Bab 9 Tawaran Aiden
Bab 9 Tawaran Aiden
Setelah menceritakan semuanya kepada Marvin, Hasna pun diantar pulang oleh Marvin. Hatinya sedikit demi sedikit sudah mengikhlaskan dirinya dipecat dari restoran. Hasna juga sudah meminta izin kepada Bu Ana untuk tidak masuk kerja, dengan alasan dirinya sakit.
Memang benar kepala Hasna saat ini sangat sakit dan dia tidak bersemangat untuk melakukan aktivitas apapun itu.
"Mas, makasih udah denger cerita Hasna, dan juga ngantar Hasna pulang. Maaf sering ngerepotin, Mas Marvin," ucap Hasna tulus.
"It's okay, Hasna. Aku seneng direpotin cewek manis kayak kamu," kelakar Marvin dan membuat Hasna tersipu malu.
"Ya udah Hasna masuk dulu yah, Mas. Hati-hati di jalan," pamit Hasna kepada Marvin. Marvin pun mengangguk dan menjalankan mobilnya meninggalkan Hasna yang menatap kepergiannya.
Hasna menghembuskan nafasnya dan melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumahnya. Hasna percaya dibalik ini semua pasti dia bisa menemukan titik temunya. Bukankah setiap permasalahan pasti ada jalan untuk menyelesaikannya?
"Kuatkan aku, Tuhan dalam menerima takdir yang Engkau pilih untuk hamba," do'a Hasna.
*
Aiden tertawa puas mendengar bahwa Hasna sudah dipecat dari pekerjaannya. Sebenarnya Aiden tidak ingin melakukan itu, tetapi Aiden ingin menunjukkan kepada Hasna bahwa dia bukan orang sembarangan yang bisa dibangkang sesuka hati Hasna.
Aiden melajukan mobilnya ke sebuah club terbesar di kotanya. Teman-temannya hari ini mengajaknya untuk minum dan berpesta bersama. Sebenarnya Aiden sangat malas untuk mengikuti pesta itu, tetapi dia ingin menghargai teman-teman saja dan sekalian merefresh otaknya.
Aiden masuk ke dalam club itu disambut dengan para manusia yang sibuk meliukkan tubuhnya mengikuti irama, ada yang saling bercumbu satu sama lain bahkan melakukan hal lebih dari itu. Pemandangan seperti itu sudah biasa dilihat oleh Aiden, jadi dia bersikap biasa saja dan tak peduli akan hal sekitarnya.
"Wah ceo kita baru tiba nih," ucap teman Aiden yang bernama Kenzo. Kenzo seorang pengacara terkenal dan masih lajang, dia juga terkenal karena suka gonta-ganti perempuan.
"Iyah nih, baru hari ini doi baru bisa gabung sama kita," sambung Alex. Alex juga seorang pengusaha dalam bidang pertambangan dan dia menjadi eksekutif muda sama seperti Aiden.
"Mau minum apa lu, bro?" tanya Kamal to the point tanpa berbasa-basi seperti kedua temannya yang lain.
"Kayak biasa aja gue," jawab Aiden sambil bergabung dengan ketiganya.
Mereka memesan room vip sehingga bisa sedikit tenang dan tak bercampur aduk dengan orang lain. Ada 3 orang perempuan yang berada satu ruang dengan mereka yang sibuk menggoda teman-teman Aiden.
"Lu mau satu gak? Kalau mau gue pesenin buat senang-senang malam ini," tawar Kenzo.
"Iyah bro, hitung-gitung buat merefresh otak lu yang mumet itu," sambung Kamal lagi.
"Gak perlu," jawab Aiden singkat. Hari ini dia malas sekali untuk menyentuh perempuan-perempuan yang ada di club ini. Dia bosan harus mendapat bekas dari orang lain.
"Lu kenapa sih, Pak Ceo?" tanya Alex yang bingung dengan sikap Aiden.
"Gue cuma bosen aja mainannya gak ada yang menarik. Bekas orang mulu dapatnya," jawab Aiden sambil menyesap vodkanya.
"Yah kalau lu mau nyari yang bersegel di zaman sekarang susah, Bro," seru Kamal.
"Apa lu udah nemuin mainan baru?" tanya Kenzo seolah-olah tau isi kepala Aiden.
Aiden langsung saja tersenyum misterius dan menjawab, "Maybe tapi perempuan kali ini beda sama yang lain."
"Beda apanya? Kok gue ngerasa kasihan sama si perempuan itu," ucap Kamal dan kedua teman Aiden pun tertawa.
"Kalian liat aja gimana gue menaklukkan perempuan pemberani itu. Gue juga nyesal kenapa dia anak dari perempuan sialan itu," decak Aiden dengan kesal mengingat satu fakta tentang Hasna.
Ketiga teman Aiden hanya diam dan tak mampu bersuara. Mereka bertiga tau bagaimana keluarga Aiden dan apa saja hal yang terjadi. Teman-teman Aiden ini tipe yang setia, dan akan membantu satu sama lain di saat salah satu dari mereka membutuhkan bantuan. Sangat solid bukan?
"Ingat bro, jangan main kasar. Cewek tuh gak suka kalau dikasarain, perlahan-lahan aja yang penting pasti," seru Kenzo memberikan pendapat kepada Aiden. Mereka semua tau Aiden mempunyai sifat tidak sabaran dalam mendapatkan apa yang diinginkannya. Aiden selalu bersikap terburu-buru dan gegabah dalam bertindak.
