Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2 Gara-gara Lupa Nama

Bab 2 Gara-gara Lupa Nama

Hasna membuka matanya dan melihat jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi. Dia tersentak dan segera bangkit dari ranjang dengan tergesa-gesa.

"Ya Allah, pasti ini gara-gara semalem mikirin mama jadinya aku kesiangan deh," gerutu Hasna sambil berjalan ke kamar mandi.

Menurut beberapa orang, pukul 7 pagi itu sangat pagi sekali, tetapi menurut Hasna itu sudah sangat siang karena Hasna terbiasa bangun pukul 4 pagi.

Dia membersihkan rumah, membuat sarapan untuk dirinya dan juga Mamanya, walaupun dia tau Mamanya tak pernah sedikitpun menyentuh masakannya itu.

Terkadang jika makanan yang dimasaknya tidak habis, Hasna membagikan ke tetangga atau anak jalanan yang lebih membutuhkan.

"Ngapain kamu?" tanya Soraya, Mama Hasna sambil bersedekap dada.

"Hasna lagi buatin sarapan buat kita, Ma. Maaf Hasna kesiangan bangunnya," jawab Hasna sambil tersenyum manis kepada Mamanya.

"Ngapain sih kamu repot-repot bikin sarapan, saya juga gak makan masakan murahan kamu itu! Mending kamu kasi saya uang, hari ini saya mau shopping," ucap Soraya sambil menyodorkan tangannya kepada Hasna.

Hasna segera membuka dompetnya dan mengeluarkan tiga lembar uang seratus untuk diberikan kepada Mamanya.

"Ini Ma, Hasna cuma punya segitu. Nanti kalau Hasna gajian, Hasna kasi Mama uang lagi yah," ucap Hasna lembut.

"Cuma 300 ribu doang? Kamu pikir cukup buat shopping saya? Saya mau 1 juta!" tandas Soraya sambil membuang uang yang diberikan Hasna tadi.

"Ma, kalau 1 juta Hasna gak punya, kalau pun punya itu buat kebutuhan rumah kita," ucap Hasna berusaha memberi pengertian kepada Soraya.

Soraya segera mendekat dan menarik paksa dompet Hasna yang berada di tangannya.

"Ini apa kalau bukan uang? Kamu udah pinter bohong sama saya HAH," marah Soraya sambil menarik rambut Hasna dengan kuat.

Hasna hanya bisa menangis dan meminta ampun untuk dilepaskan. Rasanya kulit kepalanya ingin terlepas, karena tarikan Soraya yang begitu kuat.

"Hiks jangan diambil semuanya, Hasna juga butuh uangnya, Ma," pinta Hasna terduduk di lantai.

"Kamu pikir saya peduli! Kamu kerja dari pagi sampai malam tetap juga penghasilannya sedikit. Mendingan kamu jadi kupu-kupu malam aja biar cepat kaya," maki Soraya dan berlalu dari hadapan Hasna yang masih terduduk di lantai.

"Aku rela harus kerja serabutan dari pagi sampai malam, daripada harus bekerja kotor untuk mendapatkan uang yang banyak, Ma," ujar Hasna dan berusaha bangun bersiap untuk pergi kerja.

"Ya Allah, aku tau Engkau mempunyai rencana yang indah untuk hidup hamba, tolong bantu hamba untuk kuat dalam menghadapi cobaan ini," do'a Hasna mengharapkan diberikan kesabaran yang lebih.

*

Hasna mengendarai motornya dengan pikiran yang entah melayang kemana. Sampai ia tidak sadar telah tiba di tempat kerja.

"Hasna kok tumben lu datangnya sedikit terlambat?" tanya Vina, teman sekaligus sahabat Hasna.

"Terus kenapa mata lu bengkak? Lu habis nangis yah?" tanya Vina lagi.

Hasna hanya tersenyum dan menjawab, "Gue gak papa kok, Vin."

"Ya udah, nanti kalau ada apa-apa lu cerita aja yah ke gue. By the way hari ini bakalan jadi hari yang melelahkan buat kita," kata Vina sedikit memelas.

"Memangnya kenapa?"

"Ada petinggi besar yang nyewa restoran kita buat meeting, jadi kita harus semangat dan memberikan pelayanan yang terbaik," jelas Vina.

"Oh ya? Gue baru tau loh, emangnya dikasi tau kapan?"

"Astagfirullah Hasna, lu gak buka ponsel yah tadi malam?"

Hasna hanya menggelengkan kepalanya. Semalam dia tidak ada waktu untuk sekedar membuka ponsel, karena sibuk memikirkan Mamanya dan masalah yang dia mliki.

"Dan lu juga gak tau, kalau lu ditunjuk Pak Ferdy buat jadi penanggungjawab selama meeting di sini berlangsung?"

Hasna lagi-lagi menggelengkan kepalanya pertanda tidak tau.

"Ya Allah Hasna, makanya lu aktifin ponsel supaya gak ketinggalan berita. Ya udah sekarang ayo kita bersiap, nanti lu kasi sedikit arahan ke temen-temen kita supaya petinggi yang dateng nyaman di restoran kita," ucap Vina.

Hasna hanya terdiam, dia masih syok dan belum ada persiapam untuk acara ini. Dia bertanya-tanya dalam kepala cantiknya itu, kenapa harus dia yang menjadi penanggungjawab?

"Vin bentar deh, kenapa harus gue yang jadi penanggungjawab? Gue gak punya persiapan, lagi pula gue masih baru di sini, dan masih banyak senior yang lebih berpengalaman," ucap Hasna yang masih bingung dengan keadaan yang ada.

"Mana gue tau, mungkin aja manager tuh percaya sama lu, Hasna. Udah deh kalau bahas ini gak bakalan kelar, ayo masuk." Vina menyeret tangan Hasna untuk masuk ke dalam restoran.

Hasna berusaha mengontrol dirinya lebih baik. Dia sudah diberikan kepercayaan oleh manager, dan dia harus menjalankan tugasnya dengan baik.

"Selamat pagi semua, saya diberikan kepercayaan oleh manager untuk menjadi penanggungjawab selama para petinggi meeting di sini dalam beberapa jam ke depan," ucap Hasna kepada teman-temannya.

"Saya harap kita semua bisa bekerja sama, serta memberikan pelayanan yang terbaik. Kalau pelayanan kita baik, restoran ini akan menjadi rekomendasi para petinggi lainnya," ujar Hasna lagi.

Teman-teman Hasna pun mengangguk dan mereka saling menujukkan semangat satu sama lain.

"Sok-sokan si Hasna jadi penanggungjawab, padahal masih junior di sini. Kenapa sih Pak Ferdy gak milih kita yang jelas-jelas udah lama kerja di sini?" bisik Dewi, orang yang selalu saja iri kepada Hasna.

"Biasalah si Hasna kan suka cari muka, dan mungkin aja dia udah tidur sama Pak Ferdy makanya dia sering dipilih," sambung Vesa, teman Dewi.

"Gue juga heran si Hasna pake pelet apa sih buat mikat semua orang," lanjut Tika, teman Vesa dan Dewi.

"Woy kalian ngegibah aja yah, Hasna dipilih emang karena kerjanya yang bagus bukan kayak kalian yang mengandalkan penampilan berlebihan dan menor kayak Anabel," geram Vina yang mendengar sahabatnya dijelekkan.

Mereka bertiga sontak terdiam dan melirik sinis kepada Vina.

"Selamat bekerja semua, fighting," seru Hasna dengan semangat membara.

*

Persiapan sudah selesai semuanya. Sebagian ada di dapur mengurus makanan, sebagian juga sedang menunggu para petinggi datang, termasuk Hasna.

Tiiin ... tiin ... tiin

Bunyi klakson mobil petinggi yang baru saja tiba. Hasna dan beberapa temannya yang lain segera menyambut para petinggi itu.

"Selamat datang Pak Andi beserta rombongan," sambut Hasna dengan sopan.

"Terima kasih sambutannya Bu ..." ucap Pak Andi menggantungkan perkataannya, karena tidak tau nama Hasna.

Hasna mengutuk dirinya sendiri, karena lupa memakai name tagnya.

"Panggil Hasna saja Pak, maaf saya lupa memakai name tag," jawab Hasna tak enak.

"Tidak apa-apa, Bu Hasna," ujar Pak Andi.

"Mau langsung ke meeting roomnya, Pak?"

"Sebentar lagi saja Bu Hasna, kami juga lagi menunggu rekan bisnis kami yang ikut meeting," jawab Pak Andi."Baiklah, Pak."

Beberapa menit, tibalah sebuah mobil mewah keluaran terbaru. Semua mata langsung tertuju ke mobil tersebut.

"Aduh pasti di dalam mobil itu isinya orang kaya nih," ucap Hasna dalam hati.

Keluarlah seorang pria dengan kacamata yang bertengger manis di hidung mancungnya itu. Pria itu berjalan dengan berwibawa dan dengan wajah datar tanpa senyuman sama sekali.

Hasna yang melihat pria itu langsung saja tak berkedip. Pria itu mempunyai kulit bewarna tan, tubuh yang tegap, hidung mancung, dan terdapat jambang di sekitar wajahnya membuat pria itu terlihat dewasa sekali.

'Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan,' batin Hasna sambil berdecak kagum memandang pria itu.

"Woy Hasna sadar, kasi sambutan ke petinggi itu," bisik Vina menyadarkan lamunan Hasna.

"Astagfirullah." Hasna tersadar dari lamunannya dan mengatur ekspresi wajahnya dengan baik.

"Selamat datang di restoran kami, Pak..." ucap Hasna terhenti, karena lupa nama pria tersebut.

Hasna lagi-lagi mengutuk dirinya, karena sudah dua kesalahan yang ia perbuat. Ia mencoba mengingat nama pria yang berdiri tidak jauh darinya, tetapi sayangnya dia tidak ingat sama sekali. Padahal tadi Vina sudah memberitahukannya.

"Apa kamu tidak dikasi tau oleh atasanmu nama saya?" tanya pria itu dengan datar. Hasna bergidik ngeri mendengar suara berat dan sexy pria itu.

"Apa kamu juga tidak punya mulut untuk menjawab pertanyaan saya?"

To be continue

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel