Bab 4 Bertemu First Love
Bab 4 Bertemu First Love
Hasna?" ucap pria tersebut.
"Hm Mas Marvin?" ucap Hasna berhati-hati takut salah orang.
"Iyah aku Marvin, wah udah lama banget kita gak ketemu. Kamu apa kabar?"
"Terakhir kali ketemu waktu Mas Marvin lulus SMA. Alhamdulillah Hasna baik kok, Mas," jawab Hasna sambil tersenyum.
Jadi, Marvin Revano adalah kakak tingkat Hasna waktu SMA. Mereka cukup dekat sekali, sampai pada akhirnya Marvin harus melanjutkan kuliahnya ke London. Dan saat itu mereka langsung lost contact.
"Kamu sekarang kuliah? Kamu kerja di sini yah?" tanya Marvin penasaran.
"Hasna gak kuliah Mas, iyah Hasna kerja di butik ini."
"Ayo kita ngob-"
"Hasna kamu disuruh Bu Ana buat melayani pelanggan," ucap Dita, teman kerja Hasna di butik.
"Siap, Kak," ujar Hasna.
"Mas Hasna lanjut kerja dulu yah, kapan-kapan kita ngobrol lagi," ujar Hasna terburu-buru. Marvin pun mengiyakan perkataan Hasna dan memberikan semangat kepadanya.
"Akhirnya kita berjumpa lagi, Hasna," seru Marvin tersenyum sambil melihat Hasna yang sedang melayani pelanggan dengan ramahnya.
*
Setelah beberapa jam bekerja melayani pelanggan, jam kerja Hasna pun selesai. Terlihat dia sedang merenggangkan ototnya yang pegal. Mungkin sebentar lagi dia akan pulang setelah mengemasi barang-barangnya.
"Ini buat kamu." Hasna melihat Marvin menyodorkan kantong plastik yang isinya minuman dan makanan ringan.
"Buat Hasna, Mas?" tanya Hasna ragu.
"Iyalah buat siapa lagi, kan cuma kita yang ada di sini," jawab Marvin terkekeh melihat sikap lucu Hasna.
"Makasih yah Mas, eh Mas Marvin kok belum pulang? Dari tadi di sini?" tanya Hasna bingung.
"Iyah dari tadi, aku lagi nunggu Bunda aku, Hasna," jawab Marvin.
"Oh Bundanya Mas Marvin kerja di sini yah?"
Baru saja Marvin ingin menjawab, Bundanya pun menghampiri mereka dan berucap, "Loh di sini kamu ternyata Vin, bunda nyariin kamu dari tadi."
Hasna terkejut ketika mengetahui bahwa Bu Ana adalah Bunda dari Marvin. Yah mereka sempat dekat waktu SMA, tetapi Hasna tidak pernah datang ke rumah Marvin.
Bukan Marvin yang tidak ingin mengajakanya, malahan Marvin sering menawari dirinya untuk datang ke rumah. Tetapi Hasna selalu saja menolak, karena dia tau Marvin anak orang kaya dan dia selalu minder akan hal itu.
"Bu Ana Bundanya Mas Marvin?" tanya Hasna ingin memastikan lagi.
"Iyah Hasna, saya Bundanya Marvin. Dari tadi saya mencari dia ternyata dia di sini sama kamu," jawab Bu Ana.
"Hasna ini adik tingkat Marvin, Bun," ucap Marvin.
"Yang kamu suka itu yah? Yang kamu ceritain ke Bunda?" tanya Bu Ana dan bisa didengar oleh Hasna juga.
"Bunda ..." peringat Marvin.
"Hahaha iyah deh. Ternyata dunia ini sempit banget yah, Hasna kerja di sini dan juga adik tingkat kamu semasa sekolah."
"Iyah Bu, Hasna juga gak nyangka ternyata Ibu Bundanya Mas Marvin," sambung Hasna.
"Iyah Hasna, sekarang Bunda mau pulang dulu udah malam juga," ujar Bu Ana.
"Mau Marvin anterin, Bun?"
"Gak usah Mang Ujang udah nunggu Bunda di depan, mendingan kamu antar Hasna aja. Kasihan udah malem gak baik perempuan pulang sendirian," seru Bu Ana dan Marvin pun menyetujuinya.
"Hati-hati yah, Bu," ucap Hasna.
"Makasih, Hasna," jawab Bu Ana dan berjalan ke luar menuju mobil yang sudah terparkir di sana.
"Kamu ada kegiatan apa setelah ini, Na?" tanya Marvin.
"Kayaknya gak ada deh Mas, habis ini Hasna langsung pulang aja," jawab Hasna sambil mengemasi barang-barangnya.
"Gimana kalau kita ngobrol dulu ke cafe? Udah lama banget kita gak ketemu dan ngobrol kan?" tawar Mervin.
Hasna terdiam sebentar. Sebenarnya dia lelah sekali hari ini, rencananya dia ingin langsung pulang ke rumah. Tetapi dia tak enak juga menolak ajakkan Marvin.
"Iyah boleh Mas, tapi sebentar aja yah soalnya kasihan Mama sendirian di rumah," putus Hasna.
"Iyah Na, kita pakai mobil aku aja."
"Motor Hasna gimana, Mas?"
"Kamu kasi aja kunci motor, biar nanti orang suruhan aku ngantar motor kamu ke rumah," jawab Marvin.
Hasna pun setuju dan segera memberikan kunci motornya ke Marvin.
Hasna dan Marvin pun sudah ada di mobil dan mereka saling terdiam satu sama lain. Sebenarnya suasana seperti ini sangat tidak disukai Hasna, canggung dan hening.
"Boleh Hasna putar musik, Mas?"
"Boleh kok, Na. Sepi banget yah? Aku bingung mau mulai pembicaraan kita dari mana," ucap Marvin sambil fokus menyetir.
"Biasanya itu Mas Marvin paling bawel deh, tapi sekarang kenapa jadi pendiem dan canggung sama Hasna?" tanya Hasna sambil tertawa kecil mengingat kenangan mereka waktu sekolah dulu.
"Kita tuh hampir 4 tahun gak ketemu, jadi aku tuh takut selera humor kamu beda," jawab Marvin.
"Hasna masih sama kayak dulu kok Mas, cuma yah gini gak ada yang berubah dari penampilan Hasna," ucap Hasna.
"Ada kok yang berubah dari kamu," seru Marvin.
"Emangnya apaan, Mas?"
"Kamu makin cantik," jawab Marvin tulus sambil menatap Hasna sekilas.
Hasna yang dibilang seperti itu tersipu malu dan jantungnya tiba-tiba berdetak dengan kuat. Hasna sebenarnya waktu SMA menyimpan rasa kepada Marvin, lebih tepatnya Marvin adalah first love Hasna. Tetapi Hasna sadar diri, dirinya tak pantas bersanding dengan Marvin.
Sebelum jauh melangkah, Hasna sering mengingatkan dirinya bahwa dirinya tak mungkin bersama Marvin. Waktu SMA, Marvin menjadi most wanted di sekolah banyak perempuan suka dengannya, dan sering sekali Hasna dibully karena Marvin selalu berdekatan dengannya.
Setelah Marvin pergi kuliah ke London, sedikit demi sedikit Hasna berusaha melupakan dan menghilangkan rasa yang dia miliki kepada Marvin.
Dan hari ini mereka dipertemukan kembali, apa Tuhan sudah mempersiapkan semuanya? Apa itu artinya mereka ditakdirkan bersama? Dan apa mungkin mereka bisa bersatu dengan ketidaksetaraan keduanya?
"Ayo keluar Na, kita udah sampai nih," ucap Marvin dan membuat Hasna tersadari dari lamunannya.
"Masih inget sama tempat ini?" tanya Marvin.
Hasna tersenyum dan mengangguk. "Kenapa ke cafe ini Mas? Cafe di sini makanan dan minumannya mahal," ujar Hasna tak enak.
"Sesekali Hasna, lagi pula kita udah lama gak pernah ke sini lagi," jawab Marvin dan tiba-tiba menggengam tangan Hasna untuk mengajak masuk ke cafe itu.
Lagi-lagi Hasna dibuat kaget oleh Marvin atas segala tindakannya yang mendebarkan itu. Sebagian perempuan akan senang diajak ke cafe yang mewah, tetapi tidak dengan Hasna.
Hasna lebih senang diajak makan ke tempat yang sederhana dan murah. Dia tak enak karena Marvin pasti akan membayar pesananya itu, dan dia tak ingin ada hutang kepada Marvin. Sudah banyak kebaikan Marvin yang tidak bisa dibalasnya.
Hasna mengedarkan pandangannya dan banyak muda-mudi yang berada di cafe itu. Tiba-tiba Marvin menarik kursi untuk Hasna layaknya seorang kekasih.
"Makasih Mas, padahal Hasna bisa sendiri," seru Hasna tak enak.
"Santai aja Hasna, biar kita dilihat pasangan yang romantis gitu. Jadi gak malu-maluin banget kalau aku jomblo hahahah," kelakar Marvin sambil tertawa kecil. Hasna yang melihat itu ikut tertawa juga.
Marvin pun memesan makanan dan minuman untuk keduanya tanpa menanyakan kepada Hasna terlebih dahulu. Marvin tau kalau menanyakan kepada Hasna, Hasna pasti mengatakan dia tidak usah memesan apa-apa.
"Mas kenapa gak nanya dulu ke Hasna?"
"Nanti kamu malah gak mau kalau aku nyuruh pesen, makanya aku gak nanya ke kamu," jawab Marvin santai. Hasna hanya terdiam dan mengangguk saja memilih untuk mengalah. Berdebat dengan Marvin pasti ujung-ujungnya dia akan kalah.
"Jadi kamu sekarang udah punya pasangan atau belum, Na?"
"Belum ada Mas, Hasna gak mau mikirin itu dulu. Fokus Hasna sekarang, bagaimana caranya membahagiakan Mama dan berharap bisa ketemu sama Papa lagi," jelas Hasna.
Marvin sedikit tau bagaimana kehidupan Hasna yang banyak masalah itu. Tetapi Hasna terkadang menyembunyikan masalahnya dan lebih memilih memendam sendirian, dan Marvin tau akan hal itu.
"Aku yakin kamu pasti bisa Na, kamu kan wonder women," seru Marvin berusaha menghibur Hasna.
"Hehehe iyah, aku selalu semangat kok buat menggapai semuanya," tekad Hasna kuat.
"Aku tau, seorang Lita Karlita Hasna gak pernah mengeluh akan masalah yang dia miliki," ujar Marvin sambil menatap Hasna dengan tulus.
Mereka pun berbincang satu sama lain, lebih tepatnya bernostalgia karena sudah lama tak bertemu.
"Hasna, kita bertemu lagi," ucap seorang pria.
To be countinue