Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 5 . Pria Itu Gigolo!

Ellena sangat menikmati pembelajaran, karena apa yang dipelajari adalah hobinya. Dirinya mewarisi bakat design dari ibu, itu menurut perkataan ayahnya. Sedari kecil, dirinya senang membuat sketsa pakaian dan merombak pakaian miliknya. Ayah selalu membiarkan dirinya bereksperimen, tetapi itu dulu sebelum ayahnya menikah dan akhirnya meninggal.

Ellena, selalu berusaha kembali ke Dojo sebelum pukul 2. Dirinya tidak ingin mengecewakan Paman Gu yang memberikannya gaji. Setelah kelas judo selesai, seperti biasa dirinya lanjut bekerja di swalayan.

Namun, hari ini dirinya mendapat kabar buruk. Dirinya dipecat, karena pemilik swalayan akan menutup tokonya itu. Hari ini adalah hari terakhir dirinya bekerja di swalayan dan mendapatkan gaji terakhir. Pemilik swalayan bahkan memberikan pesangon, tetapi ditolaknya. Karena Ellena tahu jelas bagaimana kondisi keuangan keluarga itu.

Dirinya menghela napas, malam ini swalayan tutup lebih awal. Karena besok, swalayan sudah tidak buka lagi. Ellena duduk di kursi rotan yang ada di depan swalayan. Sepertinya, dirinya harus pergi ke klub untuk melihat apakah ada yang membutuhkan supir pengganti. Biasanya, Ellena memberikan nomor telepon swalayan dan saat klub butuh jasanya maka akan menghubunginya di nomor telepon itu.

Ellena, naik bus menuju salah satu klub malam ternama di kota. Setibanya di sana, klub sudah sangat ramai dan begitu banyak mobil mewah yang terparkir.

"Paman Lu!" sapa Ellena, sambil menghampiri seorang pria tua yang menjaga lahan parkir klub itu.

"Ellena! Apa yang membawamu kemari? Belum ada yang meminta supir pengganti!" Paman Lu terkejut melihat kehadirannya.

"Swalayan bangkrut dan aku dipecat! Jadi, aku hanya bisa menunggu di sini! Siapa tahu ada yang perlu supir pengganti! Apakah Paman keberatan?" tanyanya sambil tersenyum.

"Tidak! Tidak! Duduklah di sini!" Paman Lu menariknya dan menyuruh dirinya duduk di kursi plastik milik pria itu.

"Tidak apa-apa, Paman! Aku berdiri saja!" Ellena berusaha menolak.

"Duduklah!" Paman Lu bersikeras.

Akhirnya, Ellena mengalah dan duduk. Dirinya mengedarkan pandangan ke pintu masuk klub. Para tamu yang datang tampak spektakuler, pakaian branded begitu juga dengan aksesoris mereka. Ellena selalu mengikuti majalah mode, dari sana dirinya tahu perkembangan perusahaan fashion ayahnya.

Kabar tentang Bibi Yihua yang akan segera menikah dengan pemilik Perusahaan Kang juga telah diketahuinya. Namun, dirinya tidak peduli.

Sebuah mobil sport hitam masuk ke lahan parkir dan Paman Lu membantu tamu itu.

Marco Kang yang berada di balik kemudi mobil, menatap ke arah seorang gadis yang duduk di kursi milik Paman Lu. Setelah memarkirkan mobilnya, Marco Kang membuka kaca jendela mobilnya.

"Paman Lu!" panggil Marco Kang.

"Iya, Tuan Muda!" Paman Lu menghampirinya. Klub malam ini adalah milik keluarganya, Keluarga Kang.

"Siapa gadis itu?" tanya Marco Kang, sambil menunjuk ke arah Ellena, yang sedang memandang ke arah gedung Klub.

"Ah .... Itu Nona Ellena. Dia bekerja sebagai supir pengganti! Gadis yang malang, dirinya baru saja dipecat. Karena tidak memiliki ponsel, maka dirinya datang menunggu di sini, siapa tahu ada yang membutuhkan jasanya!" ujar Paman Lu sambil menatap iba ke arah gadis itu.

Marco Kang menatap Ellena yang tidak menyadari sedang diperhatikan. Dirinya sudah menyelidiki latar belakang calon saudari tirinya itu. Ellena Lee, putri tunggal Tuan Lee, kehidupannya berubah semenjak Tuan Lee meninggal. Bahkan ibu tirinya tidak berniat membiayai sekolahnya. Jadi, gadis itu hidup mandiri dengan bekerja.

Marco Kang turun dari mobil, dirinya tidak lagi ingin minum bersama teman-temannya. Marco Kang lalu berjalan ke arah Ellena yang masih belum memperhatikan kehadirannya.

"Ellena!" panggilnya saat berada tepat di hadapan gadis itu.

Ellena menatap ke arah orang yang memanggilnya. Lalu, membelalakkan matanya dan berdiri kemudian melangkah maju mendekati pria itu.

Kedua tangannya menarik kerah kemeja mahal milik pria itu dan berteriak, " PRIA MESUM!!!"

Setelah itu, Ellena menendang tulang kering pria itu.

ARGHHH ...!!!

Raung Marco Kang kesakitan, sambil membungkuk untuk menyentuh tulang keringnya yang baru saja ditendang.

Tidak cukup hanya menendang, melihat pria itu membungkuk, Ellena menghujani punggung pria itu dengan pukulan yang bertubi-tubi.

Marco Kang berusaha menghindar, tetapi Ellena tetap mengejar dan terus memukulnya.

"CUKUP!" teriak Marco Kang dan menangkap kedua tangan Ellena.

"KAU BERANI MENYENTUHKU!!" teriak Ellena. Tangannya tidak dapat digerakkan, jadi kakinya mulai menendang kembali.

Marco Kang mundur teratur dengan masih memegang kedua tangan gadis itu. Gadis ini sungguh liar, sangat susah menenangkannya.

Akhirnya, Marco Kang melompat ke belakang Ellena dan memeluknya erat dengan kedua tangan masih dipegangnya erat.

"KAU ...!!!" teriak Ellena, tetapi dirinya kehilangan kata-kata makian untuk pria itu.

Ellena berusaha melepaskan tubuhnya, tetapi tubuhnya kalah tinggi dan besar. Marco Kang tersenyum, melihat bagaimana gadis itu memberontak. Tinggi gadis itu hanya mencapai dadanya dan sangat kurus.

"Cukup!" seru Marco Kang di sisi wajahnya.

Ellena memalingkan wajahnya dan menatap wajah pria itu, yang tersenyum lebar. Spontan, Ellena menggigit bibir pria itu yang tersenyum.

Marco Kang melepaskan pelukannya dan mundur ke belakang sambil memegang bibirnya. Dirinya tidak percaya gadis itu menggigit bibirnya.

"Ellena!" seru Paman Lu dan menghampiri mereka. Lalu, menangkap tangan Ellena yang hendak menyerang Tuannya lagi.

"Paman! Panggil polisi, pria itu mesum!" ujarnya sambil menatap Paman Lu.

Paman Lu terkejut dan menatap mereka berdua secara bergantian. Akhirnya, Paman Lu berkata, "Ellena, jangan mempersulit Paman! Pria itu adalah atasan Paman, pemilik Klub ini!"

Ellena menatap Paman Lu tidak percaya, lalu berkata, "Apakah Paman dibodohi olehnya? Pria itu gigolo! GIGOLO!"

Seketika, mereka segera menarik perhatian orang di sekitar klub.

Cukup! Sudah cukup! Marco Kang dengan bibir yang berdarah menghampirinya dengan langkah lebar dan ekspresi wajah yang sangat dingin.

"K-kau ..." Ellena membeku dan tidak dapat berkata apa-apa, karena tatapan dingin pria itu.

"Aku butuh jasa supir! Ikut aku!" Marco Kang memberi perintah, bukan bertanya. Lalu, pria itu memegang dan menarik tangannya. Mereka berjalan menuju mobil sport milik pria itu.

"Masuk!" perintah Marco Kang sambil membuka pintu penumpang mobil sport hitam.

"Tapi, aku supir pengganti!"

Seharusnya dirinya berada di balik kemudi, bukan di kursi penumpang.

Marco Kang melepaskan tangannya, kemudian memegang kedua pundaknya dan mendorongnya masuk. Ellena tidak lagi melawan dan duduk di kursi penumpang dengan patuh.

Marco Kang, menutup pintu mobil dan berjalan ke sisi lain, lalu masuk. Mesin mobil dinyalakan dan mobil melaju kencang keluar dari lahan parkir.

Mereka tidak berbicara. Sesekali, Ellena mencuri pandang ke arah pria itu. Dirinya menyesal telah mengigit bibir pria itu begitu keras, darah yang mengering menempel di bibir pria itu yang terluka.

"Berhenti di sana!" perintah Ellena.

"Tidak!" jawab Marco Kang datar.

"Aku bilang berhenti! Aku hendak membeli obat untuk lukamu itu!" ujarnya perlahan.

Marco Kang melirik ke arah Ellena dan memastikan apakah gadis itu memang benar mengkhawatirkan dirinya. Lalu, mobil pun di hentikan di sisi badan jalan.

Ellena turun dan berlari ke dalam farmasi yang ada di samping jalan. Tidak lama, Ellena keluar dan kembali masuk ke dalam mobil dengan bungkus plastik.

Ellena membuka plastik itu, dirinya membeli tisu alkohol dan krim untuk luka. Lalu, menyerahkan barang itu kepada pria itu. Namun, pria itu menolak dengan berkata, "Kamu yang gigit, jadi kamu harus tanggung jawab!"

Setelah itu, Marco Kang berpaling ke arah Ellena dan mendekatkan wajahnya. Ellena menghela napas, lalu membuka tisu alkohol dan menepuk perlahan di atas luka itu.

Perih! Namun, kecantikan gadis di hadapannya membuat perhatiannya tersita. Mata bulat dengan bulu mata lentik menatap serius ke arahnya dengan bibir sedikit terbuka. Aroma tubuh gadis itu, menggingatkannya akan kejadian kemarin di kediaman Keluarga Lee. Ingatan itu membuat darah Marco Kang berdesir.

Setelah membersihkan luka itu, Ellena mengambil krim dari dalam plastik. Lalu perlahan mengoleskan krim itu di atas luka, dan meniupnya perlahan.

Tiupan dari bibir mungil itu, seakan membuat akal sehatnya menguap. Mungkin dirinya akan kembali dipukuli oleh gadis itu. Namun, hasrat untuk mencium gadis itu begitu besar bahkan membuat tubuhnya terasa sakit.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel