Ringkasan
Sebuah hubungan yang terjalin karena masa lalu. Akankah pernikahan Hasna dan Aiden bisa dipertahankan di saat satu persatu rahasia terbongkar? Bisakah Aiden memilih antara keluarga dan cintanya?
Bab 1 Apa Salahku, Ma?
Bab 1 Apa Salahku, Ma?
Terlihat seorang wanita sederhana tengah berkeliling mengantarkan makanan menggunakan motor kesayangannya.
Dia bernama Lita Karlita Hasna, biasanya orang-orang memanggilnya dengan sebutan Hasna.
Senyuman tak pernah sedikit pun luntur dari bibirnya. Hasna memiliki wajah agak bulat, berkulit putih, hidung yang mancung, serta mempunyai rambut yang hitam sebahu.
Hasna berusia 22 tahun dan memiliki cita-cita yang sangat sederhana sekali menurut orang-orang.
Memiliki keluarga bahagia, lengkap, dan memiliki pasangan yang mencintai dan menyayanginya dengan tulus, tanpa memandang fisik. Itu cita-citanya, sangat sederhana bukan?
Dia selalu bekerja keras mengumpulkan uang dan memberikan kepada Mamanya. Tetapi sangat disayang sekali, Mamanya selalu bersikap tidak peduli dengan kehadirannya, setelah bercerai dengan papanya.
Yah benar Hasna anak broken home sejak usianya 10 tahun. Masa kecilnya, selalu saja melihat orang tuanya bertengkar baik itu masalah ekonomi maupun masalah kecil lainnya.
Menurut Hasna, setiap orang tuanya bertengkar selalu saja karena masalah sepele yang bisa diselesaikan dengan cara baik-baik.
Kadang Hasna merasa, kenapa dunia tidak adil kepadanya? Dia hanya ingin merasakan kebahagiaan dan hidup dengan kedua orang tuanya.
Kedua orang tuanya pernah mengatakan kepada Hasna, mereka bercerai karena sudah tidak ada kecocokan antara satu sama lain. Jalan yang terbaik adalah berpisah.
Hasna juga berpikir, kenapa orang tuanya sangat egois tidak berusaha mempertahankan rumah tangga mereka? Apakah mereka tidak memikirkan mental dan psikis dirinya, ketika keduanya tidak tinggal seatap lagi?
Dan setelah kejadian itu, Hasna bertekad ketika dia mempunyai pasangan kelak, dia tidak ingin anaknya menjadi anak broken home seperti dirinya. Semoga saja Hasna bisa menemukan orang yang mencintai dan menyayanginya dengan tulus.
"Permisi Kak, ini saya mengantarkan makanan yang dipesan dari Restoran Himalaya," ucap Hasna ketika sampai di sebuah rumah mewah yang berlantai tiga.
"Oh terima kasih ya, atas nama siapa yang memesan makanannya?" tanya perempuan tersebut.
"Yang tertera namanya Angga Januar Miller, Kak," jawab Hasna mencoba mengingat nama orang yang memesan.
"Baiklah, tunggu sebentar ya, saya ambilkan uangnya dulu," ujar perempuan tersebut dan membawa makanan yang dipesan ke dalam.
"Ya Tuhan, ini rumah atau istana besar sekali, kan kasihan kakak itu harus jalan jauh. Menuju ke pintu saja sejauh itu," keluh Hasna sambil berdecak kagum dengan pemandangan di depannya.
"Ini rumah kayak istana yang aku nonton waktu kecil di tv nih, apa di dalamnya ada seorang pria yang tampan dan berwibawa? Terus apa dia mau sama upik abu kayak aku?" ucap Hasna mulai mengkhayal sampai tidak sadar perempuan tersebut sudah ada di depannya.
"Ini uangnya, Kak bisa denger suara aku? Kayaknya lagi melamun nih." perempuan tersebut hanya tertawa kecil melihat tingkah lucu Hasna yang memandang rumah tersebut tanpa berkedip.
"Eh Kakak udah di sini ternyata, sejak kapan, Kak?" tanya Hasna tersadar dari lamunanya.
"Hahaha kamu lucu banget sih, mau duduk dulu gak di taman rumah aku?" tawar perempuan itu kepada Hasna.
"Hah ini rumah Kakak? Aku pikir Kakak kerja di sini, terus tadi kenapa berdiri di depan pagar pintu?" tanya Hasna kaget dan sedikit ingin tau.
Hasna tadi melihat perempuan tersebut berdiri sendirian di pagar pintu, padahal ada satpam yang berjaga di sana.
Perempuan tersebut menggunakan baju yang sangat sederhana sekali, tetapi terlihat sangat cantik.
Hasna juga berpikir tak mungkin wanita secantik dia bekerja sebagai pembantu di sini.
Dan dugaannya benar, perempuan tersebut pemilik rumah itu.
"Tadi aku lagi nungguin Abang pertama aku dateng, tapi dari tadi aku nunggu tidak juga kelihatan," jawab perempuan tersebut dengan sebal.
"Oh gitu, eh saya harus kembali ke restoran dulu Kak, soalnya saya masih kerja nih," seru Hasna sambil melirik jam di pergelangan tangannya.
"Yah padahal baru aja mau ngajak ngobrol, tapi gak papa deh mungkin lain kali kita bisa ketemu lagi. Kenalin aku Novelin Kezia Miller." perempuan tersebut menyodorkan tangannya dengan ramah kepada Hasna.
"Aku Lita Karlita Hasna, panggil aja Hasna, Kak." Hasna sedikit canggung menjabat tangan perempuan itu, takut karena tangannya kotor, tetapi perempuan tersebut malah menyambut dengan senang.
"Wah nama yang bagus, salam kenal yah. Oh iya ambil aja uang kembaliannya untuk kamu," ujar Kezia dan menyodorkan uang seratus kepada Hasna.
"Wah banyak banget nih, gak papa aku ambil, kak?"
"Gak papa lah itu namanya rezeki kamu, umur kamu berapa?"
"Saya masih 22 tahun, Kak."
"Kalau gitu panggil aja aku Kezia, soalnya kakak lebih tua dari aku," ucap Kezia.
"Iya ka-eh Kezia, semoga Tuhan membalas kebaikan kamu ya. Aku pamit dulu, senang bisa berkenalan dengan kamu," ucap Hasna dan menghidupkan sepeda motornya.
"Senang juga berkenalan dengan Kakak, hati-hati dan semangat kerjanya," seru Kezia dan melambaikan tangannya kepada Hasna.
"Sudah kaya, cantik, baik, ramah, tidak sombong lagi. Perfect banget deh, minder aku dekat-dekat sama dia," ujar Hasna tahu diri.
*
Hasna pulang ke rumahnya dengan jam menunjukkan pukul 8 malam. Dia berkerja part time, pagi sampai siang dia bekerja di Restoran Himalaya, sore sampai malam dia berkerja di sebuah butik.
Hasna hanya lulusan SMA, sebenarnya dia sangat ingin sekali kuliah, dan bekerja di sebuah perusahaan seperti teman-temannya yang lain.
Tapi apalah daya dia tidak cukup banyak uang. Ketika dia ingin menyampaikan niat untuk kuliah kepada Mamanya, Mamanya selalu saja pergi dan tak ingin lama-lama mengobrol dengannya.
Pernah suatu ketika dia mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan ke perguruan tinggi karena kecerdasannya, Mamanya malah mengatakan untuk apa kuliah menghabiskan uang saja, walaupun dia mendapatkan beasiswa di sana.
Setelah perkataan Mamanya itu, Hasna menguburkan niatnya untuk kuliah. Hasna memilih untuk bekerja dan mengumpulkan uang untuk diberikan kepada Mamanya.
Membahagiakan Mamanya dan juga Papanya, walaupun dia sendiri pun tak tau kemana pergi Papanya itu.
Hampir 12 tahun mereka tidak berkomunikasi. Setiap Hasna menanyakan kepada Mamanya, Mamanya mengatakan Papanya sudah menikah lagi, dan mungkin saja sudah melupakan dirinya.
Tapi Hasna tidak percaya itu, karena dia tau Papanya adalah orang baik dan penuh akan kasih sayang. Mungkin saja sekarang papanya sedang bekerja keras untuk menemuinya suatu saat nanti.
"Ma, ini Hasna bawa makanan untuk Mama, Mama pasti belum makan kan?" tanya Hasna dengan lembut.
"Saya sudah makan tadi, jadi kamu bawa aja makanan itu ke dapur atau dibuang saja ke tong sampah," ucap Mamanya sambil fokus ke ponselnya tanpa menatap Hasna.
Hasna hanya mampu terdiam dan berdiri mematung mendengar perkataan mamanya. Padahal dia bersusah payah membelikan mamanya makanan di restoran yang mahal.
"Mama gak mau coba dulu, ini makanan kesukaan mama, Hasna beli di restoran yang mahal loh pasti Mama suka deh." Hasna masih berusaha membujuk Mamanya, supaya mencicipi makanan tersebut.
"Bawa sini makanannya," titah Mamanya dan Hasna pun membawa dengan perasaan bahagia.
Hasna menunggu Mamanya memakan makanan tersebut, tetapi Mamanya malah menuju ke dapur dan membuang makanan itu ke tong sampah.
"Ma, kenapa dibuang makanannya?" tanya Hasna sedih dan mata yang sudah berkaca-kaca.
"Dari tadi saya sudah bilang, kalau saya sudah makan. Kamu tetap aja ngotot menyuruh saya makan, jadi saya buang aja makanannya, daripada kamu dengan manjanya meminta saya untuk mencoba makanan m-u-ra-h-a-n itu!" ucap mamanya sambil menekankan kata murahan.
Mamanya pun berlalu dari hadapannya dan memandangnya dengan sinis.
Hasna berjalan mendekat ke tong sampah dan melihat makanan yang dia beli sudah teronggok di sana.
"Ma, apa salah Hasna? Kenapa Mama kasar ke Hasna? Kenapa Mama tidak pernah mencoba membuka mata melihat perjuangan Hasna bahagiakan Mama?"
"Hasna merasa Hasna bukan anak Mama, Mama selalu aja mengacuhkan Hasna. Hasna pengen kayak anak lainnya, sharing ke Mama tentang masalah Hasna, jalan-jalan bareng, dan kegiatan lainnya untuk menguatkan ikatan antara ibu dan anak."
"Hiks mungkin itu semua tidak akan terwujud kalau sikap Mama gini terus ke Hasna, tapi Hasna akan selalu berdo'a kepada Tuhan supaya Mama bisa sayang lagi seperti dulu ke Hasna. Hasna percaya Mama pasti berubah."
"Hasna sayang sama Mama, Hasna bakalan berusaha buat Mama bahagia, sekali pun Hasna harus pergi dari kehidupan Mama," ucap Hasna seolah-olah Mamanya bisa mendengar ungkapan hatinya.
To be continue