Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

7. Rintangan

'Astaga, apa yang harus aku lakukan?' Bintang panik, ketika gadis itu tiba-tiba menangis tak terkendali.

Bintang yang sama sekali tidak berpengalaman dalam membujuk gadis manja, bingung menghadapi sosok yang ada didepannya.

Bukannya prihatin, Bintang justru kesal dan membatin, 'Sial! Kenapa aku harus diperhadapkan dengan gadis manja ini?'

Setelah berpikir panjang, akhirnya Bintang mengirim pesan melalui aplikasi hijau pada mentari, adiknya.

[Dik, bagaimana cara membujuk gadis yang sedang menangis? Kakak butuh jawaban cepat!]

[Peluk dia, dan katakan agar dia tidak usah takut, karena kakak bersamanya.] balas Mentari.

Sesuai saran Mentari, Bintang memeluk gadis tak dikenal itu. Namun, bukannya tenang tapi gadis itu justru mendorongnya dengan kasar. Matanya yang sembab menatap Bintang, tiba-tiba ....

PLAKKK!!!!

Bintang mengelus pipinya yang terasa perih akibat tamparan telak dari gadis tak dikenal.

Gadis itu berlari meninggalkan Bintang yang kebingungan.

Namun, tidak mau terjadi sesuatu pada gadis itu, Bintang memilih mengikutinya secara diam-diam.

Setelah gadis itu mendapatkan taksi, barulah Bintang melanjutkan perjalannya ke tempat tujuan.

"Apa lelaki tua itu salah memberi alamat?"

Bintang menatap Padang rumput hijau yang sangat luas. Tidak ada satu bangunan pun di sana.

Kembali dia menatap alamat yang diberikan lelaki tua itu, "Sepertinya aku tidak salah alamat, tapi untuk apa dia mengundangku ke sini? Kalau untuk mengetes ku, bukankah gedung tua atau bangunan itu akan lebih mudah?"

Berlahan Bintang menginjakkan kakinya di Padang rumput hijau itu dengan ragu-ragu.

Satu langkah.

Dua langkah.

Tiga langkah.

Namun, tidak ada sesuatu yang terjadi padanya.

Saat berada sekitar dua puluh lima meter dari jalan raya, tiba-tiba ...

Auw ....

Bintang menjerit, ketika menemukan dirinya kini telah berada di dalam lubang yang kedalamannya mencapai 10 meter.

Brengsek! Kenapa tidak terpikir olehku? Bukankah lelaki paruh baya itu mengatakan kalau kemampuan beladiri anak buahnya masih dibawah standar? Bukankah itu artinya dia tahu betul kalau mereka bukan tandinganku?

Bintang kesal, bukan karena dia tidak bisa menyelamatkan diri. Tapi dia kesal, karena tidak memikirkan kalau lelaki itu akan menggunakan cara seperti itu untuk mengujinya.

Aku membutuhkan sesuatu untuk bisa memanjat naik, tapi apa?

Walaupun keluar dari situ adalah hal yang mudah, tapi Bintang tidak mau bertindak gegabah. Dia tidak mau menunjukkan tenaganya, karena dia yakin pasti disuatu tempat ada banyak mata yang sedang menatapnya. Atau justru sebaliknya, ada CCTV.

Sedetik kemudian dia teringat sesuatu, 'Untung aku membawa perlengkapan ku sebagai penjagaan. Kalau tidak tamat sudah riwayatku!’

Ya! Walaupun tidak pernah bergabung langsung dengan kelompok orang yang berasal dari dunia bawah tanah. Namun, Bintang tahu betul dunia mafia itu kejam.

Bintang segera mengeluarkan piton angel berbentuk pipih, beserta hammer. Kedua alat itu biasa digunakan oleh orang yang suka memanjat tebing.

‘Akhirnya kalian berfungsi juga di kota ini,’ batin Bintang tersenyum sambil menatap dua benda yang baru saja dikeluarkan dari ranselnya.

Berlahan tapi pasti, Bintang mulai memanjat lubang yang hanya memiliki kedalaman 10 meter. Bagi Bintang itu bukanlah sesuatu yang sulit.

Begitu tiba di atas, Bintang melihat selembar kertas yang ditancapkan ke tanah.

~ Berjalanlah ke arah timur. ~

Walaupun dia tidak tahu bahaya apa yang menanti, tapi itu tak membuatnya takut. Dia bahkan merasa semakin tertantang. Baginya ini merupakan sesuatu yang menyenangkan.

Lelaki tua yang sedang mengawasi Bintang dari tempat tersembunyi, puas dengan hasil kerja Bintang. Dia sama sekali tidak menyangka Bintang akan keluar dari dalam lubang itu lebih cepat dari waktu yang ditargetkannya.

"Aku sangat, sangat, sangat beruntung. Dia lebih tangguh dari apa yang aku prediksi. Dia bahkan bisa keluar dari lubang itu, jauh lebih cepat dari waktu yang aku targetkan. Apapun caranya, dia harus menjadi penerus, walau aku baru mengenalnya. Aku tidak peduli! Tapi mampukah dia mencapai garis akhir?" ujar lelaki itu dengan penuh kekaguman. Dia yakin akan pilihannya, tapi ada bias keraguan dalam benaknya.

Sesuai petunjuk, Bintang melangkah kearah timur.

Bintang terkejut, ketika melihat sekitar lima belas ekor kuda liar berlari tak tentu arah. Bahkan terkesan ganas.

'Sepertinya lelaki tua itu tidak mau memberikan posisinya kepada sembarang orang! Kalau seperti ini, kenapa juga dia menawarkannya padaku?' umpat Bintang benar-benar kesal.

Bagi Bintang menaklukan sekelompok orang jahat lebih mudah, dari pada menaklukan hewan liar yang sama sekali tidak tahu apa-apa.

Tidak mau melukai salah satu kuda pun, Bintang memilih berlari menghindar.

Dalam pelariannya itu, mata Bintang menangkap tali yang tergeletak di atas Padang rumput.

Tanpa berpikir panjang, Dia langsung berlari meraih tali itu, kemudian melanjutkan larinya sambil berpikir apa yang harus dia lakukan selanjutnya.

Walaupun kesulitan, tapi akhirnya Bintang dapat bernafas lega ketika dia berhasil melumpuhkan kuda-kuda itu tanpa harus membunuh.

Ya! Bintang mengalihkan perhatian kuda-kuda itu untuk mengejarnya, saat itulah, dia menjerat hewan itu satu demi satu hingga tergeletak di Padang rumput hijau tanpa ada luka sedikitpun. Kaki dan tangan hewan liar itu terikat rapi.

Bintang kemudian melanjutkan perjalannya kearah timur.

Dia menatap satu-satunya pohon besar yang tumbuh di bagian ujung Padang rumput hijau itu.

Tiba-tiba kakinya serasa bergerak.

"Tidak! Tidak mungkin! Jangan Katakan kalau …,"

Auw ....

BRUKKK!!!!

Tubuh Bintang jatuh membentur matras.

Dia menatap sekelilingnya, terkejut. "Ja-ja-jadi Padang rumput hijau ini, dibawahnya adalah bangunan? Apa aku sedang bermimpi?"

"Kamu berada di dunia nyata, bukan mimpi! Selamat datang di ujian selanjutnya, Bintang! Aku harap kamu tidak lolos ujian terakhir ini!" cetus lelaki itu tanpa ekspresi.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang?"

Bukannya menjawab, lelaki itu langsung saja menempel jemarinya ke dinding beton yang ada disampingnya.

Dinding beton terbuka. Ternyata di dalamnya ada sebuah lift.

Tanpa menunggu lelaki itu langsung memasuki lift, kemudian menekan tombol angka. Sebelum lift benar-benar tertutup lelaki itu berkata, "Selamat berjuang, semoga berhasil! Selama ini tidak ada yang bisa sampai di sini, kamulah yang pertama."

'Aku yang pertama berhasil sampai di sini? Jadi itu artinya aku bukanlah kandidat pertama yang mendapatkan tawaran menjadi pimpinan?'

Bintang melangkah menuju satu-satunya jalan yang kini terbentang didepannya.

Berhubung rintangan pertama hanyalah perkelahian, maka Bintang dapat melewatinya dengan mudah.

'Apa mungkin pada ruangan terakhir, itu adalah orang-orang terkuatnya? Bukankah kemampuan beladiri orang-orang yang menghadapiku, kemampuannya berbeda setiap ruangan?' batin Bintang ragu-ragu.

"Sekarang kamu akan melewati rintangan paling terakhir. Semoga saja kamu sukses. Kalau tidak, maka tidak akan ada seorangpun yang akan menemukanmu. Kamu akan dinyatakan menghilang tanpa jejak."

"Apa maksudmu?" tanya Bintang bingung.

"Salahmu bisa berada pada rintangan ruangan terakhir! Jadi pesanku hanya satu, berhati-hatilah! Asal tahu saja, tidak ada satu anak buah pun yang bersedia menjadi pimpinan karena harus melewati rintangan ruangan terakhir," ujar lelaki itu.

Bukannya takut, tapi Bintang justru semakin tertarik. Dia melangkah menuju ruangan terakhir.

"Apa-apaan ini? Kenapa ruangannya benar-benar kosong?"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel