Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 19 Kenapa Harus Dia?

Bab 19 Kenapa Harus Dia?

Hasna sudah berada di dalam mobil orang yang memesannya. Dari tadi Hasna hanya diam dan bergerak gelisah di tempat duduknya. Seorang pria yang mengemudi mobil pun merasakan kegelisahan yang dirasakan Hasna.

"Apa yang membuat Anda gelisah, Nona?" tanya pria itu sambil tetap fokus mengemudi.

"Apa ada yang ingin Anda tanyakan sebelum kita sampai ke hotel?" tanya pria itu lagi karena melihat keterdiaman Hasna tanpa menjawab pertanyaannya. Hasna yang mendengar nama 'hotel' disebut seketika merinding dan ketakutan melandanya saat ini.

"Apa Anda yang memesan saya kepada Kak Rose?" tanya Hasna baru membuka suaranya. Pria itu tersenyum mendengar pertanyaan dari Hasna. Jujur saja pria yang di samping Hasna terlihat ganteng, manly, dan juga terlihat baik. Hasna berusaha bernafas lega karena yang akan mengambil kehormatannya seorang pria muda, sepertinya dia lebih tua dari Hasna. Bukan pria buncit, berkepala botak, dan juga sudah lanjut usia.

"Bukan saya, Nona." Tiga kata yang membuat Hasna tidak jadi bernafas lega. Bukan pria itu? Lantas siapa? Apakah pria itu seorang yang sudah tua dan mempunyai istri? Membayangkannya saja sudah membuat Hasna bergidik ngeri.

"Lantas siapa, Tuan?" tanya Hasna.

"Dia boss saya, Nona," jawab pria itu singkat tanpa ingin menjelaskannya lebih jauh.

"Apakah saya boleh tau ciri-cirinya?" tanya Hasna lagi. Soalnya Rose berjanji kepada Hasna akan mencarikan pria yang muda, tidak dengan pria yang sudah tua.

"Nanti Anda bisa melihat langsung, Nona," jawab pria itu. Hasna yang mendengar itu, hatinya gelisah dan takut. Hasna juga mengutuk Mamanya yang tega membuat Hasna harus bekerja kotor seperti ini.

"Tuhan, tolong lindungi aku," do'a Hasna dalam hati.

Setelah beberapa menit, tibalah mereka di sebuah hotel bintang lima. Dari luarnya saja sudah terlihat mewah, tanpa sadar Hasna berdecak kagum dan melupakan kegugupan dan kegelisahan yang melanda dirinya. Maklum saja Hasna tidak pernah pergi ke hotel yang mewah. Hari-harinya dihabiskan dengan bekerja, bekerja, dan bekerja.

"Ayo kita masuk, Nona," ajak pria itu dan membuka pintu mobil untuk Hasna layaknya seorang putri. Hasna sangat malu diperlakukan seperti itu, rasanya hatinya seketika meleleh diperlakukan dengan baik oleh pria itu.

'Coba saja dia yang memesanku, aku bisa bernafas dengan lega,' batin Hasna.

'Ingat Hasna hati kamu hanya milik Marvin seorang,' batin Hasna lagi memperingati dirinya yang sedikit terpana dengan pria di sampingnya itu.

Mereka berdua pun masuk dan langsung menuju ke lift untuk menuju ke sebuah kamar. Makin dekat perjalanan menuju ke kamar, hati Hasna tidak enak dan terus saja gelisah.

"Demi Mama aku rela, Tuhan," ucap Hasna dalam hati.

"Kita sudah sampai, Nona. Ini kamarnya, silahkan Anda masuk. Di dalam sudah ada boss saya yang menunggu, Nona," ujar pria itu kepada Hasna.

"Apa tak bisa Anda mengantar saya ke dalam, Tuan?" tanya Hasna dengan memelas dan memohon.

"Tidak bisa, Nona. Tugas saya sampai di sini saja. Tenang saja, boss saya tidak akan memutilasi Anda, Nona," kelakar pria itu supaya Hasna terlihat lebih tenang. Bukannya Hasna terhibur, dia malah kesal dengan guyonan pria di depannya itu.

"Saya permisi dulu, Nona," pamit pria itu yang akan melangkah pergi.

"Tunggu! Aku mohon antarkan aku sampai ke dalam, please!" mohon Hasna lagi sambil memegan lengan pria itu. Hasna terus saja mengulur waktu.

"Saya benar-benar tidak bisa, Nona. Boss saya orang yang baik, setelah Anda melakukan tugas Anda, Anda bisa pergi dan segera mendapatkan bayaran Anda, Nona." Pria itu lagi-lagi berusaha menyakinkan Hasna dan sedikit menyemangatinya.

"Baiklah, terima kasih dan sampai bertemu lagi," ujar Hasna dengan lesu. "Saya yakin Anda bisa, Nona. Saya pamit." Pria itu pun meninggalkan Hasna sendirian di depan pintu kamar bossnya itu. Hasna berusaha mengatur nafasnya dan menguatkan dirinya bahwa dia bisa melakukan itu semua.

"Ayo Hasna, kamu bisa. Kamu wanita kuat," seru Hasna kepada dirinya sendiri.

