Bab 16 . Pria Yang Memalukan
"Tuan Kang, meminta Nona masuk," ujar bodyguard bertubuh kekar itu.
"Terima kasih."
Ellena berjalan mendekati sepasang daun pintu kayu yang begitu besar dan mendorongnya perlahan. Kakinya melangkah masuk, suasana ruangan ini sangat berbeda dengan di luar. Lampu kuning yang lembut menerangi ruangan yang begitu luas. Karpet tebal berwarna merah maroon dengan ukiran rumit berwarna emas, melapisi lantai ruangan. Dentuman musik yang lembut mengalun di ruangan itu, musik yang terdengar begitu menggoda.
Ellena melangkah masuk lebih jauh dan dirinya disambut interior ruangan yang begitu berkelas. Di sisi ruangan ada jendela kaca super besar dan menampilkan jelas bagian bawah klub.
Marco Kang menghampirinya.
"Ada apa?"
Perhatian Ellena tertuju pada seorang wanita yang berada di tengah ruangan. Wanita berpakaian seksi itu, menari erotis tanpa malu. Ellena geram melihat tingkah pria itu, Marco Kang. Setelah mencuri ciuman darinya, pria itu masih bersenang-senang dengan wanita lain.
"Apa ini? Apakah ini untuk membayar ciuman tadi? Apakah hanya cara itu yang kamu tahu untuk mempertanggungjawabkan ciuman yang kamu curi?" tanya Ellena galak dan mengacungkan cek itu tepat di depan wajah tampan Marco Kang.
Marco Kang memiringkan kepalanya dan melihat cek apa itu. Lalu, Marco Kang berbalik menatap pamannya yang sedang menghisap cerutu.
Kevin Kang memadamkan cerutunya di atas asbak kristal yang berada tepat di hadapannya. Lalu, pria itu berdiri dari duduknya dan berjalan perlahan mendekati Ellena.
"Cek itu dari diriku, yang juga merupakan salah satu pemegang saham restoran," ujar Kevin Kang dengan suara beratnya.
"Apakah kamu tidak mau menerima cek itu atau dirimu akan merobeknya dan melemparkannya ke wajah kami?" tanya Kevin Kang, sambil menatap tajam ke Ellena.
Ellena menatap dua pria tampan yang begitu memukau di hadapannya. Sungguh pria playboy arogan dan tidak tahu malu. Di belakang mereka, ketiga wanita tadi menatap dirinya dengan tidak senang. Namun, Ellena tidak peduli dengan wanita-wanita itu, yang sama buruknya dengan kedua pria Kang ini.
"Tidak! Tentu tidak! Uang sangat bermanfaat! Alasan kedatanganku adalah untuk menagih hak karyawan lainnya. Kita adalah satu tim, tim yang bekerja sama untuk memberikan yang terbaik untuk para tamu. Jadi, tidak adil jika Tuan hanya memberikan ucapan terima kasih pada diriku!"
"Lagipula, aku yakin nominal uang di cek ini tidaklah seberapa bagi Tuan!" ujar Ellena, menatap tajam ke arah Kevin Kang.
Ha ha ha!
Kevin Kang tertawa renyah dan itu membuatnya merasa sangat baik. Sudah lama, dirinya tidak merasa senang karena sesuatu yang begitu menarik.
"Apa ada yang lucu?" tanya Ellena galak. Dirinya tersinggung karena pria itu tertawa.
"Apakah kamu menyukainya?" tanya Kevin Kang kepada Marco, keponakannya. Dirinya mengabaikan pertanyaan Ellena.
Marco Kang ragu sejenak dan menatap ke arah Ellena, lalu kembali menatap pamannya.
"Ya," jawab Marco pelan. Dirinya menyukai Ellena, gadis itu cukup cantik dan menarik.
"Sebagai wanita?" tanya Kevin Kang kembali.
Ellena merasakan wajahnya sudah sangat gelap. Bagaimana pria itu sangat tidak sopan membicarakannya, seakan dirinya tidak berada di sana.
Marco Kang menatap Ellena, dirinya yakin ada alasan khusus jika pamannya bertanya seperti itu. Ini pertama kali bagi Sang Paman menanyakan hal seperti ini.
Marco Kang menggelengkan kepalanya, karena standar wanita yang disukainya sudah berubah. Dirinya condong menyukai wanita berkaki jenjang, seperti yang sering dikencaninya.
Ellena kembali kecewa dan sakit hati, saat melihat bagaimana Marco Kang menggelengkan kepala, untuk menjawab pertanyaan Kevin Kang.
Cukup! Ellena sudah menyampaikan maksud hatinya dan sudah saatnya dirinya meninggalkan tempat ini.
"Aku sudah menyampaikan maksud kedatanganku! Aku permisi!" ujar Ellena dingin dan berbalik pergi.
Kevin Kang, menepuk pundak Marco. Lalu, dirinya berlari mengejar Ellena. Dirinya tertarik dengan gadis itu, walaupun Kevin tahu usia mereka terpaut cukup jauh. Namun, tidak ada wanita yang mampu menolak pesonanya.
Ellena berjalan cepat meninggalkan ruangan tadi. Saat dirinya hendak turun, lengannya ditangkap oleh seseorang. Lengannya ditarik cukup kuat, sehingga membuat tubuhnya berbalik dan terhempas ke depan tepat di dada bidang orang itu.
Ellena menengadah dan mendapati Kevin Kang menatapnya tajam. Ellena mencoba melepaskan pegangan pria itu. Namun, Kevin Kang tersenyum dan tidak mau melepaskan genggamannya, malahan pria itu memeluk pinggangnya dengan tangan satunya lagi.
"Apa yang kamu lakukan?" tanya Ellena dengan tatapan membelalak.
"Memelukmu," jawab Kevin Kang perlahan.
"APA?" Ellena bertanya dengan mengerutkan dahinya.
"Iya, memelukmu." Kevin Kang mempererat pelukannya. Biasanya para wanita akan meleleh dalam tatapan tajam dan pelukan hangatnya.
"Sepertinya otakmu dipenuhi asap! Sekarang aku mengerti, mengapa ada larangan merokok! Selain merusak tubuh, ternyata hal itu juga merusak otak!" ujar Ellena galak, sambil terus berusaha melepaskan diri.
"Mulutmu sungguh tajam, tetapi sangat menarik!" bisik Kevin Kang dan menarik Ellena lebih dekat.
Jika cara halus tidak dapat menyadarkan pria itu, maka jangan salahkan jika dirinya bertindak kasar. Ellena menginjak kaki pria itu yang terbalut sepatu kulit mahal, cukup kuat.
"Hei!!!" teriak pria itu sambil meringis. Hal itu membuat Kevin Kang melepaskan pelukannya.
Ellena segera berbalik dan hendak berlari menuruni tangga. Namun, Kevin Kang menangkap pinggang Ellena dengan kedua tangannya yang kokoh dan hangat.
Ellena memekik dan berusaha mempercepat langkahnya, tetapi pria itu dengan gampang mengangkat tubuhnya dan mundur beberapa langkah ke belakang.
"Hei! Lepaskan!" ujar Ellena galak sambil terus memukul tangan pria itu.
Kevin Kang menurunkannya kembali dan dengan sebelah tangannya memeluk leher Ellena yang berdiri membelakanginya. Apa dirinya sudah gila? Dirinya tidak pernah seusil ini dan begitu murahan, karena terang-terangan menggoda wanita yang jelas menolaknya.
Tangan Ellena tidak dapat digerakkan, karena ditahan oleh tangan kokoh Kevin Kang.
"Lepaskan!" desis Ellena yang sudah sangat kesal.
"Mari kita berkencan," bisik Kevin Kang di telinga Ellena. Napas hangat pria itu menggelitik dirinya. Namun, cara kasar tidak berguna untuk menyingkirkan pria itu. Maka, Ellena memutuskan untuk mengikuti pria itu.
Ellena melemaskan tubuhnya dan tidak lagi berusaha memberontak. Cara ini yang dulu dilakukannya terhadap Marco Kang. Mengingat kembali kejadian itu, membuat Ellena merasa sedih. Dirinya merindukan Marco Kang yang dulu.
Kevin Kang merasakan Ellena tidak lagi melawan, dirinya yakin gadis itu tertarik terhadap tawaran kencannya. Siapa yang tidak akan tertarik berkencan dengannya? Semua mantan kekasihnya, langsung menjadi terkenal setelah menjalin cinta dengannya. Pikir Kevin Kang angkuh.
Pria itu melepaskan tangannya, tetapi tangan satu lagi masih memeluk pundaknya. Ellena menyentuh tangan Kevin Kang yang berada di pundaknya.
"Apakah kamu setuju?" tanya Kevin Kang. Sentuhan lembut Ellena, cukup membuat darahnya berdesir.
Senyum jahat terpatri di wajah Ellena, tentu hal itu tidak terlihat oleh pria hidung belang itu, yang masih menempel di belakang tubuhnya.
Sentuhan lembut berubah menjadi cengkeraman kuat dan sebelum Kevin Kang sempat bertanya, dirinya sudah melayang ke depan dan tubuhnya terbanting cukup keras di atas lantai beralaskan karpet.
BRUKKK!!!
Ellena menatap Kevin Kang yang meringis, terkapar di atas lantai. Dirinya mendekatkan wajahnya ke wajah tampan pria itu dan berkata, "Tidak semua wanita menganggap Casanova itu menarik! Malahan menurutku pria seperti dirimu sangat memalukan. Pria yang tidak setia!"