Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

8. Bahayanya Ruangan Terakhir

Bintang kembali memperhatikan sekelilingnya. Sunyi. Tidak ada seorang pun di sana. Dia sendirian.

"Untuk apa garis merah ini?" tanya Bintang pada dirinya sendiri, ketika memperhatikan garis merah yang ada didepannya.

Ya! Didepan Bintang hanya ada garis merah segi empat, yang jaraknya sekitar 4 meter dari tembok. Di belakangnya juga ada potongan-potongan kayu, pakaian satu set, serbuk putih yang Bintang sendiri tidak tahu fungsinya.

Namun, dia yakin semua itu saling berhubungan. Entah kenapa dia lebih tertarik dengan adanya garis merah itu.

Pasti ada alasannya jika garis merah ini berada di sini! Tapi apa? Kenapa dalam ruangan segede ini hanya ada garis merah, gunting, kayu, pakaian, serbuk putih? Aku yakin semua ini pasti ada fungsinya! Tapi apa?

Tidak mau penasaran lebih lama, Bintang langsung saja menyentuh garis merah itu menggunakan jari telunjuknya.

Secara refleks, Bintang langsung meloncat mundur. Dia terkejut melihat pemandangan yang ada didepannya.

Ya! Di dalam garis merah itu, banyak sekali benang-benang tipis yang hanya berupa laser.

'Tidak mungkin! Ini pasti mustahil! Laser ini bukan jaringan mematikan, kan? Jangan katakan kalau laser ini adalah jaring laba-laba yang telah menelan banyak korban jiwa!' batin Bintang pucat pasih.

Bintang mundur selangkah demi selangkah, sampai tubuh bagian belakangnya menyentuh tembok. Berlahan tubuhnya jatuh menyentuh lantai.

Ketakutan tiba-tiba menyerang batinnya. Dia tahu betul kalau sudah sampai di sini, itu artinya tidak ada jalan mundur untuknya.

Sial! Aku datang ke kota ini untuk membalas dendam atas kematian orangtuaku, tapi kenapa aku harus terjebak di sini?

Bagaimana kalau terjadi sesuatu padaku? Mentari akan benar-benar hidup sebatang kara!

Bagaimana kalau identitas asli Mentari terbongkar? Bukankah itu akan membahayakan nyawanya? Tidak! Itu tidak boleh terjadi, adikku harus hidup.

Kenapa aku begitu bodoh? Kenapa aku harus tergiur untuk mengikuti ujian gila ini? Tapi menyesal sekarang, bukankah percuma?

Aku telah berada pada ujian paling akhir! Aku telah melihat sebagian besar ruangan bawah tanah ini. Jika aku mundur sekarang, maka satu-satunya jalan untuk membungkam mulut ku hanya satu, yaitu dengan mengakhiri nyawaku.

Mereka pasti tidak akan melepaskan ku hidup-hidup.

Pertanyaan, penyesalan, menjadi satu dalam benak Bintang.

Lamunan Bintang buyar dalam sekejap, ketika terdengar suara seorang lelaki. "Bintang, waktumu tinggal dua jam dua puluh menit! Kamu bisa melihat stopwatch digital timer yang angkanya berjalan mundur, disudut kanan atas."

Bintang menatap sekelilingnya. Sunyi. Tidak ada seorangpun di sana. Dia melihat stopwatch yang berjalan mundur.

"Bagaimana mungkin? Tadi dinding itu kosong!" sungut Bintang emosi, melihat angka-angka yang berjalan mundur.

"Stopwatch itu muncul pada saat kamu menyentuh garis merah."

"Di mana kamu bersembunyi, Brengsek!" teriak Bintang murka.

"Dari tempat yang tidak bisa kamu gapai, kecuali kamu bisa melewati ujian terakhir ini!"

BUKKK!!!

Bintang melampiaskan kemarahannya pada lantai yang sama sekali tidak bersalah.

Berlahan dia menarik nafas, kemudian menghembuskan nafasnya secara belahan. Kedua kakinya menyilang rapi, sedangkan kedua tangannya diletakkan di lantai yang dingin.

Darah yang mengalir dari tangannya sama sekali tidak dirasakannya. Dia memejamkan mata.

Sementara itu di ruangan lain, tiga orang yang sedang mengawasi Bintang melalui layar saling berpandangan.

"Apa yang dilakukannya? Kenapa dia tidak bergerak dari tempatnya? Bukankah waktunya semakin sempit? Apa dia pikir dengan diam seperti itu, maka nyawanya akan selamat?"

"Apa aku harus mengingatkannya kembali?" tanya lelaki tua yang memberi penawaran pada Bintang.

Seorang lelaki paruh baya tersenyum menatap layar yang ada didepannya. Dia tidak mengubah posisinya, dia masih duduk santai di singgasananya, sementara kedua kakinya diletakkan di atas meja yang harganya fantastis. Dia adalah bos besarnya.

"Apa aku harus memperingatkannya, Dik?"

"Tidak perlu! Bukankah kamu yang memilihnya? Aku yakin pada pilihan mu! Sepertinya aku tidak salah mempercayakan mu untuk mencari penerus yang tepat! Aku rasa dia bukanlah lelaki sembarangan! Hanya saja, dia tidak tahu bahaya apa yang menanti jika waktunya habis!"

Ya! Bintang sama sekali tidak menyadari kalau stopwatch itu merupakan bom waktu untuknya. Bom yang akan langsung menghancurkan ruangan itu, setelah angkanya menunjukkan nol.

Jalan satu-satunya untuk keluar hanyalah melewati rintangan benang-benang laser.

"Tapi, Bos, setidaknya dia harus tahu akibatnya!"

"Kalau dia benar-benar bisa melewati ujian ini, maka aku akan menyerahkan posisi ku sebagai pimpinan dunia bawah tanah ini kepadanya. Karena dia pantas untuk itu! Jika tidak, maka kalian harus mengkremasi kerangkanya!"

"A-a-apa itu artinya bos memilih pensiun? Jika dia berhasil?"

"Kenapa tidak? Aku masih melaksanakan tugas sampai sekarang, karena aku memiliki kakak yang tidak bisa diandalkan! Aku malas memimpin dunia bawah tanah ini, tapi aku juga tidak mau membiarkan apa yang ku bangun selama ini sia-sia!" cetus lelaki paruh baya itu menatap lelaki tua itu kesal.

"Bukannya,"

Percakapan mereka langsung terhenti, ketika melihat Bintang berdiri dari posisinya.

Bintang menatap dengan cermat benang-benang laser itu, jari telunjuknya diletakkan di dagu.

Tangan kanannya meraih kayu yang terletak tepat dibelakangnya.

Bintang melemparkan kayu itu ke arah benang laser.

'Astaga, jadi aku akan bernasib sama, jika tubuhku menyentuh benang laser itu? Jadi rumor yang aku dengar itu benar adanya? Benang laser mematikan itu ternyata memang ada? Tapi siapa penciptanya?' batin Bintang penasaran.

Ya! Kayu yang dilemparkan Bintang langsung terbelah empat, saat menyentuh benang laser.

Kini bukan ketakutan yang menyerang batin Bintang, tapi rasa penasaran. Dia yakin jaring laba-laba yang berbentuk benang laser itu tidak semuanya untuk membunuh, tapi ada satu benang laser yang merupakan otak dan jika itu diputuskan, maka benang laser lainnya tidak akan ada artinya. Tidak berfungsi.

'Tapi benang laser yang mana? Bukankah benang laser nya ada banyak?' batin Bintang kembali termenung.

Sementara itu, tiga orang lelaki yang memperhatikan setiap gerak geriknya bingung. Termasuk bos besar.

"Kenapa dia kembali melamun?"

"Kenapa wajahnya sama sekali tidak menunjukkan rasa takut? Tapi sebaliknya, rasa penasaran?"

"Apa mungkin Bintang tahu, diantara banyaknya benang laser, ada satu benang laser yang berfungsi mematikan fungsi benang laser lainnya? Tidak mungkin! Itu mustahil, kan?" kata bos besar terkejut.

"Apa? Jadi pengendali benang laser itu bukan di sini? Tapi berada diantara benang laser dalam ruangan itu?" teriak lelaki tua itu terkejut.

Ya! Selain bos besar dan Penciptanya, tidak ada seorangpun yang tahu akan hal itu.

Sang bos besar tidak menjawab, dia diam membisu dan membatin, 'Penciptanya saja tidak mampu membedakan mana laser yang merupakan otak, jadi mustahil Bintang bisa menemukan benang laser itu!'

Ya! Itulah alasannya kenapa ruangan itu selalu tertutup untuk umum. Karena siapapun yang menyentuh garis merah menggunakan jari, maka stopwatch akan muncul dan berjalan mundur. Jadi ruangan itu akan hancur.

Ilmuwan yang menemukannya, hanya bisa memasang, tanpa bisa menghentikannya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel