Bab 15 . Pengecualian
Ellena tidak lagi membantu di bagian depan restoran. Setelah ciuman tadi, Ellena tidak lagi memiliki tenaga untuk mengahadapi pria itu. Namun, rumor mulai terbentuk. Para karyawan menatap Ellena dengan tatapan penuh makna. Mereka yakin, Ellena adalah salah satu mantan kekasih Marco Kang yang berderet seperti gerbong kereta api.
"Ayo, katakan padaku! Bagaimana rasanya menjadi kekasih Casanova? Apakah Marco Kang sangat memanjakan dirimu? Apakah kamu cemburu, saat melihat pria itu dengan wanita lain?" tanya Lea, salah satu sahabatnya yang juga merupakan pelayan di restoran ini.
"Hentikan!" gerutu Ellena tidak senang. Mengabaikan pertanyaan Lea, Ellena kembali ke depan restoran setelah pria itu pergi.
"Ellena!" panggil Sang Manager.
"Iya, Tuan!" jawab Ellena dan menghampiri pria itu.
"Ini!' Sang Manager mengulurkan sebuah cek ke hadapan Ellena.
"Apa itu?" tanya Ellena penasaran.
"Bentuk ucapan terima kasih, dari pemilik restoran atas kerja kerasmu!" ujar Sang Manager bangga.
Jika hanya sebatas hubungan kerja, maka Ellena akan dengan senang hati menerima cek itu. Namun, hubungan mereka lebih dari itu. Apakah pria itu kembali ingin membayar ciumannya dengan cek kali ini? batin Ellena geram.
Ellena menyambar cek itu dan melihat nominal yang cukup besar.
"Wow ...!" gumam Lea setelah melihat nominal yang tertera di cek itu.
"Ucapan terima kasih, bukankah seharusnya diberikan kepada kita semua?" tanya Ellena dingin.
"Aku akan memperjuangkan untuk kalian semua! Tuan, aku permisi sebentar!" ujar Ellena sambil bergegas melepaskan apron dan berjalan cepat keluar dari restoran.
Menurut perkataan salah satu wanita tadi, mereka lanjut berpesta di klub. Maka, Ellena berlari ke arah klub dan masuk ke dalam mencari pria itu dengan selembar cek digenggamannya.
Klub adalah klub bergengsi dan yang datang adalah mereka yang berada di kalangan atas. Tentu, kehadiran Ellena yang mengenakan seragam pelayan membuat petugas keamanan menaikkan alis dan bertanya.
"Aku dari restoran sebelah! Tuan Kang menjatuhkan cek ini dan aku diminta untuk mengembalikannya!" jelas Ellena berbohong.
Setelah memeriksa cek yang ada di tangan Ellena, petugas mempersilahkannya masuk, seraya berkata, "Tuan Kang berada di ruangan Jade VVIP, pastikan kamu langsung keluar setelah menyerahkan cek itu!"
"Tentu! Aku juga masih harus kembali bekerja," jawab Ellena untuk meyakinkan petugas keamanan itu.
Setelah pintu dibuka, Ellena berjalan masuk. Dirinya disambut dentuman musik yang memekakkan telinga dan bau asap rokok yang begitu mengganggu. Apa bagusnya tempat seperti ini? batinnya.
Ellena mencoba mencari ruangan yang dimaksud. Ruangan klub sangat luas. Lantai dansa penuh dengan orang-orang yang menari dengan gembira. Di bagian depan ada panggung besar, lengkap dengan layar raksasa dan peralatan DJ. Bola disko raksasa tergantung di langit-langit klub yang begitu tinggi. Lampu laser menari sesuai dengan dentuman musik dan itu terlihat sangat keren.
Ini pertama kalinya, Ellena masuk ke dalam klub ini. Dirinya tidak yakin harus berjalan ke arah mana dengan lautan manusia yang begitu banyak.
Ellena berjalan ke arah tool bar, tempat di mana minuman disediakan.
"Permisi! Dimana ruangan VVIP Jade?" tanyanya kepada salah satu bartender yang sedang meracik minuman.
Bartender itu menatapnya dengan rasa penasaran. Tidak sembarang orang dapat masuk ke ruangan yang disebutkan tadi. Ruangan itu khusus diperuntukkan bagi pemilik klub.
"Kamu yakin itu ruangan yang hendak kamu tuju?" tanya bartender itu memastikan ulang.
Ellena mengangguk, dirinya malas menjelaskan alasannya. Lagi pula, sangat sulit untuk berbicara di tengah-tengah dentuman musik yang begitu kencang.
"Di sana!" ujar bartender itu sambil menunjuk ke atas, ruang kaca diseberang mereka.
"Terima kasih!" jawab Ellena dan berjalan ke arah yang ditunjuk oleh bartender tadi.
Kevin Kang yang berdiri di depan jendela kaca besar ruang VVIP, melihat jelas Ellena yang berjalan ke arah mereka. Ruang VVIP ini memang dirancang untuk dapat melihat seluruh bagian klub. Ruangan ini dibangun di setengah lantai bagian atas klub yang berjarak cukup tinggi dengan lantai bawah. Hanya mereka yang memiliki marga Kang dapat membuka ruangan ini. Ruangan ini dikelilingi dengan kaca hitam satu sisi, mereka yang berada di dalam dapat melihat keluar secara leluasa. Lain halnya, dengan mereka yang berada dibawah, tidak akan dapat melihat apapun yang terjadi di dalam ruangan VVIP ini.
"Kevin," panggil salah satu wanita yang menemani mereka. Wanita itu memeluk pinggangnya erat dan bergelayut manja.
"Tidakkah kamu ingin melakukan sesuatu yang panas?" bisik wanita itu.
Kevin Kang menatap wajah wanita itu, lalu mengalihkan pandangannya ke arah dua wanita lainnya. Wajah semua wanita itu terlihat sama, hal itu tidak pernah menjadi masalah sebelumnya. Namun, setelah bertemu dengan Ellena Lee, gadis itu membuat arti kata cantik di dalam kamus kehidupan Kevin Kang berubah total. Dulu, wanita cantik terlihat seperti ketiga wanita itu.
Ellena Lee, cukup menarik perhatian. Gadis itu terlihat seperti anak macan yang menggemaskan. Membuat orang ingin mendekatinya, tetapi takut akan cakarannya. Gadis yang terlihat cantik tanpa riasan dan pakaian bermerek sudah tidak pernah ditemukan olehnya. Di dunianya, semua wanita terlihat seperti boneka hidup. Polesan riasan yang sempurna dan tubuh indah. Mungkin hal ini terjadi, karena Kevin Kang merasa bosan.
Kevin Kang, melepaskan pelukan wanita itu tanpa berkata apapun. Lalu, dengan langkah yang elegan, Kevin Kang berjalan ke arah sofa dan duduk di sana dengan menyilang kaki panjangnya.
Ellena naik tangga putar yang dilapisi karpet tebal. Dirinya harus berpegangan pada pegangan tangga, karena di tempat ini pencahayaan sangat kurang. Setelah menaiki begitu banyak anak tangga, akhirnya Ellena tiba di lantai atas. Namun, langkahnya terhenti oleh seorang pria kekar yang menghadang jalannya.
"Apa yang kamu lakukan di sini? Tempat ini tidak dapat didatangi sembarangan!" ujar pria itu galak.
Ellena mengangguk, dirinya yakin pria dihadapannya itu adalah bodyguard pria Kang.
"Katakan pada Tuanmu, Ellena Lee datang mencarinya!" perintah Ellena.
Pria kekar itu ragu sejenak, tetapi dirinya tidak berani menolak wanita itu yang tidak terlihat seperti wanita yang biasa dikencani oleh Tuannya. Namun, tidak ingin mendapatkan masalah akhirnya pria kekar itu berkata, "Tunggu sebentar!"
Ellena mengangguk, lalu pria kekar itu berjalan pergi meninggalkannya. Dirinya melihat ke sekeliling, tidak ada ruangan lain, hanya satu ruangan dengan pintu kayu ganda besar di hadapannya dan musik yang memekakkan telinga tidak lagi begitu terdengar, hanya sayup-sayup. Tadi, pria kekar itu masuk ke dalam.
Ellena menunggu sambil menggoyangkan kakinya perlahan.
Di dalam ruangan VVIP.
"Tuan Kang! Nona Ellena Lee meminta bertemu."
Marco Kang melepaskan wanita yang berada di pelukannya dan meletakkan gelas anggur kembali di atas meja.
"Ellena?" gumam Marco Kang. Apa yang membawa gadis itu mencarinya sampai ke tempat ini?
Marco Kang berdiri dari duduknya dan berkata, "Biarkan gadis itu masuk!"
Kevin Kang, menyalakan sebatang cerutu dan menghisap dalam lalu menghembuskan asap perlahan. Dirinya bersandar di sofa dan menunggu apa yang akan dilakukan oleh gadis itu. Apakah gadis itu akan merobek dan melemparkan cek itu ke wajah keponakannya? Kevin Kang tersenyum, tidak biasa dirinya mengusik wanita keponakannya. Namun, untuk gadis ini, Ellena Lee, putri Tuan Lee adalah pengecualian.