Hasna pun mengetuk pintu dan melangkah masuk ke dalam kamar itu. Hasna berjalan dengan pelan dan melihat sekeliling kamar itu. Kamar itu sangat indah di desain dan interiornya sangat memanjakan mata Hasna. Sampai-sampai Hasna lupa tujuannya datang ke hotel ini untuk apa, karena sibuk mengagumi kamar hotel ini.

"Sudah sampai?" tanya suara yang terdengar berat di telinga Hasna. Hasna langsung memutarkan tubuhnya dan melihat seorang pria menggunakan bathrobe sedang duduk di kursi dan di tangannya terdapat segelas wine.

"Anda? Ngapain Anda di sini?" tanya Hasna yang syok melihat pria di depannya itu.

"Pertanyaan bodoh macam apa itu, tentu saja saya yang memesan kamu kepada Rose, Nona Hasna. Yang tadi mengantar kamu adalah asisten pribadi saya, namanya Jack." Pria itu adalah Aiden Grissham Miller, orang yang dibenci Hasna dan sudah beberapa hari mereka tidak bertemu. Sekalinya bertemu membuat Hasna syok.

"Kenapa harus Anda, Pak Aiden?" tanya Hasna yang masih belum percaya.

"Karena saya ingin, lumayan saya mendapatkan seorang wanita yang masih virgin dan masih bersegel. Sungguh saya sudah sangat bosan bermain dengan wanita yang sudah longgar dan tubuhnya disentuh oleh banyak pria," lontar Aiden dengan frontal dan membuat Hasna malu mendengarnya.

"Apa mulut Anda tidak bisa disaring sedikit dalam berbicara, Pak Aiden?" tanya Hasna dengan geram.

"Untuk apa disaring? Saya mengatakan sesuai dengan kenyataan yang saya alami sendiri. By the way kamu terlihat sexy dan terlihat berbeda malam ini," ujar Aiden yang memperhatikan penampilan Hasna dari atas sampai bawah. Hasna yang ditatap seperti itu segera menutup bagian tubuhnya yang sensitif, tetapi sia-sia saja karena mata Aiden sangat tajam dalam melihat.

"Tidak perlu ditutupi, habis ini juga saya melihat dan merasaka semuanya," ucap Aiden lagi dengan frontalnya.

"Kamu mau langsung saja atau kita melakukan pemanasan dulu?" tanya Aiden lagi. Hasna yang mendengar semua pertanyaan Aiden sangat malas untuk menjawabnya. Dirinya jadi bergidik ngeri karena Aiden hanya menggunakan bathrobe saja.

"Kamu ingin wine?" tanya Aiden dan dijawab dengan gelengan oleh Hasna.

"Duduklah di sini, dan makanlah dulu. Saya tau kamu belum makan, saya tak ingin bermain dengan wanita yang lemah karena belum mengisi energi," ejek Aiden dan tertawa kecil kepada Hasna. Hasna pun menuju ke arah Aiden dan duduk di kursi yang berhadapan dengan Aiden.

Mata Hasna berbinar melihat banyak makanan di depannya itu. Sungguh menggugah selera sekali. Hasna yang meliha Aiden pun bertanya lewat tatapan mata seperti mengatakan, "Apakah boleh saya memakannya?"

Aiden yang seolah tau tatapan itu pun berucap, "Makanlah saya sengaja memesan makanan ini semua untuk kamu." Hasna yang mendapat izin langsung saja menyantap makanan itu dengan lahapnya. Aiden yang melihat itu, tersenyum kecil dengan tingkah Hasna yang tidak malu makan dengan rakusnya di depan Aiden.

Aiden segera menyadarkan dirinya dan mengingat kembali tujuan awal dirinya. Selangkah lagi, Aiden akan berhasil membawa Hasna ke dalam permainannya.

"Sudah?" tanya Aiden yang melihat Hasna sudah selesai dengan makanannya. Hasna pun mengangguk dan mengucapkan terima kasih kepada Aiden.

"Sekarang kamu bersihkan dirimu ke dalam toilet dan ganti dengan baju yang sudah saya sediakan di atas ranjang!" titah Aiden tanpa terbantahkan. Hasna pun langsung menuju ke kamar mandi.

"Hasna," panggil Aiden.

"Ada apa lagi?" tanya Hasna.

"Makeupnya dihapus juga. Saya lebih suka kamu yang natural, kalau seperti itu kamu terlihat seperti badut keliling," ejek Aiden sekaligus memberikan pujian kepada Hasna. Hasna yang mendengar itu langsung masuk ke dalam kamar mandi.

"Tadi aja memuji aku dan bilang sexy, terlihat berbeda. Tapi sekarang malah mengatakan aku seperti badut keliling. Dasar labil," gerutu Hasna.

Hasna pun membersihkan tubuhnya dan mengambil paper bag yang dia ambil di ranjang tadi atas perintah Aiden. Hasna membuka paper bag itu dan terkejut melihat bentuk baju itu.

"Apa dia sudah gila menyuruh aku menggunakan baju yang terlihat seperti jaring untuk menangkap ikan," ucap Hasna yang memandang baju itu dengan tatapan kesalnya.

To be countinue

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel