Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 7 Kemarahan Aiden

Bab 7 Kemarahan Aiden

Aiden tengah duduk termenung di balkon kamarnya. Dia memikirkan perkataan Maminya yang bertanya, apakah Papinya memiliki wanita lain? Sesungguhnya Aiden sangat bingung untuk menjawab apa. Dirinya muak melihat tingkah Papinya yang menjadi itu.

"Hallo Jack, bagaimana informasi yang saya minta tadi?"

[Pak Bara tidak pergi ke Singapore, Tuan,]

"Terus kemana perginya tua bangka itu?"

[Pak Bara menginap di sebuah villa dengan perempuan itu.]

Aiden sudah mengira kalau Papinya itu menghabiskan waktu dengan wanita sialan itu, firasatnya tidak pernah salah.

"Awasi terus mereka, Jack."

[Siap, Tuan!]

Aiden tahu semua kebusukan Papinya itu yang telah berselingkuh di belakang Maminya. Aiden mengetahui sekitar beberapa bulan lalu. Dia curiga kenapa Papinya itu sering berada di luar dan selalu meninggalkan Maminya sendirian di rumah.

Ternyata Papinya itu berselingkuh dengan seorang janda beranak satu. Aiden sengaja tidak membongkar semuanya, tapi pada saat masa itu tiba Aiden akan membuat Papinya itu menderita bahkan meminta ampun kepadanya dan juga Maminya.

Aiden juga tak ingin melihat Maminya itu sedih mengetahui Papinya bermain api di belakang. Aiden akan berusaha membuat Maminya bahagia sepanjang hidup, dan menghancur leburkan wanita yang telah merusak rumah tangga Maminya.

"Tunggu saja tanggal mainnya. Kalian akan ku hancurkan perlahan-lahan, sampai kalian tak sanggup berada di dunia ini lagi, kamu juga gadis kecil," ucap Aiden dengan seringai yang menakutkan.

*

Sudah hampir 3 hari Mamanya tidak pulang ke rumah. Hasna merasa khawatir tidak mendapat kabar dari Mamanya itu. Hasna beberapa kali mencoba menelpon dan mengirimkan pesan, tetapi tidak satu pun dijawab dan dibalas Mamanya.

"Ya Tuhan, kemana perginya Mama? Aku khawatir banget," ucap Hasna.

Hasna mencoba sekali lagi menelpon Mamanya, dan akhirnya sambungan telpon pun masuk.

"Hallo Ma, Mama kemana aja? Hasna khawatir banget," ucap Hasna disebrang telpon.

[Untuk apa kamu khawatir? Bukannya kamu senang kalau saya gak ada di rumah, dan kamu bisa membawa para pelanggan kamu dengan leluasa tanpa ada yang mengganggu.]

Ucapan Soraya sukses membuat Hasna lagi-lagi merasakan sakit hati. Hasna mencoba mengatur emosinya dengan baik supaya tidak mengeluarkan kata-kata yang kasar kepada Mamanya.

"Hasna cuma khawatir sama Mama, Mama pulang yah nanti Hasna belikan tas yang Mama mau," bujuk Hasna.

[Jangan sok peduli sama saya! Saya jijik melihat tingkah kamu seolah-olah menyayangi saya padahal kamu itu rubah licik sama seperti Papa kamu itu!] sentak Soraya kejam dan menutup sambungan telpon sepihak.

Lagi-lagi Mamanya itu membawa nama Papanya. Sungguh Hasna jadi serba salah menghadapi prilaku Mamanya itu. Hasna juga punya titik kesabaran yang mana dia mulai lelah diperlakukan dengan kasar dengan Mamanya sendiri.

Hasna pun mencoba menghapus perkataan Mamanya yang kejam dari otaknya itu. Hasna lagi-lagi menganggap Mamanya hanya terbawa emosi dan meluapkan kepada dirinya. Dia juga menganggap Mamanya itu malaikat sekaligus penyemangatnya hidup di dunia ini.

Bukankah Hasna anak yang sangat baik dan pengertian kan?

*

Aiden tengah makan siang di sebuah restoran. Biasanya dia akan meminta Jack untuk membelikannya makanan dan makan di ruangannya. Tetapi kali ini dia butuh suasana baru dan merefresh otaknya yang sedikit kusut dengan permasalahan yang ada.

"Mau pesan apa, Pak?" tanya seorang pelayan.

"Apa Hasna bekerja hari ini?" tanya Aiden.

"Iya Pak, Hasna sekarang lagi melayani pelanggan. Apa Pak Aiden mau Hasna yang melayani, Bapak?" tanya pelayan itu. Aiden pun hanya menganggukkan kepalanya.

Entah kenapa Aiden malah memilih makan siang di Restoran Himalaya, lebih tepatnya tempat kerja Hasna. Aiden sendiri pun tak tau, ada apa dengan dirinya itu? Apa iya dia merasa tertarik kepada Hasna? Atau punya niat tertentu? Itu semua hanya Aiden lah yang tau jawabannya.

"Bapak mau pesan apa?" tanya Hasna belum melihat siapa pelangganya itu.

"Menurut kamu, makanan apa yang cocok untuk makan siang saya hari ini?" tanya Aiden sambil menatap Hasna yang sedang serius menatap buku untuk mencatat pesanan.

"Pak Aiden." Hasna sangat terkejut ternyata yang memintanya melayani adalah Aiden. Kenapa dunia sesempit ini? Lagi-lagi Hasna harus bertemu dengan Aiden. Apa Aiden sengaja memang untuk bertemu dengannya?

Aish Hasna hanya terlalu percaya diri, mana mungkin orang terkenal seperti Aiden ingin selalu bertemu dengannya.

"Saya sudah lapar sekali, bisakah kamu memesan menu yang cocok untuk saya hari ini?" pinta Aiden lagi.

"Saya bingung ingin memesan apa untuk Bapak," jawab Hasna.

"Apa saja saya makan, asalkan itu pilihan kamu," seru Aiden sambil tersenyum manis kepada Hasna. Hasna yang melihat itu hanya melongo melihat sikap Aiden yang terdengar seperti gombalan. Kenapa Aiden selalu saja bersikap aneh? Banyak sekali pertanyaan yang bersarang di kepala Hasna saat ini.

Hasna pun mengangguk dan segera memesan makanan dan minuman untuk Aiden. Sebenarnya dia bingung ingin memesan apa, tapi Aiden mengatakan apa saja dia makan.

"Ini Pak, selamat menikmati semoga Pak Aiden suka dengan menu pilihan saya," ucap Hasna sambil meletakkan makanan itu di depan Aiden.

"Terima kasih Hasna, kamu mau kemana?" tanya Aiden yang melihat Hasna ingin berlalu dari hadapannya.

"Saya mau melayani pelanggan yang lain Pak, apa Pak Aiden membutuhkan sesuatu lagi?" tanya Hasna berusaha sabar berinteraksi dengan Aiden. Hasna sangat benci dirinya menjadi pusat perhatian orang-orang.

"Temani saya makan!" seru Aiden yang membuat Hasna terkejut.

"Tidak bisa Pak, sekarang restoran lagi ramai di sini. Saya harus membantu teman saya yang lain." Hasna berusaha menolak dengan sopan.

"Eh Pak Aiden sudah lama di sini?" tanya manager Ferdy yang melihat Aiden sedang berada di restorannya.

"Baru beberapa menit, apa Hasna boleh menemani saya makan? Saya tidak suka makan sendirian," ujar Aiden kepada Ferdy.

"Tentu boleh Pak Aiden, Hasna kamu temani Pak Aiden yah," ucap Ferdy kepada Hasna.

"Ta-tapi Pak, restoran lagi ramai pelanggan kasihan teman-teman yang lain kerepotan," sanggah Hasna. Jujur dia sangat risih berdekatan dengan Aiden, entah kenapa Hasna sedikit takut untuk berinteraksi dengan orang penting dan punya segalanya seperti Aiden.

"Tidak papa, kamu temani saja Pak Aiden. Ingat dia orang penting dan berpengaruh di kota ini, Hasna," bisik Ferdy sambil mengingat posisi Aiden.

"Baiklah, Pak," putus Hasna.

"Selamat menikmati makan siangnya Pak Aiden, saya permisi dulu," pamit Ferdy dan berlalu dari hadapan Hasna dan Aiden.

"Ngapain kamu berdiri saja?" tanya Aiden.

"Pak Aiden kan nyuruh saya menemani, dan sekarang saya sudah di sini. Sekarang Pak Aiden habiskan makan siangnya supaya saya bisa kembali bekerja," ucap Hasna sedikit kesal karena pekerjaannya terganggu dengan kehadiran Aiden.

"Apa kamu keberatan dengan kehadiran saya?" tanya Aiden dengan dingin dan sorot mata yang tajam.

Aiden merasa tersinggung dengan ucapan Hasna, dia merasa kehadirannya seolah-olah mengganggu. Banyak perempuan di luaran sana yang ingin berdekatan bahkan ingin menyentuhnya tubuh Aiden, tapi Hasna bersikap layaknya dia barang kotor yang harus segera pergi dari hadapannya.

"Bu-bukan gitu Pak, saya bukan tipe orang yang senang berpangku tangan ketika teman saya yang lain sibuk. Pak Aiden datang-datang malah menyuruh saya untuk menemani bapak," jawab Hasna berusaha menyusun kata-kata supaya Aiden tidak merasa tersinggung.

"Apa salahnya? Saya di sini sebagai tamu. Kamu tau tamu adalah seorang raja, dan kalian sebagai p-e-l-a-y-a-n harus melayani kami dengan baik!' ucap Aiden sambil menekankan kata pelayan yang membuat Hasna tersulut emosi.

"Memang benar kalian di sini harus kami hormati sebagai raja, tapi kami punya privasi tertentu yang tak bisa kalian ganggu seenaknya!" tandas Hasna dengan geram.

Aiden saat ini tersulut emosi mendengar jawaban Hasna. Tidak ada yang berani melawan dirinya, dan Hasna satu-satunya orang yang berani membantah kemauannya.

Braaakkk!!!

Bunyi meja yang dipukul dengan keras, membuat orang-orang di sana memandang ke arah Hasna dan Aiden dengan pandangan bertanya-tanya.

"KAMU BERANI MEMBANTAH SAYA HAH? KAMU ITU HANYA SEORANG PELAYAN DAN KAPAN SAJA SAYA MAU, SAYA BISA MENGHANCURKAN KAMU DENGAN JENTIKAN JARI!" ucap Aiden dengan nada tinggi dan memandang Hasna dengan tajam.

To be countinue

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel