Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

DN 3

Diapun menjawabnya dengan anggukan pelan.

Kak Lisa kemudian beranjak turun dari tempat tidur, dia melepas satu persatu pakaiannya hingga, aku seolah tidak percaya bisa melihat tubuhnya secara detail.

Setelah itu, dia menuju meja riasnya, lanjut dia duduk sembari membuka lebar pahanya.

Astaga, beberapa kali aku mengusap - usap mataku, aku seperti sedang bermimpi, apalagi posisinya saat ini membuatnya lipatan yang ada di pangkal pahanya begitu jelas terlihat olehku.

Aku ikut beranjak turun, lalu kembali melilitkan sarungku di pinggang. Aku kemudian melangkah ke arahnya, dan tanganku langsung meraba serabi kak Lisa. Awalnya aku sangat penasaran dengan dadanya, namun setelah melihat bagian bawahnya yang berbanding terbalik dengan punyaku, akhirnya lebih penasaran dengan bagian bawahnya.

Sesekali jariku menyingkap bentuk bibir itu, aku sempat terpukau merasakan licinnya jariku saat menyapukannya.

"Ouuhhh, dek, iyyaa gituin, punya kakak enak banget di gituin !" rintihannya membuatku semakin penasaran, dan aku tambah semangat menjejalkan jari -jariku.

"Dek, jilatin !" pintanya.

Aku sempat garuk - garuk kepala, sambil menatapnya.

"Ngga bahaya toh ?"

"Ngga dek, malahan kamu akan ketagihan dengan rasanya !" jawab kakakku.

Sebelum melakukan apa yang di minta kakakku, hidungku mengendus sejenak bau miliknya. Baunya cukup menyengat, namun kata - kata dari kak Lisa membuatku penasaran dengan rasanya, yang katanya akan membuatku ketagihan.

Aku dekatkan mulutku, ke serabi kak Lisa, lalu aku menjulurkan lidahku, kujilat pelan bagian lipatannya, seketika tangan kak Lisa menekan kepalaku agar aku tetap di situ, sambil dia meremas pelan kepalaku.

"Dek, iya, gitu kamu memang pintar dek, kakak tambah sayang sama kamu dek, aaahhh !" ucapnya.

Dia mendesis, mendesah, dan aku mengecap rasanya, ada rasa asin, manis.

Sluuuurrrppp, sluuuurrrppp, sluuuurrrppp!

Benar apa yang ia katakan cairan yang senantiasa keluar dari dalam serabinya begitu membuatku ketagihan. Semakin lama aku merasa semakin penasaran.

Sluuuurrrppp, sluuuurrrppp!

Kak Lisa juga terus mendesis, dia juga ikut menggerakkan pinggulnya, dan kepalaku di seolah di kendalikan olehnya.

Kak Lisa tiba - tiba menjepit kepalaku, aku merasa sesak, aku berusaha melepas himpitannya.

Nyiuuttttt.!

Saking kuatnya himpitan pahanya, aku langsung mencubit sisi pahanya bagian luar.

"Aduhhh, aduhhh !" kakakku kesakitan, dia merenggangkan kembali pahanya, dan tubuhku seketika terhempas ke lantai.

"Dekk, kamu kenapa ?" tanyanya.

"Kakak kenapa sih, mau bunuh Rizal, kalau mau bunuh ngga gitu caranya, pake cara yang baik - baik, dan penuh kelembutan !" timpalku.

"Astaga dek, dek, kakak tidak ada maksud seperti itu, kakak tadi itu udah mau sampai, dan sekarang malah ngga jadi !" ujar kakakku, wajahnya tampak kecewa.

"Kak, sini aku lanjut, sampai kakak dapat juga !" kataku segera, aku tidak mau dia marah denganku, apalagi saat itu aku merasa masih terikat dengan pengobatan torpedoku.

Namun dia segera turun dari meja riasnya, dia menarikku untuk menuju tempat tidurnya. Kami sejenak duduk di tengah - tengah kasur, lalu dia menuntun tanganku untuk memegang dadanya.

"Dek, coba kamu mainin dada kakak bentar aja !" katanya.

Akupun langsung meremasnya, rasanya begitu lembut, kenyal, dan sekal.

Ujung jariku memelintir benda mencuat yang ada di ujung dadanya.

"Ssshhttt, dekk, coba kamu hisap ujungnya, pasti kamu juga akan ketagihan!" katanya.

Aku merasa torpedoku kembali berdiri.

"Kak, punyaku udah tegang lagi, gimana kalau kakak keluarin isinya lagi, seperti tadi, Rizal juga akan membuat kakak keluar !" ujarku.

"Hisapin pentil kakak dulu dek, nanti ada saatnya kamu keluar lagi, !" timpalnya.

Aku menurutinya, mulutku mendekati put!ngnya, saat mulutku memasukkan put!ng d*danya, aku langsung memejamkan mataku.

Rasanya hambar, namun ada sensasi untuk terus lanjut. Aku hisap lebih dalam, hingga sisi put!ngnya ikut masuk ke dalam mulutku. Di dalam aku memainkan lidahku, menggelitik ujungnya.

"Ssshhhtt, ohhh, Rizal, kamu pernah ngga menyukai teman perempuanmu ?" tanyanya.

Aku sejenak menghentikan aksiku, lalu menatapnya.

"Bukan pernah kak, tapi sekarang aku sedang menyukainya, dia bernama Zakina, tapi dia tidak menyukaiku kak, !" jawabku.

"Hmm, masa sih dek, kamu sakit hati ngga ?"

"Ngga kak, tapi kakak tau ngga kenapa dia tidak suka denganku ?"

"Hihihi, mungkin karena kamu penakut, !" jawabnya.

"Masa sih, padahal aku pernah nolongin dia sewaktu dia di gangguin sama teman - temanku juga, !"

"Dek, kamu belum waktunya untuk melakukan itu semua, jangan sampai rasa tertarik darimu yang berlebih menimbulkan hal yang tidak di inginkan, jadi lebih baik kamu fokus untuk belajar. Ada saatnya kok kamu akan mengetahui apa yang sebenarnya wanita cari !" jelas kakakku.

Kak Lisa memegang tanganku, bukan lagi di arahkan memegang dadanya, kini dia menuntunnya untuk ke bagian pangkal pahanya.

"Dek, kita lanjutkan yang tadi sempat tertunda, yah !" katanya sambil tersenyum menyeringai.

Tanganku langsung merespon, namun aku merasa gemetar ketika tanganku meraba bagian depannya. Lembut dan hangat.

Lanjut rabaanku turun membelai lipatannya, sambil sedikit menekan masuk. Hingga kak Lisa menggeliat.

"Kak rebahan aja gih, !" pintaku, dia menurutiku, pegangan tangannya di lepasnya.

Posisiku masih duduk di samping tubuhnya yang rebahan.

Di balik permainan jariku, tangan satuku lagi meremas torpedoku di balik sarungku, tentunya tanpa sepengetahuan kak Lisa.

"Hmmmm, ouuhhhh, ssshhttt, dekkk !" desahnya.

Aku semakin bersemangat memainkan jariku di serabinya, yang sudah mulai basah, cairannya kak Lisa mulai merembes keluar di sela jariku, dan cairan itu aku sapukan di sekeliling permukaannya.

Sluuuurrrppp!

Sejenak aku menghisap jariku.

Lalu kembali memainkan kembali serabinya. Namun di tengah permainan tanganku yang mengusap - usap naik turun, aku seolah menyentuh daging kecil yang letaknya di bagian atasnya, dan aku bingung kenapa dia bisa menggeliat setiap kali aku memainkan benda kecil sebesar kacang kedelai itu.

Jariku semakin betah memainkan kacang miliknya, apalagi ketika dia menggigit bibir bawahnya, dia sangat lucu, dan wajahnya begitu membuat torpedoku semakin menegak.

Saat aku tengah fokus menatapnya, tiba tiba aku merasa ada tangan lain masuk di dalam sarung, aku menunduk sejenak ternyata tangan kak Lisa.

Tanganku yang tadinya memegang torpedoku ,kini berpindah bertumpu di samping tubuhku.

Dia menyingkap sarungku, lalu dia mulai mengocoknya lagi.

"Kak, apakah sudah waktunya, punyaku di keluarkan lagi ?" tanyaku.

"Mungkin dek, kakak suka bentuk punyamu, besar dan panjang banget !" katanya.

"Hah, kok kakak suka, jadi kakak suka kalau punyaku tidak normal ?"

"Hihihi!" dia tertawa cekikikan, aku juga tidak ingin banyak tanya saat ini, aku memilih untuk menikmati permainan tangan kami masing - masing.

"kak, aku mau lanjut jilatin, !" kataku setelah beberapa menit merasakan kocokannya.

"Hmmm, kamu ngga mau keluar dulu ?"

"Nanti aja kak,  !" jawabku.

Kak Lisa yang mendukung keinginanku kedua pahanya langsung di renggangkan, sesuai dengan postur tubuhku.

"Kakak, jangan di himpit seperti tadi, yah !" pintaku sebelum lanjut.

"Hihi, nanti kakak usahain, lagi pula kamu juga ngga akan mati kok, kalau kakak himpit, kamu aja yang penakut!" timpalnya.

"Huffttt, tapi kakak kasih komando dulu, supaya aku bisa mengambil nafas banyak !"

"Iya, iya, !"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel