Bab 21 . Berkecil Hati
Ellena tersenyum tipis. Dirinya tahu jelas, Ethan berusaha menghibur.
Ellena turun terlebih dahulu di lantai 8, sedangkan Ethan akan bekerja di divisi Fashion Illustrator di lantai 10.
Ellena keluar dari lift dan membuka pintu kaca ganda yang tidak jauh dari hadapannya. Dirinya terpukau dengan interior ruang kerja divisi Fashion Designer yang begitu berwarna.
Ruangan sangat luas, dengan beberapa ruangan kaca di sisi kiri dan kanan. Di tengah-tengah ada meja bulat super besar dan bolong di tengah-tengahnya. Begitu banyak dressform (boneka jahit / pengepas) di dekat meja bulat itu. Ruangan diwarnai dengan warna cerah dengan kaca besar menghiasi setiap dinding ruangan itu.
Di atas ruangan dengan langit-langit tinggi, ada setengah lantai ruang kantor yang begitu luas dengan kaca mengelilingi ruangan keren itu. Tangga putar besi, menghubungkan lantai bawah dengan ruangan atas, yang Ellena yakin itu adalah ruangan Pimpinan.
Ellena melangkah masuk dan menghampiri kumpulan karyawan baru yang sudah berkumpul di tengah ruangan.
Ellena masuk ke dalam barisan, tidak ada satupun dari mereka yang menyapa atau menatap dirinya. Semuanya berdiri diam, tanpa berkata apapun, menjadikan suasana begitu tegang.
"Kamu bukan berdiri di sana! Berdiri di sudut itu!" Perintah salah seorang karyawan senior, yang berada di depan barisan kepada Ellena.
Saat itulah semua mata karyawan baru menatap Ellena dan tersenyum mengejek. Ellena mengangguk dan berjalan ke sudut ruangan yang ditunjuk.
Ellena menatap ke arah kumpulan asisten Fashion Designer yang baru dan melihat bagaimana mereka diberikan arahan akan pekerjaan mereka. Ellena merasa berkecil hati, dirinya bukan bagian dari mereka.
Perlahan lebih banyak karyawan yang masuk ke ruangan ini. Ellena tahu, yang baru datang itu semua adalah Fashion Designer inti, mereka terlihat begitu stylish dan profesional. Mereka semua berjalan masuk ke ruangan masing-masing, tanpa melihat ke arah siapapun. Terakhir, Joya tiba dan saat melihat Ellena, wanita itu tersenyum lebar. Lalu, Joya masuk ke salah satu ruangan yang ada di sana.
Ellena hanya berdiri diam dan perhatiannya teralihkan kepada seorang gadis yang baru masuk. Gadis itu membawa begitu banyak bungkusan makanan dan cangkir kertas dengan merek kedai kopi ternama. Gadis itu begitu terburu-buru dan masih dengan napas ngos-ngosan.
"Kenapa begitu lama? Kopi kami sudah dingin!" gerutu wanita yang tadi memberikan arah kepada staff baru.
"M-maaf, kedai makanan begitu ramai tadi," ujar gadis itu mencoba menjelaskan, sambil mengetuk ke satu persatu ruangan untuk mengantarkan makan dan minum yang ada di tangannya.
Ellena menelan ludah, perasaannya sangat tidak enak. Sepertinya, dirinya akan berakhir sama seperti gadis tadi.
Perkiraan Ellena, tepat. Saat gadis itu selesai membagikan semua makanan dan minuman tadi, wanita itu memanggil nama gadis itu dengan keras, "Mary!"
Gadis itu segera menghampiri wanita itu dan berkata, "Ada apa, Nona Kimmy?"
"Itu, gadis itu akan menjadi rekan kerjamu mulai saat ini. Ajari apa yang perlu diketahui olehnya!" ujar Kimmy kepada Mary sambil menunjuk ke arah Ellena.
Setelah itu, Kimmy mengabaikan Mary dan kembali memberi arahan kepada para asisten Fashion Designer baru.
Mary, gadis seusia dengan Ellena. Gadis yang jauh dari kata cantik dengan tubuh sedikit berisi. Kulit wajah Mary, penuh bintik coklat kecil dan agak kemerahan, gadis itu bahkan tidak repot menggunakan riasan untukmu mempercantik diri.
"Halo, saya Mary," ujar Mary saat berada di hadapan Ellena.
"Hai, perkenalkan nama saya Ellena, mohon bimbingannya," ujar Ellena.
"Ayo! Tempat kita bukan di sini," ujar Mary sambil berjalan ke sudut ruangan bagian belakang.
Ellena mengikuti Mary.
Mary membuka pintu sebuah ruangan di bagian belakang. Ruangan yang sama sekali tidak terlihat dari depan.
Ellena melangkah masuk dan disambut oleh ruangan sempit, berbentuk persegi panjang dengan jendela kecil. Di dalam ruangan itu hanya ada meja bulat dengan dua kursi dan sebuah loker kecil. Sisanya, adalah peralatan kebersihan seperti ember, sapu, kain pel dan sebagainya, memenuhi sudut ruangan lainnya.
"Ini ruanganku! Sekarang ini menjadi ruangan kita," ujar Mary bersemangat sambil membuka salah satu laci loker.
"Taruh tasmu di loker ini," pinta Mary.
Ellena mengangguk, dan berjalan ke arah loker, lalu menyimpan tas ranselnya. Lemari loker tanpa kunci, tetapi tidak masalah karena di tas Ellena tidak ada barang berharga apapun.
"Ehm ..., maaf jika aku kurang pandai menjelaskan! Karena ini pertama kalinya aku memiliki teman kerja," ujar Mary penuh semangat. Tampak jelas dari raut wajah gadis itu yang sangat gembira dengan kehadirannya.
Ellena mengangguk dan berkata, "Tidak masalah, aku akan melihat bagaimana dirimu bekerja dan bertanya jika tidak mengerti."
Ha ha ha!!
Mary tertawa geli dan berkata, "Tidak ada yang penting dari tugas kita! Kita hanya perlu melaksanakan .perintah dari karyawan yang ada di lantai ini. Itu saja!" jelas Mary.
Ellena kembali menganggukkan kepala, tetapi kali ini dirinya yakin dalam masalah besar. Jadi, bekerja sebagai Helper tidak ada yang dapat dipelajarinya untuk menjadi seorang Fashion Designer.
"Jadi, apa yang biasanya kamu lakukan?" tanya Ellena, ingin memastikan bahwa pemikirannya salah.
"Ehm ..., membersihkan lantai! Kita memang memiliki staff kebersihan, tetapi mereka pulang pukul 5 tepat. Jadi, biasanya setelah Fashion Designer selesai bekerja di meja bulat tengah ruangan, maka kita perlu membersihkan lantai. Apa yang ada di atas meja tidak boleh kita sentuh atau pindahkan! Hanya lantai!"
"Lalu, terkadang mereka akan meminta bantuan untuk membuat salinan dokumen, mengantar dokumen dan membeli makanan atau minuman! Kita tidak boleh masuk ke ruang kerja Fashion Designer tanpa diminta! Karena banyak berkas penting dan rahasia di dalam sana."
Mary menjelaskan dengan santai.
Ellena menelan ludah, dirinya terjebak dalam pekerjaan yang tidak bermanfaat. Bagaimana ini? Apakah dirinya harus mundur? Atau lanjut? batin Ellena risau.
"Baiklah! Para Fashion Designer akan mulai bekerja. Mari kita ke depan dan melihat apakah tenaga kita diperlukan!" ujar Mary dan berjalan keluar dari ruangan sempit ini, diikuti oleh Ellena.
Benar, kembali ke bagian depan, semua sudah begitu sibuk. Para Fashion Designer ada di ruangan masing-masing dengan asisten baru mereka. Lalu, di bagian tengah, meja bulat besar adalah tempat di mana sampel akan dibuat dari design yang ada.
Ellena melihat, begitu banyak gulungan kain yang sudah menumpuk di lantai tengah meja bulat itu. Seorang wanita, sedang memilah-milah bahan mana yang akan dipergunakan. Profesi itu disebut Garment Technologist (bertugas menentukan material yang cocok dan sesuai kebutuhan).
Lalu, ada beberapa wanita yang duduk di kursi menghadap ke meja bulat itu dan sibuk membuat pola. Pola pakaian dibuat dengan menggunakan komputer dan Ellena takjub melihat hal itu.
"MARY!" panggil salah seorang yang barusan keluar dari ruangan kerja designer.
Ellena melihat itu adalah wanita penguji waktu wawancara kemarin. Wanita paruh baya dengan penampilan kaku, layaknya seorang guru yang galak.
Mary buru-buru berlari menghampiri wanita itu. Ellena melihat wanita itu menyerahkan sebuah amplop kepada Mary dan mengatakan beberapa kata.
Mary menerima amplop itu dan berjalan ke arah Ellena.
"Ayo! Nona Agatha, meminta kita mengantar dokumen ini ke divisi Fashion Illustrator!" jelas Mary.
"Nona?" tanya Ellena.