Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

6. Apa aku sudah disentuh?

'Sial! Kenapa aku begitu bodoh? Kenapa bisa keceplosan?’ batin lelaki itu kesal.

"Deni! Antar dan tunjukkan Bintang setiap sudut rumah yang sudah dikontraknya. Ayah hanya takut kalau nantinya dia tersesat," kata lelaki itu mengalihkan pembicaraan dan langsung meninggalkan Bintang.

Bintang hanya menatap kepergian lelaki itu dalam diam. Jelas sekali ada sesuatu yang disembunyikan lelaki itu.

Apa maksudnya dengan pembunuhan tragis? Apakah yang menimpa mami dan papi, juga menimpah kakek dan paman? Atau yang dimaksud lelaki tadi itu rumah mami dan papi?

“Ikut aku sekarang!”

Suara tegas Deni langsung membuyarkan lamunan Bintang.

Tidak mau menimbulkan kecurigaan, Bintang langsung mengikuti langkah kaki Deni menuju rumah yang baru di kontrakannya.

Sesampainya di rumah kontrakan, Deni membuka pintu dan melemparkan kunci kearah Bintang. Dengan sigap Bintang menangkapnya.

“Tiga puluh lima juta, lengkap dengan fasilitas! Kamu beruntung, keluargaku yang sial! Jadi pelajari sendiri ruangannya, Brengsek!” cetus Deni kasar dan langsung meninggalkan Bintang tanpa pamit.

Bintang melihat sekelilingnya, dia tidak peduli dengan kepergian Deni.

Dia menatap setiap sudut ruangan itu dengan hati yang hancur. Setiap sudut ruangan itu, mengingatkannya pada masa lalu. Masa-masa indah bersama keluarganya. Masa-masa yang tidak akan pernah terulang kembali.

Papi, Mami, sekarang aku sudah berada di rumah kita. Tapi maaf, aku kembali bukan untuk memulai hidup baru. Aku kembali untuk membalaskan dendam pada orang yang telah mengambil mami dan papi dari sisiku, juga adik!

Mereka harus membayar mahal atas setiap tetesan airmata dan penderitaan yang dialami Mentari, juga aku! Aku akan membuat mereka mengalami hal yang lebih kejam dari apa yang mereka lakukan pada keluarga kita!

Tapi maafkan Bintang! Bintang tidak bisa menghentikan keinginan Mentari. Dia ingin mengikuti jejak ayah, dia ingin menjadi pengacara seperti ayah.

Walaupun tidak mengatakan secara langsung, tapi Bintang yakin, Mentari ingin menjadi pengacara semua karena tragedi yang menimpa mami dan papi. Papi tahu apa yang Mentari katakan? Dia bilang hanya ingin membela Bintang jika terlibat kasus.

Apa mami dan papi percaya? Kalau Bintang … Bintang tidak percaya. Tapi Bintang tidak punya pilihan, keras kepala ayah menurun kepada Mentari. Jadi Bintang hanya dapat menjaganya dari jauh.

Bintang memejamkan matanya, mengingat bagaimana sang adik bersikeras dengan keputusannya. Sampai pada akhirnya Bintang mengalah.

"Astaga, kenapa aku bisa lupa? Bukankah sedikit lagi jam 17.00 wita?” kata Bintang pelan, ketika mengingat kalau hari ini dia harus menemui lelaki paruh baya yang ditolongnya. Lelaki yang sama sekali tidak dikenalnya.

Tanpa menunggu lagi Bintang segera meninggalkan tempat itu, dan berjalan menuju jalan raya kemudian naik bus.

“Di sini saja, Pak.”

Bus yang ditumpangi Bintang menepi dan berhenti. Bintang tidak banyak bertanya, Dia tahu betul letak alamat yang diberikan lelaki paruh baya itu.

Walaupun agak kesal, namun pilihan Bintang hanya satu. Datang dan melewati rintangan apapun yang diciptakan oleh lelaki paruh baya itu untuknya.

Dia hanya ingin lolos dari ujian kepemimpinan, agar dia memiliki peluang lebih besar untuk menemukan pembunuh orangtuanya.

Ya! Hanya dengan menggunakan kemampuan anak buah lelaki paruh baya itu, maka akan ada harapan untuknya menemukan pembunuh orangtuanya lebih cepat.

“Lepaskan aku! Siapapun Tolong aku!”

“Tolong aku! Lepaskan! Lepaskan!"

Auw ….

Samar-samar Bintang mendengar jeritan dari Gedung tua. Bintang menghentikan langkah kakinya dan menajamkan pendengarnya. Namun, tidak ada suara yang terdengar.

Kembali Bintang melangkah, namun belum juga tiga langkah dia mendengar suara jeritan yang semakin melemah.

'Pasti ada yang tidak beres!' batin Bintang yakin dan berlari menuju asal suara.

Benar saja dugaan Bintang. Kini didepannya terbaring gadis muda sekitar tujuh belas tahun tahun tanpa sehelai benang pun. Pakaiannya telah terlempar ke berbagai arah. Hanya isak tangis yang terdengar memilukan.

Dengan cepat Bintang langsung menendang lelaki yang berada diatas tubuh gadis muda itu.

BUKKK!!! BUKKK!!! BUKKK!!!

BUKKK!!! BUKKK!!! BUKKK!!!

Tangan kanan dan kaki Bintang, bermain lincah memukul ke empat lelaki yang juga sudah tanpa sehelai benang pun. Sedangkan tangan kirinya memegang erat gadis itu dan melindunginya.

Sampai akhirnya keempat lelaki itu langsung meraih pakaian yang ada di lantai dan lari terbirit-birit.

Bintang langsung saja mengambil pakaian yang tersisa di lantai dan memberikannya kepada gadis itu sambil menutup mata. “Pakai ini. Kalau sudah selesai katakan padaku!”

"Su-su-sudah selesai,” kata gadis itu dengan terbata-bata.

Berlahan Bintang membuka matanya dan menatap gadis itu dengan bingung dan bertanya, "Kamu sedang apa di sini?”

“Aku hanya menolong seorang wanita, terus aku tidak tahu apa-apa lagi. Saat aku bangun, aku sudah berada di sini," jawab gadis itu menatap sekelilingnya. Jelas sekali dia masih ketakutan.

Sedetik kemudian gadis itu menatap kedua telapak tangannya, juga tubuhnya dan berkata lirih, "Apakah aku sudah disentuh?"

Bintang tidak menjawab. Diamnya Bintang justru membuat airmata gadis itu mengalir kembali.

‘Sial! Kenapa juga aku harus melihatnya tanpa sehelai benangpun?’ batin Bintang kesal.

Ya! Dia kesal karena gadis itu mampu membangunkan adik kecilnya yang tertidur lelap. Namun begitu dia menahan diri.

Walaupun Bintang tidak tahu apakah gadis itu sudah tersentuh atau belum, karena disaat dia tiba keempat lelaki itu juga sudah tidak mengenakan sehelai benang pun.

Bagi Bintang sekalipun gadis itu sudah tersentuh, tapi dia tidak mau menjadi seperti keempat lelaki brengsek itu.

Baginya melindungi gadis itu adalah hal yang penting, dia hanya ingin suatu saat jika hal negatif terjadi pada adiknya, maka akan ada orang baik yang mau menolong adiknya, Mentari.

“Apakah kamu bisa pulang sendiri? Aku hanya akan mengantarkanmu sampai menemukan taksi. Bagaimana?” tanya Bintang prihatin.

Gadis itu tidak menjawab, dia masih shock dengan apa yang terjadi barusan.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel