Bab 14 Membawa Hasna
Bab 14 Membawa Hasna
''Masuk!'' ucap Aiden dingin. Hasna yang disuruh pun hanya diam dan tak ingin menuruti perintah Aiden.
''Apa kamu tak mendengar ucapan saya, Nona Hasna?'' tanya Aiden yang melihat sifat keras kepala Hasna.
''Saya masih ada jam kerja, Pak Aiden,'' seru Hasna dengan tenang. Aiden yang mendengar jawaban Hasna merasa geram, apakah Hasna tidak punya otak untuk kembali masuk ke dalam club itu lagi setelah dilecehkan oleh Aldo?
''Masuk atau saya akan-''
''Atau apa, hah? Apa Anda hanya bisa mengancam terhadap kaum yang lemah, Pak Aiden?'' ucap Hasna yang memotong perkataan Aiden. Belum ada satu orang pun yang berani menyela perkataan dari seorang Aiden Grissham Miller, dan Hasna menjadi orang yang pertama melakukan itu.
Aiden yang geram dengan tingkah Hasna, langsung saja mengendong Hasna untuk masuk ke daam mobilnya. Hasna yang diperlakukan seperti itu langsung saja berteriak dan memukul punggung Aiden yang lebar itu.
''Dasar gila!'' cerca Hasna.
''Saya dengar umpatan kamu, Nona Hasna. Sekarang tolong pakai sealtbelt karena saya sedang dalam mood yang tidak baik dalam membawa mobil,'' ucap Aiden kepada Hasna.
Hasna hanya diam saja dan bersedekap dada dan masih saja kesal dengan sifat pemaksa Aiden. Aiden mnghembuskan nafasnya dengan lelah dan dia pun mendekat ke arah Hasna. Hasna langsung saja memundurkan tubuhnya ketika Aiden mencondongkan tubuhnya itu.
''Anda jangan macam-macam, Pak Aiden!'' ucap Hasna dengan suara tertahan. Seketika tubuhnya mendadak kaku dengan kedekatan mereka.
Aiden mengerutkan keningnya mendengar perkataan Hasna dan seketika Aiden mengeluarkan smirknya melihat ketakutan di wajah Hasna.
''Kamu takut berduaan dengan saya, hem?'' tanya Aiden mengusili Hasna. Aiden sangat menyukai ekspresi Hasna saat ini, terlihat pasrah dan ketakutan.
''Anda jangan bermain-main dengan saya, Pak Aiden! Saya bisa saja berteriak,'' seru Hasna dengan tubuh yang bergetar dan keringat dingin di pelipisnya.
''Sayangnya di sini sepi dan tak ada orang yang akan menolong kamu, Hasna,'' balas Aiden yang terus saja mengusili Hana. Mata Hasna berkaca-kaca, sungguh saat ini dia sangat ketakutan dengan Aiden.
''Hahahaha,'' tawa Aiden pecah melihat mata Hasna yang berkaca-kaca dan mungkin air matanya akan jatuh kalau Hasna mengedipkan matanya itu.
Hasna yang mendengar tawa Aiden seketik ketakutannya hilang dan merasa takjub dengan tawanya Aiden yang lepas. Aiden terlihat lebih santai dan ketampananya bertambah jika tertawa.
Aiden yang melihat Hasna yang tersenyum kepadanya langsung saja mengatur ekspresinya seperti biasa, dingin dan datar.
''Ehem, cepat pakai sealtbelt kamu Hasna sebelum saya macam-macam kepada kamu!'' peringat Aiden dan Hasna pun memakai sealtbelt dengan terpaksa.
*
Hasna menatap sebuah rumah yang besar dan luas dihadapannya. Hasna bertanya-tanya untuk apa Aiden membawanya ke sini? Terlihat perumahan di sini milik orang kaya yang berdiri dengan megahnya.
"Kenapa Pak Aiden membawa saya ke sini?" tanya Hasna. Hasna melirik jamnya sudah menunjukkan jam 3 pagi. Padahal masih 2 jam lagi kerjanya berakhir.
"Ayo masuk, jangan banyak tanya," jawab Aiden dan masuk terlebih dahulu meninggalkan Hasna. Hasna yang ditinggal begitu saja sendiri langsung saja merinding. Hasna pun berlari menuju Aiden yang sudah masuk.
Hasna masuk ke rumah Aiden dan melihat interior di sana sangat mewah dan rumah Aiden berlantai dua, tetapi sangat besar dan luas sekali.
''Apakah Pak Aiden tinggal sendiri di rumah sebesar ini? Apa dia tidak merasa kesepian?'' tanya Hasna di dalam hati.
''Apa kamu hanya ingin berdiri di sana?'' tegur Aiden.
Hasna langsung saja tersadar dari lamunannya itu dan segera menuju Aiden di pantry. Aiden sedang membuat minuman untuk Hasna, Hasna memperhatikan punggung lebar Aiden dari belakang. Hasna berpikir, bagaimana rasanya memeluk punggung yang tegap itu? Apakah rasanya sangat nyaman?
Hasna segera mengenyahkan pikirannya yang gila itu. Bagaimanapun dirinya tak boleh jatuh dalam pesonanya Aiden, karena Aiden orang yang membuat hidupnya menderita karena kehilangan pekerjaannya.
''Minum!'' seru Aiden sambil memberikan jus jeruk kepada Hasna. Hasna menatap jus jeruk yang berada dihadapannya dengan pandangan berpikir dan juga was-was.
''Kalau kamu berpikir saya memasukkan sesuatu dalam minuman kamu, contohnya obat perangsang kamu salah besar. Saya tidak suka melakukan di saat wanita dalam keadaan alam bawah sadarnya, itu bukan gaya saya.'' Aiden sangat tau dengan pandangan yang Hasna tunjukkan kepada minuman yang dia buat, jadinya dia menjelaskan salah satu sifatnya.
Hasna pun berusaha untuk mempercayai Aiden dan meminum jus oren itu, karena jujur Hasna sangat haus. Setelah menghabiskan minuman itu dengan sekali nafas, Hasna pun menatap Aiden dan ternyata Aiden ikut menatapnya.
''Kamu perempuan yang sangat rakus, seperti unta yang sedang kehausan saja,'' ejek Aiden sambil tertawa melihat tingkah Hasna yang sedikit tidak tau malu.
''Jadi ada apa Pak Aiden membawa saya kemari?'' tanya Hasna tanpa menjawab ejekkan Aiden yang tak bermutu itu. Hasna tau kalau dia membalas perkataan Aiden, pasti akan panjang dan tak akan selesai sampai pagi.
''Kenapa kamu bekerja di club?'' tanya Aiden dengan serius.
''Saya butuh uang dan gara-gara Pak Aiden saya dipecat!'' ucap Hasna dengan kesal.
''Kamu bisa bekerja di tempat lain yang lebih baik. Di club sangat berbahaya untuk kamu, Hasna,'' ucap Aiden. Hasna yang mendengar hal itu merasa aneh, Aiden nampak khawatir kepada dirinya, bukankah dirinya harus senang Hasna sudah dipecat? Aiden juga seperti seorang kekasih yang menghawatirkan wanitanya.
''Di club gajinya besar, lagi pula saya bekerja juga sebagai pelayan bukan wanita malam,'' balas Hasna santai.
''Saya tau. Tapi apakah kamu tidak memikirkan pandangan orang-orang sekitar, kalau mereka tau kamu bekerja di club walaupun hanya sebagai pelayan?'' tanya Aiden. Entah Aiden benar-benar khawatir kepada Hasna atau ini trik supaya Hasna jatuh dalam pesona dan permainan yang dia buat. Itu semua hanya Aiden lah yang tau.
''Untuk apa saya memikirkan mereka? Mereka tidak tau bagaimana kehidupan saya, jadi saya tidak peduli dan bersikap bodoh saja kepada mereka. Pikiran saya sekarang, bagaimana mendapatkan uang banyak dan membahagiakan Mama saya,'' cerita Hasna yang tidak sadar bercerita kepada Aiden. Aiden pintar sekali membuat orang membuka cerita kehidupan pribadinya.
'Membahagiakan Mama kamu? Mama kamu saja sudah merebut kebahagiaan keluarga yang tadinya harmonis sekarang malah tampak suram. Dia wanita sialan yang tak tau diri hanya mengejar harta dari Papa saya, Hasna,' batin Aiden.
Hasna yang melihat Aiden diam dan terlihat tangannya mengepal dengan kuat. Hasna berpikir, apakah ada yang salah dengan perkataannya?
''Pak Aiden tinggal sendiri di sini?'' tanya Hasna dan membuat Aiden sadar dari pemikirannya.
''Iyah, tapi dari pagi sampai jam 8 malam ada pelayan yang menjaga mansion saya,'' jawab Aiden. Hasna hanya menganggukkn kepalanya mengerti.
''Kamu tau Hasna, keluarga saya penuh akan kasih sayang dan rumah tangga Papi dan Mami saya juga baik dan terlihat mesra. Tapi beberapa bulan ini, Papi saya berubah dan sering tidak betah di rumah. Setelah saya selidiki ternyata dia mempunyai wanita lain di luaran sana,'' cerita Aiden kepada Hasna.
''Saya sangat marah sekaligus kasihan kepada Mami saya yang merasakan perubahan dari Papi saya itu. Saya sangat benci kepada wanita sialan itu yang menggoda Papi saya. Kalaupun Papi saya yang menggodanya dan dia bersikap menolak, pasti keduanya tidak akan terjerat ke dalam hubungan rumit ini. Tidak ada keluarga yang tersakiti,'' lanjut Aiden.
Hasna yang mendengar cerita Aiden merasa iba akan apa yang terjadi dengan keluarga Aiden. Hasna pikir jadi seorang Aiden Grissham Miller itu pasti enak apa saja pasti dia dapatkan. Ternyata setiap kehidupan yang diberikan Tuhan memiliki masalah dan cobaan tersendiri.
''Saya turut sedih dengan masalah yang menimpa Pak Aiden dan keluarga,'' tutur Hasna.
''Terima kasih Hasna, maaf saya jadi menceritakan masalah keluarga saya kepada kamu. Saya ingin meminta pendapat kepada kamu,'' ucap Aiden sambil menatap Hasna dengan serius. ''Apa, Pak?''
''Menurut pendapat kamu, bagaimana saya harus bertindak kepada perempuan sialan yang sudah menghancurkan kebahagiaan keluarga saya?'' tanya Aiden.
To be countinue