Pustaka
Bahasa Indonesia

ENAK, OM BOSS!

82.0K · Tamat
Ayu Wandira
47
Bab
8.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

21+ DI BAWAH UMUR MENYINGKIR Bagi Lovita, mabuk adalah bencana buatnya. Tapi, ia tetap melakukan ketololan tersebut dan berakhir dengan tidur bersama pria bernama Christian yang ia temui di club malam. Lovi bertekad menyebutnya sebagai kesalahan satu malam dan berharap mereka kembali seperti awal. Tapi sayangnya, Christian tidak berpendapat demikian. Kini, Lovi membutuhkan segenap kendali dirinya agar tetap mampu bersikap seperti wanita asing yang professional tanpa memperdulikan pria sinting itu. Namun sayangnya disuatu kesempatan mereka bertemu lagi, karena pria itu merupakan nasabah prioritas di tempatnya bekerja. Masalahnya pria itu bukanlah jenis pria yang mudah ditolak. Lalu pria itu menawarkan Lovita untuk menjual diri kepadanya dan tidak segan-segan mengeluarkan segepok uang untuk mereka bersenang-senang.

RomansaMetropolitanPresdirBillionaireKawin KontrakOne-night StandKeluargaWanita CantikTuan Muda

BAB 1

“Bos kenal dengan cewek itu?”

Christian mengalihkan pandangaannya ke mana dagu Indra menunjuk ke arah 45 derajat. Chris memicingkan matanya untuk memastikan siapa wanita yang sejak tadi memperhatikannya. Wanita itu cantik dengan dress berwarna hitam dengan tali spaghetti. Tangannya sibuk dengan gelas bertangkai tinggi, yang berisi dengan air berwarna merah pekat. Wanita itu memperhatikannya seolah mereka pernah bertemu.

“Nggak, kenapa dia lihatin saya terus ya?” Tanya Christian bingung.

“Yakin bukan mantan bos?”

Christian lalu menatap Indra, “Kamu pikir saya pikun, tidak mengenali mantan pacar saya sendiri?” Jelas Christian.

“Loh, bos kan mantannya banyak, mungkin lupa salah satunya. Atau pernah one nigt stand, tapi bos lupa.”

“Ah itu cuma main-main saja, bukan mantan saya apalagi ONS. Mantan saya, yang saya anggap hanyalah Naomi ibu dari anak saya, selebihnya tidak ada,” ucap Christian dia menyesap apple martin yang digelasnya.

“Apa dia lady companion di sini?” Tanya Christian mencoba menebak-nebak.

“Saya tidak tahu bos.”

“Bos orangnya datang,” bisik Indra.

Chris memperhatikan wanita itu duduk di bar chair tepat di sampingnya dengan santai sambil menyesap winenya. Wanita itu tanpa ekspresi memperhatikannya. Dari aroma tubuh wanita itu tampak sangat menyengat. Ia sudah menebak kalau dia sudah banyak minum.

“Dia mabuk bos,” desis Indra, lalu Indra bergegas ke samping wanita itu.

“Maaf non, siapa namanya? Apa kita kenal?” Tanya Indra memperhatikan wanita itu secara baik-baik.

Wanita itu menggelengkan kepalanya lalu menaruh gelas itu di meja bar. Sementara Chris dan Indra beradu pandang. Keduanya sama-sama salling memandang satu sama lain, mereka sama-sama tidak tahu apa yang harus di lakukan pada wanita mabuk ini.

“Terus kenapa non di sini?” Tanya Indra lagi, sementara Chris hanya memperhatikan sekretarisnya itu.

“Lagi stress om, butuh uang,” ucapnya sambil menatap dengan pandangan kosong.

“Kalian minum juga kan,” ucapnya lagi.

Indra mengangguk, “Iya, non kita di sini minum, cuma bedanya kita ngilangin stress banyak kerjaan.”

Christian mengalihkan pandangannya ke arah wanita itu, dia memperhatikan wajah cantiknya. Ia mendengar kalau wanita itu mengalami kesulitan uang. Yah, memang simplenya kehidupan itu memang membutuhkan uang. Ia memang tidak munafik bawa semuanya butuh uang, ia jadi ingat ia jaman susah dulu. Banyak hal-hal dari aspek kehidupan butuh uang, tinggal di suatu tempat butuh uang, dan banyak hal yang berkaitan dengan uang. Di mana-mana butuh uang.

“Ayo, minum sama-sama,” ucap Chris, karena dengan cara minumlah menghilangkan sejenak stress melanda. Chris memperhatikan wanita itu sambil meracau.

“Saya mau kerja, kerja apa aja asal banyak uang! Tolong pak, beri saya kerjaan. Kerja apa aja asal duitnya banyak,” racau wanita itu lagi, Chris dan Indra tidak bisa berkata-kata atas ocehan yang keluar.

“Pak please, beri saya pekerjaan, tolong,” rengeknya sambil menundukkan kepalanya di meja bar, sedeitik kemudian dia langsung menangis tersedu-sedu.

Chris tersenyum tipis, ia merasa sedikit terhibur atas aksi liar wanita itu. Meracau dan minum sampai tidak sadarkan diri jelas itu aksi liar. Chirs menyadari kalau wanita itu kehabisan uang atau memerlukan banyak uang, yang ia tidak tahu untuk apa.

“Terima aja pak di kantor, kerja apa gitu,” ucap Indra.

“Ya, saya mana tau skill nya apa, Indra. Saya mesti lihat background nya dulu.”

“Cantik loh pak.”

“Iya, cantik, tapi kan nggak asal comot gitu aja, belum tentu di perusahaan ada posisi kosong untuk dia.”

“Hey kamu, kamu ganteng banget, siapa nama kamu!”

Chris tersadar bahwa wanita itu menunjuknya, lalu mengerayangi wajah dengan tangannya yang lembut, satu hal lagi kuku-kukunya di ukir dengan cantik. Chris melihat wajah sayu itu dengan seksama, ia merangkum wajah cantik itu dengan kedua tangannya. Kini mereka saling berhadapan satu sama lain.

“Kenapa kamu mau tau nama saya? Kamu sendiri siapa?” Tanya Chris penasaran, ia merasakan kulit wajah itu sudah dingin.

“Saya Lovita, tiga puluh tiga tahun, single dan manager marketing di bank Central. Saya need freelance job.”

“Iren nggak bolehin gue jadi LC, temen apa dia. Huh! Dasar pelit!”

“Siapa Iren?” Tanya Chris penasaran.

“Sahabat dekat saya. Itu dia, yang main DJ,” ucapnya sambil merecau sambil menangis.

“Jadi kamu mau jadi LC?” Tanya Chris, menjadi LC bukan pilihan yang tepat.

Wanita itu kembali mengangguk, “Need job, mau biayain mama sakit keras, biaya apartemen, biaya bibi di Bali karena ngurus mama, biaya makan. Gaji saya kurang kurang, bahkan tabungan habis,” ucap wanita itu sambil manangis dan tersedu-sedu, lalu beberapa detik kemudian tertawa.

Chris menarik napas, “Kamu mabuk, di mana rumah kamu? Biar saya antar,” ucap Chris, membuat Indra melotot ke arahnya, karena nyaris tidak percaya.

“Bos, jadi mau ambil kesempatan sama cewek ini?”

“Kamu lebih percaya saya atau dia pulang dengan pria hidung belang di club ini?”

Indra mengerutkan dahi, “Saya nggak percaya keduanya bos. Bos sama aja seperti pria hidung belang. Kan tiap Minggu gonta-ganti cewek.”

“Kamu!” Mata Chris melotot karena Indra melebel dirinya sama seperti pria hidung belang, ah yang benar saja.

“Ihhh, kalian apa-apaan sih! Saya nggak mau pulang,” wanita bernama Lovita itu bangkit dari duduknya, dan tidak lama kemudian justru tubuhnya luruh ke lantai dan dia tidak sadarkan diri.

Chris dan Indra memandang wanita itu dengan ekspresi bingung.

“Gimana nih bos?” Tanya Indra menatap wanita yang sedang tertidur di lantai.

“Wanita itu sedang mabuk parah!”

Chris lalu menggendong wanita itu ternyata dia lebih ringan dari yang ia duga, “Saya akan bawa pulang,” ucap Chris.

“Tapi bos.”

Chris melotot tajam kepada Indra, “Dengar ya Indra, saya tidak akan berbuat macam-macam kepadanya, hapus pikiran kotormu itu.”

Indra memandang sang bos membopong wanita bernama Lovita itu pergi dari kerumunan orang. Sementara dirinya membayar tagihan bill mereka. Indra menatap DJ yang sedang asyik bermain music itu. Wanita itu sepertinya lupa kalau sahabatnya sedang mabuk berat. Harusnya petugas keamanan jauh lebih berhati-hati pada orang yang kelihatannya membawa wanita yang tidak sadarkan diri keluar dari club. Dan yang membawa gadis tidak sadarkan diri itu adalah bos nya.

Indra mengejar ketertinggalan, dia mengejar Chris, “Bos mau bawa ke mana? Ke rumah bos?”

“Menurut kamu, enaknya di mana?”

“Hotel aja bos, biar main aman.”

“Ok. Kamu booking hotelnya.”

“Siap bos.”

Indra dan Chris melangkah menuju parkiran. Indra membuka pintu mobil untuk Chris dan wanita itu. Chris menyandarkan tubuh wanita itu di kursi, ia memperhatikan wajah cantik itu. Dia memiliki rambut berwarna coklat, hidung mancung, kulit putih dan alis yang terukir sempurna. Kuku-kukunya lentik dan cantik berwarna beige. High heels hitam dengan tinggi 10 centi, tas yang di bawanya merek Coach, dia memang bukan seperti wanita murahan.

Chris melihat mata wanita itu terbuka, “Saya ada di mana?”

“Di mobil saya. Kamu sudah sadar?” Tanya Chris memperhatikan wanita itu dengan seksama.

“Sadar? Memangnya saya pingsan?” Tanyanya dengan ekspresi bingung.

“Kamu nggak pingsan, tapi kamu mabuk.”

“Oh, mabuk. Saya mabuk ya, uuuweekk. Uuuweeeekkk.”

Mata Chris melotot, melihat cairan keluar dari mulut Lovita, “Arrggghhh, sial! Kamu muntah di mobil favorit saya,” erang Chris frustasi.

***