Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3 Keteledoran Hasna

Bab 3 Keteledoran Hasna

"Apa kamu juga tidak punya mulut untuk menjawab pertanyaaan saya?"

Semua orang menatap Hasna dalam diam, mereka tau siapa yang berada di depan mereka. Mungkin cuma Hasna saja yang tidak tau pria itu.

"Maaf sebelumnya, saya sudah diberitahu manager saya Pak, tapi saya lupa nama Bapak," ucap Hasna dengan polos sambil menatap pria itu, dan kembali menunduk.

Pria itu langsung berlalu dari hadapan Hasna dan diikuti dengan rombongan lainnya.

"Hasna Hasna, kenapa lu bisa lupa namanya sih?" ucap Vina dengan jengkel kepada Hasna.

"Sumpah deh gue beneran lupa, Vin."

"Emang lu gak tau dia siapa?"

Hasna menggelengkan kepalanya dan berujar, "Memangnya dia siapa?"

Vina menepuk jidatnya mendengar pertanyaannya dijawab pertanyaan lagi oleh Hasna.

"Dia itu pengusaha muda Hasna. Namanya Aiden Grissham Miller, dia berasal dari keluarga Miller. Keluarga Miller itu orang terkaya se-Asia, punya bisnis dimana-mana. Lu punya tv gak sih di rumah?" jelas Vina melirik sebal ke Hasna.

"Ya maaf gue lupa, Vina. Dalam pikiran gue tuh gimana caranya dapat uang dan membahagiakan orang tua gue," jawab Hasna.

"Tapi kan lu har-"

"Woy sini, jangan sibuk ngobrol!" teriak Dion, teman mereka.

Hasna dan Vina pun menutup pembicaraan mereka, dan segera menuju ke meeting room mempersiapkan semuanya.

"Huh kenapa dia harus marah sih gara-gara aku gak tau namanya, padahal cuma masalah sepele," gerutu Hasna.

*

Setelah beberapa jam, meeting pun selesai. Hasna dan teman-temannya pun menyiapkan hidangan makan siang untuk para petinggi.

"Selamat menikmati hidangan restoran kami, Bapak dan Ibu," ucap Hasna ramah. Hasna tak sengaja menjatuhkan pandangannya ke Aiden yang tengah menatap dirinya dengan pandangan datar.

"Kenapa dia melihat aku terus? Apa ada yang salah dengan pakaianku?" tanya Hasna dalam hati.

Hasna memperhatikan pakaiannya dari atas sampai bawah, tetapi dia tidak menemukan keanehan apapun.

"Siapa nama kamu?" sentak Aiden bertanya dan masih menatap Hasna.

"Saya, pak?" tanya Hasna menunjuk dirinya.

Aiden menjawab hanya dengan deheman saja, sambil tetap menatap Hasna dan sukses membuat Hasna sedikit salah tingkah ditatap seintens itu.

"Nama saya Lita Karlita Hasna, panggil saja Hasna, Pak," jawab Hasna.

"Kamu bisa pergi sekarang, nanti kalau ada yang dibutuhkan kami panggil," ucap Aiden dan berdiri mencicipi makanan yang tersedia.

Hasna hanya terdiam mendengar perkataan Aiden, secara sengaja dia mengusir Hasna supaya pergi dari ruangan itu. Padahal tanpa diusir pun, Hasna akan menunggu keluar.

"Nyebelin banget tuh orang, ganteng sih tapi minus akhlak," geram Hasna sambil mengepalkan tangannya dengan kuat menahan emosi.

Sekitar 1 jam para petinggi pun selesai dengan makan siang, teman-teman Hasna pun bergegas membersihkan ruangan tersebut.

"Di mana manager restoran ini?" tanya Aiden.

"Manager kami sedang ke luar kota, Pak," jawab Dito, pekerja di Restoran Himalaya.

"Penangungjawab yang diutus ada?"

"Ada Pak, namanya Hasna. Mau saya panggilkan," tawar Dito, dan Aiden hanya menjawab dengan menganggukkan kepalanya.

"Woy Hasna lu dipanggil Pak Aiden di meeting room tuh," ucap Dito kepada Hasna yang tengah membantj temannya mencuci piring.

"Hah memangnya ada apa, Dit?" tanya Hasna dengan kaget dan sedikit takut. Tadi Vina sedikit bercerita tentang Aiden dan kekuasaannya itu. Hal tersebut membuat Hasna sedikit takut berdekatan dengan Aiden.

"Mana gue tau, cepetan deh lu ke sana. Pak Aiden orang penting dan berpengaruh besar di kota ini. Jadi jangan coba-coba buat dia nunggu, beliau punya prinsip waktu adalah uang," seru Dito dan Hasna pun bergegas menuju ke room meeting dengan terburu-buru.

"Bapak memanggil saya?" tanya Hasna berdiri di depan meja yang menghadap kepada Aiden.

"Kamu penanggungjawab di restoran ini?"

"Iyah benar Pak, manager saya lagi ke luar kota," jawab Hasna sambil menunduk dan memilin bajunya karena gugup berada dalam satu ruangan dengan Aiden.

"Kenapa kamu menunduk? Apa wajah saya terlihat mengerikan?" tanya Aiden yang sudah berada di depan Hasna.

Hasna mendongakkan kepalanya dan terkejut ketika Aiden sudah berada di depannya.

"Jadi ada apa Bapak memanggil saya?" tanya Hasna to the point. Hasna sangat risih berada satu ruang dengan Aiden, sedangkan yang lain berada di luar.

"Kenapa terburu-buru sekali hem?"

Bulu kuduk Hasna langsung saja berdiri mendengar bisikkan Aiden yang entah kapan sudah mendekat ke arahnya. Parfumnya tercium harum di indera penciuman Hasna.

"Saya cuma mau bilang, pelayanan di sini cukup baik, kami terkesan dan merasa nyaman. Terima kasih, Hasna," ucap Aiden sambil menatap Hasna.

"Sama-sama Pak, kami juga senang kalau Bapak dan rombongan merasa nyaman atas pelayanan kami." Hasna sangat senang ketika Aiden mengucapkan nyaman atas pelayanan restoran ini.

Beberapa menit hening sejenak, sampai akhirnya Hasna membuka suara, "Kalau tidak ada yang disampaikan lagi, saya permisi dulu, Pak," pamit Hasna.

"Ya," jawab Aiden dengan singkat.

Hasna langsung keluar dan merasa sediki kesal dengan jawaban yang Aiden berikan tadi.

"Tadi aja ngomongnya panjang, eh pas detik terakhir malah jawabnya singkat lagi," kesal Hasna.

"Jadi Pak Aiden bilang apa, Na?" tanya Vina seakan-akan mewakili pertanyaan dari teman-temannya yang lain.

"Alhamdulillah mereka nyaman dan terkesan dengan pelayanan yang kita berikan," ucap Hasna memberikan kabar bahagia. Vina dan teman-teman lainnya bernafas lega dengan kabar yang diberikan Hasna.

"Syukur deh, gue deg-degan soalnya Pak Aiden orang penting di kota ini. Denger-denger dia seorang yang perfeksionis, dan gak pernah menerima satu kesalahan kecil apapun," ucap Vina.

"Saudara gue kan kerja di perusahaannya Pak Aiden, katanya Pak Aiden juga orang yang tempramental dan suka gonta-ganti perempuan," sambung Lala.

Hasna hanya menyimak saja pembicaraan teman-temannya. Hasna sama seperti perempuan lainnya yang akan terkesima ketika ada pria yang ganteng. Hasna berharap, pertemuan dengan Aiden hari ini adalah pertemuan untuk yang terakhir kalinya.

Hasna mempunyai firasat kalau Aiden bukanlah orang sembarangan, dan dia tidak ingin berurusan dengan orang seperti itu.

Setelah selesai, para petinggi pun pamit pulang. Hasna beralasan pergi ke toilet dan tak bisa mengantarkan mereka.

"Dimana Hasna?" tanya Aiden penasaran karena tidak melihat kehadiran Hasna.

"Katanya pergi ke toilet Pak, mau saya panggilkan?"

Semuanya menatap Aiden dengan aneh. Tumben seorang Aiden Grissham Miller bertanya tentang seseorang. Itu termasuk hal yang langka dan harus diabadikan.

"Tidak perlu," jawab Aiden singkat.

Aiden dan petinggi lainnya pun pergi meninggalkan Restoran Himalaya.

"Tuh kan apa yang gue bilang, si Hasna emang pake pelet. Buktinya seorang Pak Aiden kayak suka sama dia," ucap Tika kepada Dewi dan Vesa.

"Iyah sebel gue liatnya, gue pikir pas dia lupa nama Pak Aiden, Pak Aiden akan murka dan menelpon manager untuk pecat dia," ucap Vesa dengan kesal.

"Tenang aja guys, masih banyak waktu buat menghancurkan dan buat Hasna dipecat dari restoran ini," ucap Dewi dengan seringai jahatnya.

"Syukur deh kalau Pak Aiden suka sama pelayanan kita, semoga aja restoran kita menjadi lebih baik lagi ke depannya," ucap Dion.

"Aamiin," ucap teman-teman lainnya.

*

Setelah selesai dari Restoran Himalaya, Hasna langsung pergi ke butik untuk melanjutkan kerja part timenya. Sebenarnya Hasna sangat lelah sekali harus kerja dari pagi sampai malam.

Tapi apalah daya keadaan yang mendesaknya untuk bekerja keras. Kalau sedang mengeluh begini, Hasna pasti teringat dengan Mamanya. Mamanya bagaikan energinya untuk kembali bangkit ketika dia lelah dan jenuh dengan keadaan.

"Hasna, tolong kamu rapikan pakaian di sebelah sana yah," ucap Bu Ana, pemilik butik ini.

"Iyah, Bu," ucap Hasna patuh.

Hasna pun mengerjakan tugas yang disuruh Bu Ana dengan semangatnya.

Hasna dikenal sebagai anak yang gigih dan jujur ketika melakukan suatu pekerjaan, dan bisa dipercaya juga.

Karena waktu kecil Nenek dan Kakeknya mengajarkan untuk selalu jujur dimanapun dia berada. Sampai sekarang hal itu pun masih ditanamkan Hasna dengan baik.

Saat sedang sibuknya membereskan pakaian, Hasna dikejutkan dengan suara seseorang di belakangnya. Hasna pun berbalik dan berucap, "Ada yang bisa saya bant-"

"Hasna?"

To be continue

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel