Bab 11 . Pria Sangat Cepat Berubah
Ellena masih tinggal bersama Paman dan Bibi Gu. Mereka tidak mengizinkannya tinggal sendiri, karena mereka khawatir akan keselamatannya. Namun, Ellena bersikeras ingin membayar biaya tinggalnya di sana, dirinya tidak ingin berhutang kepada Paman dan Bibi Gu.
Mereka sangat mengerti akan sifatnya yang keras kepala dan akhirnya Bibi Gu menyetujui untuk menagih uang sewa bulanan kamar di rumah mereka. Hal itu membuat Ellena merasa tenang dan nyaman tinggal di sana.
***
Ellena sudah mengirimkan CV ke perusahaan fashion milik ayahnya, yang sudah berganti nama menjadi L n K Group. Gabungan dari perusahaan Lee dan Kang, setelah ibu tirinya menikah dengan Tuan Kang. Tidak ada yang dapat dilakukannya, selain menunggu.
Seperti biasa, Ellena menjalani rutinitasnya tanpa mengeluh. Setelah tidak berkuliah, dirinya kembali membantu di Dojo, tetapi dirinya menolak untuk menerima gaji dari Paman Gu.
Sebelum pergi ke restoran, Ellena menyempatkan diri pergi ke pusat perbelanjaan, tepatnya ke toko ponsel yang dikunjunginya bersama Marco Kang waktu itu. Ellena membeli satu buah ponsel putih dengan merek yang sama, dengan harga yang sesuai dengan uang yang telah disisihkan.
Ellena bergegas ke restoran dan setelah berganti pakaian, dirinya berlari ke luar dan menghampiri Paman Lu.
"Paman, apakah Marco Kang datang ke klub?" tanyanya. Ellena tahu, pria itu telah kembali ke Negara ini seminggu yang lalu. Awalnya, Ellena mengira pria itu akan mengunjunginya di Dojo, mencari dirinya. Namun, perkiraannya salah.
"Benar! Tuan Kang sudah mengunjungi klub ini selama beberapa hari terakhir!" ujar Paman Lu sambil mengangguk.
"Pukul berapa biasanya Marco Kang datang?" tanya Ellena kembali.
"Sekitar pukul 8 atau 9!" jawab Paman Lu.
"Baik, Paman!" ujar Ellena gembira. Lalu, Ellena berlari kembali ke restoran.
Di restoran, Ellena sudah mendapatkan promosi jabatan menjadi seorang Supervisor. Itu karena, kemampuannya berbahasa Italia dan Perancis, serta kemampuannya bermain piano. Ellena ringan tangan dan senang membantu, itu membuat dirinya disukai karyawan lain serta Manager.
Malam ini, Ellena izin pulang lebih awal. Biasanya, Ellena akan selesai bekerja pukul 10. Namun, hari ini Ellena berencana menemui Marco Kang dan mengembalikan ponsel. Sebenarnya, itu semua hanya alasan, dirinya merindukan pria itu dan ingin bertanya banyak hal kepada Marco Kang.
Ellena berganti pakaian, dirinya mengenakan gaun putih pemberian ibu tirinya waktu itu, untuk acara pernikahan. Dirinya hanya memiliki gaun indah satu ini saja dan baru dipakainya untuk kedua kalinya.
Ellena buru-buru berlari meninggalkan restoran dan menuju klub di samping restoran. Dirinya memperhatikan mobil-mobil yang berdatangan dan berusaha mencari mobil milik Marco Kang. Jantungnya berdebar kencang dan telapak tangannya berkeringat, dirinya gugup karena akan bertemu dengan Marco Kang, pria yang mencuri ciuman pertamanya.
Sebuah mobil sport berwarna oranye keluaran terbaru berhenti tepat di hadapannya. Buru-buru seorang staff klub malam yang bertubuh tegap membukakan pintu untuk pengendara mobil mewah itu.
Marco Kang turun dari mobil sport barunya dan melemparkan kunci mobil ke pada pria bertubuh tegap tadi. Ellena menatap ke arah pria itu, bukankah itu Marco Kang? Pria itu sangat berbeda dengan yang ada di ingatannya. Marco Kang yang dulu berpenampilan santai dengan pakaian berwarna netral dan gayanya tidak seperti itu.
Pria yang ada di hadapannya, memiliki ekspresi wajah angkuh dan dingin. Pakaian yang terbalut di tubuh sempurna pria itu adalah merek ternama. Jaket dan celana kulit dipadu dengan kaos hitam berkerah tinggi. Rambut pria itu acak-acakan, tetapi menambah kesan cuek kepadanya.
Ellena menatap lama pria itu dan melihat bagaimana Marco Kang memeluk dua wanita seksi yang datang bersamanya. Wanita-wanita itu pasti adalah model, terllihat jelas dari postur tubuh mereka yang begitu memukau.
Ellena menelan ludah, dirinya sudah membayangkan begitu banyak adegan saat bertemu dengan Marco Kang kembali. Namun, tidak ada satupun seperti yang terjadi saat ini.
Ellena menguatkan hatinya dan melangkah menghampiri Marco Kang yang sudah hendak masuk ke dalam klub.
"MARCO!" panggil Ellena dengan keras.
Pria itu menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Ellena. Untuk sesaat Marco Kang terlihat tidak mengenal dirinya dan hal itu membuat kepercayaan diri Ellena menciut.
Marco Kang memiringkan kepadanya dan melepaskan kedua wanita yang berada di pelukannya. Pria itu menghampiri dan berdiri tepat di hadapan Ellena sambil membuka kaca mata hitamnya.
Hati Ellena terasa dingin, pria itu bahkan sudah melupakannya. Ironisnya, Ellena selalu memikirkan pria itu selama tiga tahun belakangan ini.
"Ellena?" Akhirnya Marco Kang dapat mengingat nama gadis di hadapannya itu. Ellena Lee adalah saudara tirinya.
Ellena terdiam dan raut wajahnya sudah sangat buruk.
"Benar! Maaf mengganggu waktumu, aku hanya ingin mengembalikan ini!" ujar Ellena sambil menyerahkan sebuah kantongan berisi kotak ponsel yang baru dibelinya.
Marco Kang menerima kantongan itu dan mengintip isinya dan bertanya, "Ini ponsel?"
"Benar! Aku mengembalikan pemberianmu dulu!" ujar Ellena datar.
Marco Kang menggaruk kepalanya, dirinya bahkan tidak mengingat pernah memberikan ponsel kepada saudari tirinya itu.
"Tidak perlu! Jika aku pernah memberikannya padamu, aku tidak mengharapkan kamu mengembalikannya!" ujar Marco Kang sambil menyerahkan kantongan itu kembali.
"Marco! Ayo, kita masuk sekarang!" ujar salah seorang wanita dan bergelayut manja di lengan Marco Kang.
"Benar! Ayo, kita masuk! Semua sudah menunggu kehadiranmu!" ujar seorang wanita lagi sambil bergelayut di lengan Marco Kang yang lain.
"Ah ..., ini tidak perlu!" ujar Marco Kang sambil terus menyodorkan kantongan itu.
Kedua tangan Ellena mengepal erat di sisi tubuhnya, dirinya menahan air mata yang sudah hampir tumpah.
"Aku bersikeras! Aku tidak ingin memiliki hutang!" jawab Ellena pelan.
"Kau mau?" tanya Marco Kang sambil menyerahkan kantongan itu kepada salah satu wanita yang bergelayut manja di lengannya.
Wanita itu mengintip ke dalam kantongan, lalu menggeleng kepalanya. Begitu juga reaksi wanita lainnya saat Marco Kang menawarkan kantongan itu.
Ellena menyambar kantongan itu dari tangan Marco Kang dan berkata, "Aku akan membuangnya untukmu!"
Marco Kang mengangguk, lalu tidak lagi berbicara, pria itu memeluk kedua wanita itu dan berjalan masuk ke dalam klub.
Ellena menatap tidak percaya kepada Marco Kang. Dirinya tidak pernah memikirkan pertemuan kembali mereka akan seperti ini. Jika tahu, dirinya tidak akan begitu bodoh menemui pria itu.
"Apakah kamu kekasih lamanya?"
Suara seorang pria yang berat menyadarkan Ellena dari ratapan kesedihannya.
Ellena berbalik dan mendapati seorang pria tampan berdiri di hadapannya. Ellena tahu siapa itu, pria itu sering tampil di majalah fashion bersama Marco Kang. Sang Fotografer legendaris dengan cap playboy besar di wajahnya, Kevin Kang.
"Apa pedulimu?" tanya Ellena dingin dan hendak berjalan pergi.
"Pria sangat cepat berubah! Jadi, jangan terlalu berharap banyak!" ujar Kevin Kang santai.
Kevin Kang tiba tidak lama setelah keponakannya dan dirinya melihat bagaimana keponakannya telah melupakan gadis itu. Banyak hal yang berubah dalam 3 tahun terakhir, dirinya sendiri tidak menyangka keponakannya lebih suka berpesta dibandingkan dirinya. Hal-hal terkadang akan keluar dari kendali, tetapi hal itu membuat karir keponakannya melejit.
Ellena menghentikan langkahnya tepat di samping pria itu, lalu berbalik menatap Kevin Kang tajam dan berkata, "Entah aku harus berterima kasih atau mengutuk dirimu! Berkat ajaranmu, pria baik yang aku kenal dulu sudah tidak ada lagi!"
Setelah itu, Ellena berjalan cepat menjauhi pintu masuk klub yang mulai ramai. Kevin Kang menatap kepergian wanita itu dengan wajah tersenyum. Sungguh wanita yang menarik, pantas saja dahulu perhatian keponakannya tersita untuknya. Namun untuk saat ini, Kevin Kang yakin akan sulit untuk menarik perhatian keponakannya kembali. Lalu, Kevin Kang masuk ke dalam klub untuk berpesta dengan keponakannya itu.
Ellena berdiri di samping gedung klub, hatinya sangat sedih dan kecewa. Namun, dirinya tidak ingin pulang dengan suasana hati seperti ini. Karena Bibi Gu pasti akan menyadari dan menanyakan alasannya. Ellena menatap kantongan ponsel itu dan memutuskan untuk memberikan ponsel itu kepada Paman Lu.
Entah mengapa, Ellena tidak tega mengganti ponsel yang dipakainya dengan ponsel baru itu. Satu alasan yang tidak mau diakui Ellena adalah karena ponsel yang dipakainya adalah pemberian Marco Kang.
Ellena berjalan ke lahan parkir dan menunggu hingga Paman Lu selesai mengurus mobil-mobil yang baru masuk.
"Ellena!" panggil Paman Lu saat melihat dirinya.
"Paman!" balas Ellena sambil tersenyum dan berjalan menghampiri pria tua itu.
"Apakah kamu akan menjadi supir pengganti?" tanya Paman Lu heran. Sudah lama Ellena tidak menjadi supir pengganti, karena keuangannya sudah cukup mapan.
Ellena mengangguk asal, dirinya tentu harus membuat alasan.
"Paman, ini ponsel buat Paman," ujar Ellena sambil menyerahkan kantongan ponsel tadi.
"Ah ..., tidak perlu! Paman sudah memiliki ponsel," tolak Paman Lu.
Ellena menatap pria tua itu, dirinya tentu tahu jelas Paman Lu memiliki ponsel. Namun, ponsel Paman Lu adalah ponsel sederhana yang hanya dapat digunakan untuk melakukan panggilan telepon.
"Ayolah, Paman! Ponsel ini bisa membuat panggilan video kepada cucu Paman di kampung," ujar Ellena.
Paman Lu tertarik untuk sesaat, tetapi kembali menolak dengan berkata, "Tidak usah! Kamu pakai saja! Itu sangat mahal."
"Ini hadiah undian, Paman. Jadi, Paman dapat menerimanya dengan tenang," Ellena berbohong.
Paman Lu terdiam untuk sesaat dan berkata, "Tapi, Paman tidak tahu cara menggunakannya!"
"Itu tidak masalah! Setiap pulang kerja dari restoran aku akan mengajari Paman perlahan!" janji Ellena.
"Ha ha ha! Terima kasih!" Paman Lu tertawa bahagia, sambil menerima kantongan itu perlahan, takut kantongan itu rusak.
Ellena bersyukur, kedua kekasih Marco Kang menolak ponsel itu. Sehingga, ponsel itu dapat menjadi milik Paman Lu yang lebih membutuhkannya.
Paman Lu sudah meninggalkannya dan kembali mengurus mobil yang masuk ke lahan parkir.
BAMMM!!!
Suara tabrakan mengejutkan Ellena. Ellena berlari menghampiri Paman Lu dan memastikan pria tua itu baik-baik saja. Ternyata mobil sport merah menabrak pembatas jalan yang ada di bagian belakang. Bamper mobil sport itu penyot dan Paman Lu terlihat ketakutan.
Seorang pria muda turun dari mobil itu dan berjalan menghampiri Paman Lu. Terlihat jelas dari raut wajah, pria itu murka.