Bab 9 Penolakan Isamu
Bab 9 Penolakan Isamu
Andaikan saja di depan Mark ada cermin yang dapat memperlihatkan pantulan wajahnya, tentu dia akan tertawa karena wajahnya berubah seperti mahluk astral yang tidak sedap dipandang.
“Benar. Dan Opa akan membawamu sekarang ke kantor. Ambil posisimu!” Mark bersikeras, Matahari melepaskan diri dari Larisa.
“Tidak ada seorangpun yang akan menggantikan posisi dan jabatan Jan di Maeda. Dan Tuan Mark, saya minta tolong tinggalkan kami. Saya tidak ingin melihat dirimu di rumah ini lagi kalau tujuan Anda hanya untuk mengganggu keluarga saya,” tegas Matahari.
“Aku akan tetap berada di sini sampai Isamu mengikuti apa yang aku inginkan!” Mark menolak perintah Matahari dan bersikeras memaksakan kehendaknya karena ia tahu pria yang menjadi menantunya tidak akan bertindak kasar selama ada istri dan anaknya.
“Isamu,” Matahari menoleh pada putranya yang masih berdiri dengan wajah tak peduli.
“Aku akan memilih untuk kembali ke Jerman karena aku sudah pergi tanpa izin,” jawab Isamu berjalan meninggalkan ruangan.
“Tunggu, Nak!” panggil Mark.
Isamu berhenti dan tanpa membalikkan tubuhnya. Dia mengangkat sebelah alisnya mendengar nada suara Mark yang berbeda.
“Apakah Opa bisa bicara denganmu? Hanya berdua,” ucap Mark ketika melihat Matahari akan menyela ucapannya.
Tidak ingin mengecewakan kakeknya dan juga ingin tahu apa yang akan dikatakan oleh Mark, Isamu menganggukkan kepalanya. Melihat Isamu setuju berbicara dengan Mark, Matahari geram dan dia sudah akan mengikuti putranya yang berjalan ke ruang baca bersama dengan Mark.
“Ra, biarkan Isamu mengambil keputusan untuk dirinya sendiri,” cegah Larisa membuat Matahari mengerutkan alisnya.
“Aku percaya dengan putraku. Tapi tidak pada Mark. Aku tahu bagaimana dia bisa berbuat apapun untuk mewujudkan ambisinya,” ucap Matahari dengan mata yang tajam.
“Yakinlah bahwa Isamu bisa mengatasinya,” bujuk Larisa memohon pengertian dari Matahari.
Dengan wajah meradang, Matahari meninggalkan ruangan diikuti oleh Larisa yang berjalan di belakangnya. Sementara diruang baca, Isamu berdiri bersandar pada meja tulis. Menunggu Mark yang sedang menatapnya dengan wajah tidak bersalah.
“Isamu. Kamu adalah cucu lelaki Opa yang akan memegang tanggung jawab besar keluarga Maeda dan juga keluarga Jaan Peter. Sebagai anak lelaki yang bertanggung jawab, Opa yakin bahwa kamu pasti mengerti bagaimana melakukan sesuatu yang bisa membuat keluargamu bangga.”
Mark memandang Isamu menunggu reaksi pemuda yang menatapnya dengan tajam. Dan ia kembali melanjutkan ucapannya lagi setelah Isamu hanya diam saja.
“Di pundakmu sudah ada tanggung jawab besar bahkan sejak kau lahir. Apa salah kalau Opa menginginkan kamu untuk segera terlibat langsung di perusahaan yang selama ini dikendalikan ayahmu dan Ken?” tanya Mark.
Mark tersenyum di dalam hati melihat Isamu yang hanya diam. Karena dia tahu kalau cucunya memikirkan kata-kata yang dia ucapkan. “Sekarang Maeda Group dipimpin oleh Januari yang sama sekali tidak pantas untuk duduk di kursi CEO. Dan ….”
“Dan Opa sengaja menjemputku pulang hanya untuk menggantikan sepupuku sebagai CEO?” sela Isamu memotong ucapan Mark.
“Benar. Karena kau yang lebih pantas berada di sana.”
“Opa menilai dari mana bahwa aku lebih pantas? Aku sama sekali tidak tertarik dengan posisi tersebut. Karena aku bahkan tidak tahu apa-apa. Berbeda dengan Jan yang sudah sering di libatkan oleh Dad dan Ken.”
“Kau adalah anak yang berbakat, maka Opa yakin kamu bisa mengatasinya. Apakah kamu berpikir dia langsung bisa menguasainya? Tidak. Dia juga harus belajar lebih dulu. Berbeda dengan dirimu yang akan belajar langsung sebagai pimpinan dan Opa yakin tidak memerlukan waktu lama. Kamu tinggal memberi perintah pada bawahanmu.”
“Tapi bukan seperti itu yang aku inginkan, Opa.”
“Apa yang kau inginkan? Apakah kau sama sekali tidak pernah memikirkan apa yang terjadi dengan perusahaan besar Maeda? Dia selalu lebih suka untuk berpetualang dari gunung ke gunung karena tempatnya memang berada di sana. Dan dia sudah mengetahuinya. Lalu apa yang akan terjadi bila kamu tidak berada di sana ketika dia memutuskan untuk pergi?”
“Aku yakin Jan tidak akan melakukannya karena aku mengenal Jan lebih dari Opa.”
Mark berusaha meredam amarah menghadapi Isamu yang menurutnya sangat lemah dan tidak memiliki ambisi besar sebagai laki-laki. “Dan bila terjadi seperti yang Opa pikirkan, kau akan bertanggung jawab atas kerugian perusahaan?”
Mark yakin dengan ucapan yang baru saja dia katakan bisa membuat Isamu berpikir lagi. Karena Isamu adalah anak Matahari dan juga cucunya dan dia yakin pemuda itu pasti akan berpikir ulang untuk menolaknya, terutama bila dijelaskan dengan sebuah tanggung jawab.
“Aku akan memikirkannya lagi. Tapi jangan terus memaksaku,” sahut Isamu.
Wajah Mark terlihat sangat puas mendengar jawaban dari Isamu dan dia tertawa. Dengan wajah gembira Mark berusaha memeluk Isamu sebagai tanda kesepakatan. Tetapi pemuda itu melangkah mundur menghindari Mark.
“Bila Opa memaksaku, maka aku akan segera kembali dan meninggalkan Maeda Group sesuai dengan keinginanku. Dan Opa tidak mempunyai hak apapun untuk mencegahku untuk pergi.”
‘Bocah kurang ajar. Bagaimana dia bisa berbicara seperti itu?’ Mark memaki di dalam hatinya mendengar kalimat yang dikatakan oleh Isamu.
“Opa tidak akan memaksamu. Asalkan kamu mengikuti apa yang Opa inginkan tentu saja Opa tidak akan memaksamu,” katanya puas dengan jawaban pemuda yang berdiri di depannya.
“Aku tidak akan mengikuti keinginan Opa. Tapi Opa yang harus mengikuti keinginanku,” sekali lagi Isamu menyangkal ucapan Mark hingga wajah Mark sangat merah.
Didalam hidupnya, hanya Matahari yang selalu menantangnya dan sangat dibencinya. Tetapi hari ini ternyata cucunya juga melakukan hal yang sama . Tetapi Mark adalah laki-laki tua yang sudah sangat berpengalaman dan juga seorang manipulator ulung.
“Tentu Nak. Opa akan mengikuti apa yang kamu inginkan,” jawab Mark dengan senyum lebar di wajahnya untuk menutupi rencana licik di dalam hatinya.
Setelah mendapatkan kesepakatan dengan Isamu, Mark meninggalkan rumah Matahari tanpa perlu berpamitan pada pemilik rumah. Karena dia memang tidak ada kepentingan dengan Matahari.
“Jangan katakan kalau kamu menerima apa yang diinginkan oleh Mark?” tanya Matahari begitu melihat Isamu turun di belakang Mark.
“Aku menyetujuinya, karena jika tidak kita semua tahu dia tidak akan berhenti,” jawab Isamu. “Tapi aku tidak akan melakukan apapun tanpa berbiara dengan Jan lebih dulu.”
“Apa maksudmu? Apakah kamu bisa jelaskan?”
Dengan menghela nafas, Isamu menatap Matahari dan ia melihat melihat kekhawatiran di matan di mata sang ayah. Sehingga ia harus berpikir bahwa keputusannya benar.
“Aku sama sekali tidak tertarik dengan Maeda Group, tetapi bila aku menolak secara langsung keinginan Opa, maka Opa pasti tidak akan berhenti mengganggu Jan dan juga ketenangan keluarga kita.”
Matahari tidak percaya dengan ucapan yang keluar dari mulut putranya. “Lalu apa rencanamu?”
“Aku akan membuat kesepakatan dengan Jan.”
“Kesepakatan?” Matahari menatapnya, Isamu mengangguk.
“Aku akan mengatakan lebih dulu dengan Jan.”
Walaupun Matahari tidak puas dengan ucapan Isamu, tetapi dia tahu bahwa putranya sudah berusaha bersikap bijak dan menjaga agar semuanya tetap dalam kendali mereka.
“Hari ini aku akan menemui Jan di rumah untuk bicara dengannya,” kata Isamu setelah melihat Matahari hanya diam.
“Mengapa tidak langsung ke kantornya?”
“Menurut Dad tindakan tersebut tidak akan menyinggung Jan?” tanya Isamu dengan mengangkat sebelah alisnya.
“Jangan berlagak seperti tidak mengenal kakakmu. Jan adalah orang yang terbuka. Dia akan lebih menerima bila urusan pekerjaan dilakukan di kantor. Kalau kau berbicara di rumah maka hanya ada pertemuan keluarga saja,” jawab Matahari.
“Baiklah. Aku akan berbicara dengannya di kantor. Dan aku akan membuat janji dengannya setelah jam makan siang.”
“Lakukan dengan baik dan kami yakin kalau dirimu mampu mengatasi semuanya,” kata Matahari sebelum meninggalkan Isamu. Pemuda itu menggaruk kepalanya kesal ketika tinggal sendirian.
‘Oke, sebagai langkah pertama aku akan menghubungi Jan. Dan aku yakin dia sudah tiba di kantor kerena dia adalah orang yang sangat tepat waktu dan juga memiliki tanggung jawab,’ berfikir begitu, Isamu melangkah ke kamar.
Isamu sudah memutuskan apa yang akan dia lakukan saat dia menelepon sepupunya untuk mengatakan bahwa dia akan berkunjung ke kantor sebelum kembali ke Jerman. Dan Jan terdengar sangat senang sekali mengetahui Isamu akan datang menemui dirinya.