Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 7

HAPPY READING

***

Lovi berusaha setenang mungkin, ia memandang Christ, jadi pria itu mengajaknya ke sini hanya untuk prihal dia menawarkan segepok uang untuk menjual tubuhnya. Tawaran yang menarik menurutnya. Ia kemarin ingin menjual dirinya di club malam karena memang sahabatnya Angel dan Bianca dulunya berawal dari situ.

Jujur kehidupan Angel dan Bianca membuatnya dirinya iri, mereka berdua sangat cantik, dan sekarang semakin cantik. Sampai saat ini mereka sama sekali tidak memiliki masalah finansial karena pekerjaan mereka

Mereka tinggal di apartemen mewah milik pribadi dan tentu fasilitas lengkap. Hari-hari mereka makan cantik di restoran mewah, perawatan tubuh yang super mahal, jalan-jalan ke luar negri. Mereka melakukan lulur, suntik putih, meni pedi, eyelash extension, sulam alis, pijit aura, totok wajah, control gigi rutin, body lotion seharga 6 juta dan produk perawatan yang super duper mahal yang mereka beli di Singapura.

Jujur ia sangat iri dengan kehidupan Angel dan Bianca, rasanya kok gampang sekali mendapatkan uang. Ia juga pernah tinggal di apartemen Bianca beberapa Minggu. Sahabatnya super baik hati, bahkan hingga saat ini meminjamkan satu unit mobil yang sekarang masih terparkir di apartemennya.

Lalu saat ini ia mendapatkan tawaran menarik dari pria berstatus duda, dia memberikan sejumlah uang $2000 dolar dan segepok uang sepuluh juta, jika di kalkulasikan itu sekitar empat puluh juta. Lovi menelan ludah, ia memang membutuhkan uang untuk saat ini. Lovi tersadar apakah ini manifestasi yang pernah ia pikirkan dulu, menginginkan kehidupan seperti Angel dan Bianca. Alam semesta seakan mengabulkan apa yang telah ia inginkan.

Lovi bersyukur kalau waitress datang membawa pesanan mereka. Jadi setidaknya ia bisa berpikir jernih untuk menerima tawaran ini. Lovi memandang Christ pria itu tampak serius dengannya.

“Apa ini bercanda?” Tanya Lovi berusaha tenang, ia menahan napas berkali-kali karena jantungnya hampir mau copot.

“Apa saya terlihat bercanda?” Tanya Christ.

Christ memandang server menyajikan makanan di atas meja, dia mengucapkan terima kasih. Setelah itu server pergi meninggalkan mereka.

“Jika berbisnis, saya tidak pernah bercanda.”

Lovi mengangguk paham, “Saya perlu waktu memikirkannya.”

“Oke, tidak masalah. Saya tunggu kamu satu Minggu ini untuk memikirkannya. Jika lebih dari itu, tawaran tidak berlaku lagi untuk anda.”

Christ memberikan kartu nama kepada Lovi, “Ini nomor ponsel saya, dan ini alamat rumah saya. Jika kamu deal, kamu bisa ke rumah saya, tapi hubungi saya terlebih dahulu sebelum datang, takutnya saya masih ada meeting di luar,” jelas Christ memberi intruksi kepada Lovita.

Lovi mengambil kartu yang terletak di atas meja itu, dia melihat nama dan alamat tertera di sana. Ternyata pria itu tinggal di Pantai Mutiara. Ia tau kalau pantai mutiara adalah sebuah pantai sekaligus komplek perumahan elit yang terdiri dari pemukiman mewah dan tempat hiburan seperti club olahraga, kolam renang, café maupun tempat penyewaan kapal jet ski yang terletak di pluit.

“Oke,” ucap Lovi tenang.

Lovi menatap hidangan yang ada di hadapannya, dan ia memakan daging steak itu. Rasanya sangat juicy, makanan di sini memang tidak pernah gagal. Lovi hanya berpikiran apa dia akan menjadi sugar baby nya Christ. Berapa nominal uang yang ia dapat dalam sebulan? Sugar baby tidak lebih dari gundik, mistress, selingkuhan, ani-ani atau TTM, namanya beda-beda tapi semuanya sama menurutnya. Apalagi yang diinginkan selain tubuhnya.

Lovi menatap Christ, ia ingin mengakumulasi finansial calculation karena ia ingin perhitungan yang subjectif.

“Jika saya menerimanya, berapa nominal yang saya dapatkan?” Tanya Lovi.

Christ menarik napas, “Mungkin kamu akan mendapat 75 juta, di luar sewa apartemen, akomodasi harian, jalan-jalan, piknik, salon, mobil, dan ke butik. Saya pikir itu cukup untuk kamu sebagai pemula menjadi simpanan saya.”

Lovi menelan ludah, ia memandang Christ sekali lagi, “Akan saya pikirkan.”

“Oke. Silahkan makan makanan kamu.”

“Iya.”

Lovi kembali memakan makanannya sambil menatap Christ. Pria itu hanya diam menatapnya, ia tidak tahu mimpi apa ia tadi malam, hingga mendapat tawaran seperti ini. Lovi tidak akan menanyakan apa-apa prihal kehidupan pria dan ia juga tidak mau tahu. Ini merupakan bisnis yang sangat menggiurkan untuknya.

Setelah makan Lovi pamit undur diri dari hadapan Christ, “Saya pamit undur diri, karena sudah waktunya saya kerja.”

“Oke, silahkan.”

“Lov,” ucap Christ.

Lovi menoleh menatap Christ, “Lovita, bukan Lov,” tekan Lovi.

“Kenapa? Bukannya nama kamu Lovita.”

“Saya tidak suka, kesannya kamu memanggil saya Love, padahal saya bukan apa-apa anda.”

Christ mengangguk paham, orang mungkin akan mengira ketika ia memanggil Lov terdengar seperti sepasang kekasih.

“Pikirkan baik-baik tawaran saya.”

“Baik. Terima kasih tawarannya. Saya akan hubungi secepatnya,” ucap Lovi lalu meninggalkan Christ begitu saja.

Sementara Christ menatap tubuh Lovi dari kejauhan dan lalu meninggalkannya. Ia menatap layar ponselnya dan lalu menghubungi Indra, kalau ia sudah menyelesaikan urusan dengan wanita bernama Lovita.

***

Sore harinya,

Christ mendengar suara ponselnya bergetar, di sana tertera nama “Pak Austin Calling” ia menggeser tombol hijau pada layar. Ia tidak lupa kalau malam ini pak Austin mengundangnya di acara anniversary pernikahannya yang ke lima puluh tahun. Pak Austin adalah pengusaha sukses pemilik Energy Indonesia Grup, dan lokasi rumah pak Austin tidak jauh darinya.

“Halo, selamat sore pak Austin,” sapa Christ setelah dia menyelesaikan pekerjaanya.

“Selamat sore juga Christ,” ucap pak Austin.

“Bagaimana kabar bapak?”

“Tentu saja baik, Christ.”

“Semoga bapak sehat selalu,” Christ menyungging senyum, ia memang selalu menjaga hubungan baik kepada orang-orang berpotensial dalam hidupnya. Ah ya, ia sudah lama sekal tidak bertemu dengan pak Austin. Terkahir mereka bertemu enam bulan lalu membicarakan bisnis.

“Kamu, nanti malam datang kan ke acara saya?”

“Saya pasti datang pak,” ucap Christ.

“Saya tunggu kedatangan kamu Christ.”

“Baik pak.”

Christ mematikan sambungan telponnya setelah ngobrol lama dengan pak Austin. Christ menatap Indra di dekat daun pintu. Tadi ia menyuruh Indra untuk pergi membeli kado pernikahan untuk pak Austin. Tadi ia menyuruh Christ membeli sebuah luxury bag untuk istrinya pak Austin di salah satu butik high end brand di Grand Indonesia.

“Ini pak kado pernikahannya.”

“Terima kasih.”

Christ beranjak dari duduknya, “Saya pulang dulu,” ucap Christ mengambil paperbag itu dari tangan Indra.

“Baik pak.”

Christ keluar dari office nya, meninggalkan Indra begitu saja. Christ melihat ada beberapa karyawan yang masih sibuk dengan pekerjaan, ada beberapa staff menyapanya. Christ masuk ke dalam lift dan lift membawanya menuju lantai bawah. Ia kembali teringat dengan wanita bernama Lovita, ia tidak tahu wanita itu menerima tawarannya atau tidak. Jika tidak menerimanya, ia juga tidak dirugikan apa-apa. Kalau menerimanya tentu ia memiliki teman tidur dan dia harus siap kapan saja. Jujur dia pria normal, dan tentu memiliki hasrat untuk melakukan sek.

Chirst sangat yakin kalau Lovita menerima tawarannya, cepat atau lambat wanita itu menghubunginya. Christ melangkah menuju basement dan lalu masuk ke dalam mobilnya. Beberapa menit kemudian, mobil meninggalkan area basement.

***

“Lo tau apa yang terjadi sama gue, setelah kejadian gue dibungkus?” Ucap Lovita memandang Iren di hadapannya, dia mengambil cangkir dan menyesapnya secara perlahan.

Lovita melihat langit yang sudah sedikit menghitam. Tadi dia dan Iren memang janjian untuk bertemu di café Aroma, sebelum ia pulang ke apartemen. Sementara Iren akan pergi kerja, karena Fable masih satu lokasi di dekat kantornya.

“Apa?” Tanya Iren semakin penasaran.

“Gue ketemu sama cowok yang bungkus gue di kantor,” ucap Lovita pada akhirnya, ia memang harus menceritakan ini kepada Iren, jika terjadi apa-apa pada dirinya. Iren lah yang akan membantunya.

Alis Iren terangkat, “Eh, itu serius? Kok dia tau kantor lo?”

“Dia ngambil kartu nama gue di dompet.”

“Wah, gila! Terus, terus!”

“Namanya Christian, dia pemilik Wilmar, perusahaan kelapa sawit.”

Iren menutup mulutnya dengan tangan, dengan mata yang terbelalak, “OMG! Seriusan?”

“Iya, serius. Ternyata dia nasabah prioritas di tempat gue kerja. Alhasil, siang itu kita ketemu. Si Christ ini ngajak gue makan siang. Saat jam makan siang, lo mau tau dia ngomong apa?”

“Apa?”

Lovi menarik napas, “Dia nawarin gue duit sebesar 75 juta sebulan di luar sewa apartemen, akomodasi harian, jalan-jalan, piknik, salon, mobil, dan ke butik,” ucap Lovita.

“Gue jadi simpanan dia.”

“OH MAY GOD!” Ucap Iren, ia tidak bisa berkata-kata lagi. Menurutnya 75 juta uang bulanan merupakan harga yang fantastis.

“Serius?”

Lovita mengangguk, “Iya, serius, Ren.”

“Lo terima?”

“Gue butuh waktu.”

“Kalau lo nggak ambil, lo bakalan nyesel sih.”

Lovita tertawa, “Tapi ngeri nggak sih kalau kayak gitu?” Tanya Lovita.

“Enggak sih, biasa aja. Banyak loh anak muda dapat tawaran gitu. Tinggal di apartemen mewah, nggak kerja, kerjaanya ke salon dan belanja.”

“Menurut lo gue ambil nggak sih?”

“Kalau lo butuh duit, ya ambil aja. Btw, orangnya kayak gimana?” Tanya Iren penasaran.

“Untuk wajah ya lumayan lah.”

“Lumayannya lo beda nih. Cakep mana sama Edward?” Tanya Iren penasaran.

“Edward sih kayaknya. Tapi Christ ini udah dewasa banget, sekitar 40 an kali umurrnya,”

“Jadi lo mau?”

“Kan gue udah bilang, masih gue pikirin. Bingung gue, takutnya dia ada orientasi seksual yang nyimpang lagi.”

“Dia bukan Edward Lov.”

“Ya kan mana ada yang tau Ren. Buktinya si Edward bisek, selingkuh sama cowok. Walaupun sekarang katanya udah nggak lagi. Tapi masih ngeri tau, kalau doi kembali lagi.”

“Tapi ini kan lo sama dia urusan bisnis doang. Bukan pakek hati kayak Edward, kayak kerja gitu sama dia sebagai simpanan. Palingan having sex nggak setiap hari juga kan.”

“Ya mana gue tau. Siapa tau hyper.”

“Iya juga sih. Kalau lo terima tawaran dia, lo kasih pertanyaan dia lagi deh, dia aneh-aneh nggak kalau ML? Tanyain juga jangan sampe hamil karena itu resiko besar buat lo, lo harus catet, minum pil KB juga.”

Lovi mengangguk, “Iya. Lo tenang aja.”

“Jadi lo mau?”

“Ini masih gue pikirin.”

“Di banding lo jadi LC, lo aman jadi simpanan si Christian ini deh, Lov.”

Lovita mengangguk dan kembali menyesap kopinya. Ia mengalihkan pandangannya ke jam tangan menunjukan pukul 19.00, ia melihat kopinya sisa setengah. Ia melihat ke arah jendela memandang mobil fortuner Edward berada di lobby.

“Lo udah di jemput Edward tuh,” ucap Iren.

“Iya, nih. Gue balik dulu ya.”

“Jangan bilang lo bimbang tawaran si Christian karena ada Edward yang selalu ada di samping lo.”

“Ya nggak lah. Aneh aja lo.”

Lovita dan Iren beranjak dari duduknya, mereka melangkah menuju lobby. Lovita tersenyum kepada Edward yang sudah menantinya. Lovita memeluk tubuh Iren, untuk berpamitan pulang.

“Gue balik dulu ya.”

“Iya, lo hati-hati. Lo Langsung ke apartemen atau makan di luar dulu sama Edward.”

“Kalau jam segini, Edward pasti mampir makan dulu sih. Dia nggak bakalan ninggalin gue dalam perut kosong.”

“Bisa aja lo.”

Lovita masuk ke dalam mobil Edward, dia memasang sabuk pengaman. Ia melirik Edward berada di sampingnya, mobil pria itu bergerak meninggalkan lobby. Sementara Iren juga sudah menghilang dari pandangannya.

“Kamu mau makan apa, Lov?” Tanya Edward.

“Apa aja. Aku ikut kamu aja.”

“Sushi mau?”

Lovita mengangguk, “Boleh.”

“Sushie Tei ya.”

“Iya.”

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel