"Bagus! Bagus! Paman mendengar restoran tepat di samping Klub sedang mencari pelayan untuk shift malam! Apakah kamu tertarik?"

"Tentu, Paman! Terima kasih!" Ellena berseru girang.

"Kalau begitu, selesai dari Dojo kamu langsung ke sana ya!" pinta Paman Lu.

"Baik, Paman! Terima kasih!"

Ellena memutuskan sambungan telepon dengan senyum di wajahnya.

Paman Lu menyimpan ponsel lusuh ke dalam saku celananya. Paman Lu tersenyum, dirinya yakin ini perbuatan Tuan Muda Kang. Manager restoran itu mendadak menghampirinya dan berkata mencari pelayan untuk shift malam serta bertanya apakah dirinya memiliki kenalan. Orang pertama yang diingatnya adalah Ellena.

Selama dirinya menjaga lahan parkir, selama puluhan tahun, Sang Manager belum pernah tersenyum atau menyapa dirinya. Mendadak hari ini, dirinya dihampiri dan ini pasti karena perintah Tuan Muda Kang. Klub dan restoran itu adalah milik Keluarga Kang.

Ellena melewati siang hari dengan begitu gembira. Dirinya berharap dapat segera bekerja dan mampu menyewa sebuah kamar kecil, jadi dirinya tidak lagi perlu menumpang di rumah Paman Gu.

Setelah selesai dari Dojo, Ellena pergi ke rumah kediaman Lee terlebih dahulu. Dirinya masuk dari pintu belakang untuk mencari Bibi Mou, karena yakin wanita itu sangat mengkhawatirkan dirinya.

"Bibi ...!" panggilnya perlahan sambil mengintip dari pintu belakang kediaman mewah ini.

Bibi Mou yang sedang memasak, seketika mematikan kompor dan berlari ke arahnya. Bibi Mou membuka pintu belakang dan memeluknya erat.

"Ellena! Bagaimana kabarmu? Kamu tinggal di mana selama beberapa hari ini?" Bibi Mou bertanya dengan cemas.

Ellena melepaskan pelukan Bibi Mou dan berkata, "Aku baik-baik saja, Bi! Aku tinggal di Dojo bersama Paman dan Bibi Gu!"

Bibi Mou menghela napas lega dan berkata, "Bibi sungguh terkejut, sewaktu melihat ruang tamu yang begitu berantakan, pagi itu. Nyonya Lee berkata, kamu tidak lagi tinggal di sini! Hanya itu yang dikatakannya!"

Ellena mengangguk, seraya berkata, "Benar, Bi! Aku tidak lagi tinggal di sini! Aku akan menyewa kamar yang dekat dengan Kampus, jadi aku tidak perlu bangun terlalu pagi!"

Ellena tidak menceritakan kejadian malam itu, dirinya tidak ingin Bibi Mou tambah cemas.

"Bi, bisakah Bibi membantu mengemasi semua pakaianku?" tanyanya.

"Tentu!" jawab Bibi Mou sambil mengelus wajahnya.

"Tapi, kamu adalah darah daging keluarga Lee! Seharusnya kamu tinggal di sini!" ujar Bibi Mou sedih.

"Tentu aku akan kembali!" ujar Ellena sambil tersenyum. Dirinya hanya menghibur Bibi Mou, dirinya bahkan tidak yakin apakah statusnya sebagai putri sah keluarga Lee masih penting.

"Ah ..., Bi! Ini nomor ponsel saya!" Ellena menyerahkan secarik memo yang tertulis nomor ponselnya.

"Bagus! Bagus, dengan begitu, Bibi dapat menghubungi dirimu kapan saja!" ujar Bibi Mou sambil menyimpan kertas itu ke dalam saku pakaiannya.

Lalu, Ellena pamit dan akan kembali beberapa hari lagi untuk mengambil pakaiannya.

Ellena tiba di depan restoran Italia yang mewah. Gedung yang hampir sama besar dengan Klub yang ada di sebelahnya. Gedung dengan jendela kaca besar serta dinding bangunan yang terdiri dari batu bata yang telah dilapisi dengan cat mengkilat.

Dirinya melambai pada Paman Lu dan pria tua itu memintanya segera masuk dengan lambaian tangan juga.

Ellena, berjalan ke arah sepasang daun pintu kaca yang besar dan seorang pelayan berseragam rapi membuka pintu dari dalam.

"Selamat sore." Pelayan itu menyapa dengan ramah.

"Ah, maaf! Saya datang untuk melamar pekerjaan!" ujar Ellena sopan.

Pelayan itu menatap dan tersenyum padanya. Pelayan itu seumuran dengannya, seorang gadis yang cantik.

"Ikut aku!" ujarnya sopan dan berjalan ke bagian dalam restoran, Ellena mengikutinya.

Dirinya terpukau dengan design restoran ini yang begitu mewah dan elegan. Lampu kristal indah tergantung di langit-langit restoran yang sangat tinggi. Meja-meja dilapisi taplak mewah berwarna merah. Bahkan ada grand piano putih di tengah-tengah restoran. Para pelayan terlihat rapi dan sangat profesional.

Pelayan itu berdiri di depan sebuah ruangan dan mengetuk pintu perlahan.

"Tuan! Calon pelayan baru sudah tiba!" ujar pelayan itu.

"Masuk!" ujar seorang pria dari balik pintu.

Pelayan itu memutar kenop pintu dan membukanya, lalu mempersilahkan Ellena masuk.

"Selamat sore!" sapa Ellena, kepada pria paruh baya yang duduk di belakang meja kerja penuh dokumen.

Pelayan yang mengantarnya keluar dan menutup pintu.

"Ellena Lee?" tanya pria itu.

Ellena mengangguk, apakah Paman Lu sudah memberitahukan namanya?

"Duduklah!" Pria itu meminta dirinya duduk di hadapannya.

Ellena menarik kursi dan duduk.

"Baiklah! Saya Jay, Manager Restoran ini! Kami mencari pelayan untuk shift malam, apakah kamu bersedia?" tanya Jay.

"Ya, saya bersedia! Tapi, saya belum sempat menyiapkan CV!" jawabnya.

"Tidak perlu!" jawab Jay. Lalu, pria itu mulai menjelaskan gaji dan fasilitas yang akan diterimanya.

Ellena ternganga, gaji sangat tinggi, lima kali dari gaji yang diterimanya di swalayan. Selain itu, dirinya juga memperoleh jaminan kesehatan beserta seragam dan alat rias.

Apakah Dewa keberuntungan sedang menghampirinya? batin Ellena dengan bahagia.

"Baiklah! Besok kamu mulai bekerja! Pastikan dirimu tiba sebelum pukul 6!" ujar Jay, lalu meminta dirinya pergi meninggalkan ruangan itu.

Jay melihat gadis itu telah meninggalkan ruangannya, lalu melakukan panggilan telepon.

"Halo, Tuan! Gadis itu, akan mulai bekerja besok!" Setelah itu, Jay menatap ke arah ponselnya yang sambungannya telah diputus oleh lawan bicaranya.

***

Dibelahan dunia lainnya, tepatnya di Negara S.

Marco Kang yang berada di apartemen Sang Paman, tersenyum puas. Walaupun berada jauh, dirinya masih dapat melakukan sesuatu untuk membantu gadis malang itu. Tunggu saat dirinya kembali, maka saat itulah dirinya dapat melindungi Ellena Lee. Janjinya di dalam hati.

Sang Paman, bernama Kevin Kang adalah seorang fotografer kontemporer. Fotografer yang dikenal karena gambar-gambar tanpa emosi, yang sering memiliki nada gelap dan atmosfer yang sedikit menghantui.

Pamannya tergolong masih muda, karena usia mereka hanya terpaut 12 tahun. Kevin Kang pria metroseksual dengan penampilan sempurna dan cap playboy melekat pada dirinya.

Saat ini, Sang Paman terikat kontrak dengan salah satu Perusahaan majalah terbesar di Negara S. Berkat hasil jepretan Sang Paman, membuat perusahaan itu mencetak rekor baru penjualan mereka.

Alasan Marco Kang mencari Sang Paman adalah ingin mengikuti jejaknya. Dirinya sendiri memiliki bakat yang diwariskan oleh Sang Ibu. Marco Kang menatap ke arah kamera kesayangan ibunya. Ya ..., dirinya akan berkarya menggunakan kamera itu.

Marco Kang sendiri lebih suka menangkap gambar yang penuh emosi dan kepribadian.

Dirinya akan memulai karirnya di Negara S. Setelah memiliki nama, maka dirinya akan kembali dan bekerja di perusahaan fashion Keluarga Kang. Yang mana, peran seorang fotografer di dunia fashion sama pentingnya dengan di dunia majalah.

Tiga tahun, dirinya menentukan target untuk membentuk seorang Marco Kang menjadi seorang fotografer terkenal.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel