Pustaka
Bahasa Indonesia

Ellena

147.0K · Tamat
Phoenix
129
Bab
86.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

TAMAT (129 BAB) Ellena Lee, pewaris sah kerajaan bisnis Keluarga Lee. Ia tidak mendapatkan hak yang seharusnya menjadi miliknya. Pria yang menjadi cinta pertama, melupakan dirinya. Namun, hal itu membawa Ellena kepada Kevin Kang. Pria yang memenangkan cinta dan kepercayaan Ellena. Hubungan mereka melangkah ke jenjang pernikahan. Suami yang begitu dicintainya itu, ternyata memiliki rahasia kelam. Perselingkuhan mewarnai kehidupan pernikahan mereka. Bagaimana Ellena menjalani kehidupannya yang berliku?

Wanita CantikDesainerRomansaBillionaireSweetDewasaBaper

Bab 1 . Kedatangan saudari baru

"Ellena! Ayah akan menikahi Bibi Yihua!" ujar Tuan Lee kepada putri semata wayangnya yang berusia 11 tahun.

Ellena Lee tidak jadi mengigit roti yang ada di tangannya. Dirinya menatap Tuan Lee, ayahnya dan terdiam sejenak.

Dirinya pernah bertemu dengan Bibi Yihua beberapa kali. Bibi Yihua sangat cantik, mantan model. Walaupun di usia yang tidak lagi muda, tetapi kharisma seorang model tetap melekat pada diri Bibi Yihua.

Ellena Lee menatap ke arah ayah yang tersenyum bahagia. Dirinya jarang melihat ayah begitu bahagia. Walaupun dirinya khawatir akan kehadiran seorang ibu tiri, tetapi dirinya tidak boleh egois.

Ibunya meninggal, saat Ellena berusia 5 tahun dan semenjak itu ayah yang selalu menjaganya. Ellena, anak yang patuh dan tidak banyak menuntut. Walau ayah sering berpergian karena tuntutan bisnis, Ellena selalu mandiri dibantu oleh para pelayan.

Ayah, telah merawatnya sendirian selama 6 tahun. Terkadang Ellena melihat ayah menangis diam-diam. Namun, Ellena hanya akan melihat dan tidak berani mendekati, apalagi bertanya pada ayah.

Belakangan, Ellena dapat merasakan perubahan suasana hati ayah yang terlihat lebih bahagia. Ternyata alasan dibalik perubahan suasana hati ayah adalah Bibi Yihua.

"Selamat, Ayah!" ujar Ellena sambil memeluk erat leher ayahnya.

Hatinya merasa takut, tetapi dirinya ingin ayah bahagia. Jadi, Ellena tetap akan menjadi anak baik dan tidak merepotkan bagi ibu barunya itu.

***

Hari pernikahan telah tiba, Ellena Lee mengenakan gaun putih dengan bordiran bunga yang indah. Di tangannya ada sebuah buket bunga mawar merah. Dirinya yang akan membawa buket ini dan menyerahkannya kepada calon ibu barunya.

Ellena duduk di sudut ruangan, tangannya basah karena keringat. Dirinya menatap ayah yang tertawa bahagia dengan para tamu. Perhatian ayah sudah terbagi, bahkan porsi untuk dirinya sudah sangat sedikit. Ayah lebih banyak menghabiskan waktu bersama Bibi Yihua dan dirinya selalu berkata semua akan kembali ke semula, setelah Bibi Yihua tinggal bersama mereka. Apakah itu benar? Rasa takut mulai merayap di hatinya.

Namun, dirinya tidak akan merusak hari bahagia ayah. Jadi, Ellena Lee tersenyum lebar dan menjalankan perannya di upacara pernikahan itu dengan sempurna.

Setelah acara pernikahan selesai, ayah dan ibu barunya langsung melakukan perjalanan bulan madu. Perjalanan keliling Eropa selama 1 bulan penuh. Ellena sedih, tetapi dirinya tidak akan menunjukkan kesedihannya. Jadi, dirinya meminta banyak oleh-oleh dari perjalanan bulan madu orang tuanya.

Setelah orang tuanya kembali dari perjalanan bulan madu, rutinitas baru pun mulai dijalaninya. Bibi Yihua, mendaftarkan dirinya ke begitu banyak kursus. Mulai dari kursus piano, melukis bahkan tata krama. Jadi, setiap hari Ellena akan berada di luar rumah dan kembali saat langit gelap.

Jika beruntung, dirinya dapat bertemu dengan ayah. Jika tidak, maka dirinya akan langsung tidur dan mengulangi semua rutinitas yang sama setiap hari.

***

Empat tahun telah berlalu, Ellena sudah berusia 15 tahun. Walaupun nilai akademisnya sangat memuaskan, dirinya juga tidak luput dari berbagai macam kursus setiap harinya.

Dirinya merasa lelah dan sedih. Namun, dirinya tidak pernah menangis, karena itu adalah permintaan Sang Ibu sebelum meninggal dunia. Ibu ingin dirinya selalu tersenyum bahagia dan menjadi anak penurut serta menyayangi ayah. Jadi, dirinya menjalani hidupnya seperti robot dan tidak pernah mengeluh.

Sampai pada suatu hari, saat jari jemarinya sedang menari lincah di atas tuts piano, sebuah kabar mengubah seluruh hidupnya.

"Ellena, ada yang mencari dirimu!" ujar guru piano padanya.

Ellena berdiri dan berjalan keluar ruangan musik itu. Bibi Mou, kepala pelayan di rumahnya, wanita paruh baya bertubuh gempal menatapnya dengan mata yang berderai air mata.

Bibi Mou memeluknya erat. Sembari terisak, Bibi Mou berkata, "A-yah .... Ayahmu! Tu-an Lee mengalami kecelakaan!"

Ellena menatap nanar ke arah Bibi Mou dan bertanya, "A-pa ... apa yang Bibi katakan?"

"Tuan Lee, Tuan ... meninggal karena kecelakaan!" ujar Bibi Mou dengan tangisan yang kembali pecah.

Ellena bagaikan mayat hidup, dirinya bahkan tidak menangis dan hanya menatap kosong. Bibi Mou yang selalu berada di sisinya, mengganti pakaiannya, menggandeng tangannya dan menuntunnya ke tempat yang harus didatangi.

Ellena memeluk guci abu milik ayah. Dengan tangan gemetar meletakkan guci itu di rak yang tersedia di rumah abu.

"A-yah ..."

"AYAH ...!!!"

Di saat itulah, tangisan histerisnya pecah. Ellena menangis meraung di lantai rumah abu. Dirinya tidak peduli akan tatapan orang lain. Dirinya sendirian di dunia ini, tanpa seorang ayah maupun ibu. Ellena ketakutan, apa yang akan terjadi padanya?

***

Satu bulan, setelah kepergian Sang Ayah.

Seperti biasa, dirinya akan tiba di rumah saat langit gelap. Namun, hari ini Bibi Yihua, ibu tirinya ada di ruang tamu bersama dengan seorang gadis cantik seumuran dengannya.

"Selamat malam, Bibi!" Ellena menyapa sopan.

Setelah acara pemakaman, baru saat inilah mereka bertemu. Bahkan selama 4 tahun menjadi ibu tiri, Ellena dapat menghitung tidak sampai sepuluh jari, berapa kali mereka bertemu.

"Kemarilah!" ujar Bibi Yihua dingin.

Ellena yang masih mengenakan seragam sekolah, mengikuti perkataan wanita itu dan berdiri di hadapannya.

"Ini Pricilla, putriku!" ujar Bibi Yihua padanya.

Sejak kapan Bibi Yihua memiliki seorang putri? Bahkan putrinya itu sudah seumuran dengannya. Ayah juga tidak pernah mengatakan bahwa Bibi Yihua memiliki seorang putri, batinnya.

"Mulai sekarang, Pricilla akan tinggal di sini!" ujar Bibi Yihua dingin.

Ellena mengangguk setuju. Bibi Yihua bukan meminta pendapatnya, tetapi memberitahukan keputusan yang telah diambil.

"Pricilla, selamat datang! Aku akan ke kamar!"

Meskipun cukup terkejut, tetapi dirinya harus sopan dan menyapa saudari barunya itu.

"Tunggu!" seru Bibi Yihua saat dirinya hendak berbalik dan pergi ke kamarnya.

"Pricilla akan menggunakan kamar tidurmu! Barang-barangmu sudah dipindahkan ke kamar di lantai atas!"

Setelah itu, Bibi Yihua dan Pricilla pergi meninggalkan dirinya.

Ellena menatap kepergian mereka, dirinya tidak tahu harus berbuat apa. Hatinya terasa kosong, rumah ini terasa sangat dingin.

Lalu, Elena kembali menatap ke sekeliling rumah indah ini. Rumah ini sangat besar dan megah, dengan langit-langit tinggi yang disanggah pilar besar. Tangga putar mewah menghubungkan lantai bawah dengan atas.

Dulu, dirinya senang berlari mengejar ayah di sekeliling ruang tamu luas ini. Namun, sekarang semuanya terasa hampa, bahkan dirinya merasa sangat tidak nyaman.

"Nona ..., " panggil Bibi Mou, kepala pelayan rumah ini yang telah bekerja lebih lama dibandingkan usianya.

"Bibi .... Di mana kamarku?" tanyanya sembari memaksakan sebuah senyuman.

Bibi Mou menghela napas, dan menggandeng tangannya, seraya berkata, "Di lantai 3, kamar loteng yang kamu suka!"

Ellena terdiam. Benar, dulu dirinya senang bermain di kamar loteng, karena kamar itu memiliki jendela besar yang dapat membuat dirinya menatap bintang-bintang di langit.

Namun, itu sudah sangat lama, saat dirinya berusia 5 tahun sebelum ibunya meninggal. Setelah itu, setahu dirinya kamar loteng sudah dijadikan gudang.

Mereka naik ke lantai 3, dan berjalan ke arah depan rumah besar ini.

Krittt!!!

Derit pintu terdengar, saat Bibi Mou membuka pintu kayu tua itu. Kamar itu sangat kecil dengan langit-langit berbentuk segitiga, mengikuti bentuk atap rumah ini.

Mengapa kamar ini terasa sangat sempit, tidak sama dengan yang ada diingatan miliknya. Tentu saja, waktu itu usianya 5 tahun dan sekarang 15 tahun. Ingatan miliknya adalah ingatan 10 tahun yang lalu.

"Bibi sudah membersihkan dan merapikan semuanya!" Bibi Mou menjelaskan.

Kamar ini bersih, terlihat bagaimana kerasnya usaha Bibi Mou.

"Terima kasih, Bi!" ujarnya tulus.

Kasur tipis melapisi atas lantai, beruntung itu lantai kayu jadi tidak terlalu dingin. Sedangkan pakaiannya terlipat rapi di lemari plastik yang ada di sana. Ellena yakin, pakaian bagusnya semua menjadi milik Pricilla, karena baju yang tersusun di lemari plastik itu sangat sedikit.

Yang penting baju seragamnya ada di sana, yang lain tidak penting.

"Baiklah, Bi! Aku akan mandi terlebih dahulu!" ujarnya.

"Gunakan kamar mandi di ruangan, Bibi!" Bibi Mou menganjurkan.