"Thank's sarannya, Bro," ucap Aiden. Mereka pun minum sambil bercerita satu sama lain baik itu pekerjaan, maupun masalah perempuan. Keempatnya memang bajingan dan suka bermain perempuan, tetapi sejatinya laki-laki akan memilih perempuan yang baik untuk dijadikan istri dan ibu bagi anak-anak mereka kelak.
Keempatnya berpikir tidak apa-apa bermain selagi mereka masih lajang, tetapi tiba saatnya mereka untuk menikah, mereka harus menjadi pasangan yang siap menerima kekurangan pasangannya itu. Mereka juga harus siap untuk menuntun dan membimbing istri dan anak mereka ke jalan yang benar.
Mereka berempat memang terkenal playboy dan brengsek, tetapi mereka masih memiliki pikiran yang jernih untuk membangun sebuah masa depan yang cemerlang.
*
Hasna sedang berada di dapur sedang menyiapkan sarapan. Mamanya belum pulang juga saat ini, tapi Hasna berusaha menguatkan dirinya kalau Mamanya itu pasti baik-baik saja di luaran sana.
Brakkk!!!
Bunyi pintu yang dibanting dan sukses membuat Hasna terkejut mendengarnya. Hasna melihat Mamanya sedang duduk di sofa dengan keadaan yang berantakan. Hasna mendekat dan mencium bau alkohol yang menguar dengan kuatnya.
Hasna yang menatap Mamanya hanya menggelengkan kepalanya melihat perbuatan berdosa Mamanya itu. Hasna berharap dirinya tidak seperti Mamanya yang menyentuh minuman haram itu.
"Ma ..." panggil Hasna untuk menyadarkan Soraya.
"KAMU BISA DIEM GAK? KEPALA SAYA PUSING TAU," bentak Soraya dan membuat Hasna lagi-lagi dibuat terkejut.
"Hasna cuma mau bangunin Mama ngajak pindah ke kamar. Nanti badan Mama sakit semua tiduran di sofa," ujar Hasna yang masih saja pengertian dengan Mamanya itu.
"Apa peduli kamu, anak sialan?!" ucap Soraya kasar kepada Hasna.
Baru saja Hasna ingin pergi dari hadapan Soraya, Hasna mendengar Mamanya muntah dan mengeluarkan isi perutnya.
"Mama," ucap Hasna tidak jadi meninggalkan Mamanya itu.
Soraya tidak sadarkan diri setelah mengeluarkan isi perutnya itu. Langsung saja Hasna memapah Mamanya untuk dibawa ke kamar. Hasna sangat khawatir dengan kondisi Mamanya itu.
*
Sudah beberapa hari ini, Hasna tidak masuk kerja di butik Bu Ana karena merawat Mamanya yang sakit. Kata dokter, Mamanya Hasna sakit lambung. Tidak ada makanan yang masuk selain alkohol dan membuat penyakit lambung Soraya kambuh.
Sekarang Hasna sedang berada di restoran mahal, membelikan makanan untuk Mamanya itu. Padahal Hasna sudah memasak, tetapi Soraya tidak mau makan masakan Hasna.
"Berapa semuanya?" tanya Hasna ke pelayan restoran.
"200 ribu, Kak," jawab pelayan itu.
Hasna pun membuka dompetnya dan tak menemukan uang sepeser pun. Padahal setaunya tadi, dia sudah mengisi uang itu ke dalam tasnya.
"Kenapa, Kak?" tanya pelayan itu lagi.
"Sa-saya lupa membawa uangnya," jawab Hasna dengan malu.
"Pakai ini saja," ucap seseorang sambil menyodorkan kartu kreditnya. Hasna mendongak dan ternyata orang itu adalah Aiden, orang yang dibenci Hasna.
"Terima kasih, nanti akan saya ganti uang, Anda," seru Hasna datar. Mereka berdua sedang berada di luar restoran, setelah Aiden membayar makanan Hasna.
"Tidak papa, saya ikhlas membantu kamu," ujar Aiden tanpa merasa bersalah kepada Hasna atas sikapnya kemarin.
"Tulis saja nomor rekening Anda, nanti saya akan transfer." Hasna tetap ingin menggantikan uang Aiden. Hasna sangat kesal, Kenapa Aiden selalu saja muncul dihadapannya tanpa terduga? Hasna sangat bosan harus bertemu dengan Aiden terus-menerus.
"Kamu ternyata keras kepala juga, Hasna. Saya cukup banyak uang dan kamu tidak perlu bersusah payah untuk menggantikannya." Aiden menatap Hasna dengan pandangan menggoda dan membuat Hasna muak melihat Aiden berlama-lama.
"Saya tetap ingin mengganti, Pak Aiden yang terhormat. Saya tidak ingin berhutang budi kepada orang seperti, Anda," cerca Hasna.
"Kamu masih kesal dengan saya atas kejadian kemarin, Hasna?"
Hasna hanya diam tanpa menjawab ucapan Aiden. Saat Hasna ingin beranjak meninggalkan Aiden, Aiden malah menarik tangannya dan membuat Hasna jatuh ke dada bidang Aiden.
"Saya tau kamu dipecat, saya ingin menawarkan sesuatu yang pasti membuat kamu tergiur," bisik Aiden ke telinga Hasna. Hasna hanya terdiam dan sesekali memberontak, tapi sama saja tenaganya kalah dengan tenaga besar Aiden.
"Menikahlah dengan saya! Maka saya akan berikan apa pun yang kamu mau, dan kamu tak perlu capek-capek banting tulang," lanjut Aiden yang membuat tubuh Hasna membeku.
To be countinue