Bab 13 . Bisakah Kita Berbicara?
Ellena bangun kesiangan, tetapi tidak masalah karena di pagi hari dirinya tidak memiliki kegiatan apapun, setelah tamat kuliah. Dirinya membantu Bibi Gu memasak dan merapikan rumah, itu adalah rutinitas barunya, sambil menunggu panggilan kerja.
Sudah satu minggu, sejak Ellena mengirim CV ke LnK Group. Hatinya berharap cemas, apa yang harus dilakukannya jika tidak mendapat panggilan interview? Apakah dirinya harus melupakan cita-citanya bekerja sebagai seorang designer di perusahaan milik ayahnya? Atau dirinya harus menemui Bibi Yihua dan memohon pada wanita itu?
Ellena memikirkan segala kemungkinan yang ada dan itu membuat hatinya cemas.
"Apakah belum ada panggilan dari perusahaan itu?" tanya Bibi Gu sambil menumis sayuran.
Ellena yang sedang mencuci piring, menggelengkan kepalanya perlahan. Setelah tinggal bersama Paman dan Bibi Gu selama ini, Ellena sudah menceritakan semua tentang latar belakangnya dan alasan mengapa dirinya berakhir menumpang di rumah mereka. Paman dan Bibi Gu tidak banyak bertanya, hanya meminta dirinya tinggal di rumah ini bersama mereka.
"Sabar dan banyak berdoa! Bibi yakin, dirimu akan memiliki kesempatan untuk bergabung di perusahaan milik keluargamu," hibur Bibi Gu.
Ellena kembali menganggukkan kepala dan melanjutkan mencuci peralatan masak.
Tidak ada yang istimewa, siang hari Ellena membantu di Dojo dan malam hari bekerja di restoran.
Namun, hari ini kedatangan tamu istimewa di restoran.
"Ellena!" panggil salah satu pelayan menghampirinya.
"Ada apa?" tanya Ellena sambil merapikan buku menu. Walaupun, sudah menjabat sebagai seorang Supervisor, tetapi Ellena masih senang membantu merapikan meja atau melayani tamu.
"Lihat! Itu pemilik restoran ini," ujar pelayan itu antusias.
Ellena mengikuti arah pandang pelayan itu yang penuh rasa kagum. Pandangannya jatuh pada tamu yang duduk di meja bulat di tengah ruangan.
Itu Marco dan Kevin Kang bersama dengan tiga orang wanita cantik. Ellena menatap kosong ke arah itu, hatinya masih teras sakit atas perlakuan pria itu. Akhirnya, Ellena tahu alasan mengapa pihak restoran mencari pegawai melalui Paman Lu. Dirinya yakin, itu semua karena campur tangan Marco Kang dan dirinya juga yakin, pria itu sudah melupakan kebaikannya sendiri.
Ellena membuang muka dan kembali merapikan buku menu.
"Bukankah kedua pria itu begitu tampan? Sungguh beruntung wanita-wanita yang duduk bersama mereka! Aku iri!" ujar pelayan itu dan masih menatap penuh kagum ke arah tamu itu.
Ellena tidak menanggapi perkataan pelayan itu, karena dirinya yakin wanita seperti dirinya dan sahabatnya ini tidak cocok duduk satu meja dengan pria Kang.
"Hei, lihat Manager sudah menghampiri meja mereka!" ujar pelayan itu kembali menarik lengan Ellena. Tempat di mana mereka berdua berdiri, cukup dekat dengan meja itu dan mereka berdua dapat mendengar dengan jelas apa yang dibicarakan oleh Sang Manager.
"Selamat malam dan selamat datang, Tuan Muda Kang dan Tuan Kevin!" sapa Sang Manager dengan ramah.
"Kerja kerasmu patut diacungi jempol!" puji Kevin Kang.
"Benar! Restoran kita menempati posisi pertama di majalah kuliner ternama selama tiga tahun berturut-turut!" lanjut Marco Kang.
Sang Manager tersenyum bangga, seraya berkata, "Itu semua berkat reputasi Keluarga Kang yang begitu terhormat dan membuat orang-orang rela datang jauh-jauh hanya untuk makan di restoran ini!"
"Selain hal itu, tentu saja semua berkat kerjasama karyawan yang sungguh kompak! Ah ..., dan berkat karyawan yang Tuan rekomendasikan dulu!"
Ellena berjalan ke belakang restoran, saat Sang Manager menyinggung dirinya. Dirinya belum siap untuk berhadapan dengan Marco Kang kembali, apalagi Ellena yakin pria itu juga sudah melupakan hal tersebut.
Semua terjadi, berkat dirinya yang berhasil menenangkan tamu yang kesal tiga tahun yang lalu. Tamu itu adalah penilai kuliner ternama dan merasa puas atas pelayanannya waktu itu. Tamu itu kembali di tahun berikutnya dan tetap puas dengan pelayanan dan masakan restoran ini, maka hal itu membuat restoran ini menduduki peringkat pertama di majalah kuliner bergengsi.
Ellena duduk di ruang ganti, menunggu pria Kang itu pergi. Sebenarnya, Ellena merasa bersalah, karena tidak membantu restoran yang dalam keadaan ramai. Namun, dirinya tidak bisa fokus dan masih sedih, jadi bagaimana dirinya dapat bekerja dengan baik dalam kondisi seperti ini.
Tok tok tok!
"Ellena ...!"
Pelayan tadi mengetuk pintu dan memanggil namanya.
Ellena berbalik dan menatap sahabatnya itu, seraya berkata, "Ada apa?"
"Manager, meminta dirimu ke depan!" jawab pelayan itu sambil tersenyum dan berbalik meninggalkan ruang ganti.
Ellena menghela napas, cepat atau lambat dirinya juga harus menghadapi pria itu. Jadi, Ellena berdiri dan merapikan pakaian seragamnya, lalu berjalan keluar.
"Kemari Ellena!" panggil Sang Manager saat melihat dirinya.
Dengan langkah yang berat, Ellena berjalan ke arah di mana Sang Manager berdiri. Sang Manager berdiri tepat di hadapan meja di mana pria Kang duduk bersama dengan wanita-wanita cantik.
"Ya, Tuan!" ujar Ellena saat berdiri di hadapan Sang Manager.
Kevin Kang menatap Ellena, lalu Marco Kang, keponakannya. Pandangan Marco Kang menatap lekat ke arah pelayan itu.
"Bukankah gadis ini yang menemuimu kemarin di klub?" tanya Kevin Kang sambil memutar gelas anggur yang ada di tangannya.
Ellena menatap Kevin Kang dengan tatapan membunuh, berharap pria itu membungkam mulut besarnya.
"Ellena, terima kasih!" ujar Marco Kang.
Mendengar pria itu menyebut namanya, membuat jantung Ellena berdebar.
"Itu kewajibanku!" jawab Ellena datar menanggapi perkataan Marco Kang.
"Ellena selalu rendah hati dan senang membantu! Aku bersyukur Tuan merekomendasikan dirinya waktu itu!" ujar Sang Manager dengan suara menggelegar.
Ellena menghela napas, akan ada bahan gosip untuk para karyawan setelah ini. Bagaimana tidak, Sang Manager mengumumkan dirinya adalah karyawan yang direkomendasikan oleh Marco Kang. Ditambah dengan mulut besar Kevin Kang, yang mengatakan dirinya menemui pria itu di klub.
"Terima kasih, sudah memberikan saya kesempatan bekerja di sini dan kemarin saya menemui Tuan di depan pintu klub untuk mengembalikan sesuatu!" ujar Ellena, mencoba menjelaskan situasinya.
"Marco, ayo kita lekas makan dan segera pergi ke klub! Aku bosan," ujar salah satu wanita yang berwajah cantik dan penampilan spektakuler, dengan manja.
Ellena merasa diabaikan, tetapi itu lebih bagus karena dirinya memiliki kesempatan untuk meninggalkan tempat itu.
"Tuan, aku akan kembali bekerja!" ujar Ellena kepada Sang Manager.
Sang Manager segera mengangguk, karena tanggapan Tuan Kang terhadap Ellena, tidak seperti yang diharapkan.
Ellena berbalik dan pergi, tanpa melihat ke arah mereka yang duduk di meja tadi.
Marco Kang, mengabaikan ajakan salah satu wanita itu yang namanya bahkan tidak diingat olehnya. Marco Kang berdiri dari duduknya dan mengejar Ellena. Semalaman, dirinya mencoba mengingat kembali apa yang telah terjadi di antara dirinya dengan Ellena Lee. Setelah berpikir semalaman, akhirnya Marco Kang mengingat hal yang telah terjadi, walaupun tidak begitu jelas.
"Ellena!" panggil Marco Kang sambil menangkap lengan gadis itu.
"Lepaskan!" ujar Ellena sambil mencoba melepaskan pegangan Marco Kang.
"Bisakah kita berbicara sebentar!" pinta Marco Kang dan tidak berencana melepaskan gadis itu.
Ellena hendak menolak permintaan pria itu, tetapi dirinya yakin Marco Kang tidak akan melepaskannya sebelum dirinya menyetujui permintaannya. Sedangkan semua mata sudah tertuju pada mereka berdua, yang berdiri di tengah-tengah ruangan restoran yang begitu luas.
"Lepaskan aku terlebih dahulu dan ikut aku ke belakang!" ujar Ellena dingin.
Marco Kang melepaskan lengan Ellena dan mengikutinya berjalan ke belakang restoran.
Ellena membuka pintu ruang ganti dan berjalan masuk, diikuti Marco Kang.
Ellena berdiri di depan loker dan melipat kedua tangannya di depan dada, menatap tajam pria itu.