Bab 2.2 - NEW WAYS FOR THE ANGEL
Para malaikat utama nampak berkumpul dalam satu ruangan khusus dan hanya nampak para pemimpin saja yang ada di sana. Sampai dua orang yang cukup di kenal dengan kewibawaan dan kharisma serta kemampuan bertempurnya kini muncul di hadapan para pemimpin malaikat utama.
Arsen dan Athens, adalah dua malaikat itu.
Arsen adalah malaikat utama yang merupakan sosok penuh santun dan tenang, begitu tenang dan terkenal sangat irit berbicara. Dia adalah malaikat utama yang berperan penting dalam medan perang terutama untuk urusan strategi penyerangan dan pertahanan dari serangan lawan. Wajah rupawan dan suara yang cukup dalam, serta bibirnya yang membentuk hati saat diam maupun tersenyum, juga kedua matanya yang cukup besar menjadi salah satu daya tariknya yang begitu memikat.
Sementara Athens, malaikat yang juga di kenal cukup tenang dan memiliki kecerdasan luar biasa di antara banyak malaikat utama. Dia ahli strategi di medan perang, namun juga tangkas saat harus turun langsung ke lapangan dan menghunus pedangnya. Mata kecil dan bibirnya yang tipis mampu membuat siapapun yang melihat dirinya tersenyum dan luluh dengan wajahnya yang tampak seribu kali lebih muda dari usia sebenarnya.
Dan kedua malaikat utama itulah yang akhirnya di pilih untuk melakukan satu tugas penting, selain harus turun ke medan perang.
“Dia menyembunyikan kedua iblis itu.” sang pemimpin memulai pembicaraan.
“Alasannya?” tanya Athens.
“Karena persahabatan dan rasa belas kasih yang di tempatkan pada wadah yang salah dan waktu yang salah pula,” tegas sang pemimpin.
“Lalu, kemana kedua iblis itu sekarang?” tanya Arsen.
“Di penjara di dasar palung laut paling dalam di bumi,”
Arsen dan Athens tersentak mendengar jawaban itu.
“Temui Arrio dan bicara padanya, jika dia masih mau mengakui semuanya saat ini dan meminta maaf. Aku akan memberikan pengampunan untuknya. Namun jika tidak…”Arsen menatap tajam pada sang pemimpin, “dia akan melihat mayat kedua iblis itu di hadapannya sekarang juga!”
“Anda… tidak akan membunuh mereka sekarang?” tanya Arsen dan sang pemimpin menggeleng.
“Tidak, sampai penguasa neraka itu datang sendiri ke tempat ini dan bertemu denganku,” ucapnya tegas.
Arsen dan Athens hanya bisa diam dan menunduk, kemudian segera mengikuti perintah sang pemimpin.
***
Malam sudah cukup larut saat Athens dan Arsen sampai di kediaman Arrio. Mereka langsung bertemu dengan Aksel yang kala itu masih sibuk mengasah pedang besar miliknya yang merupakan hadiah ulang tahun dari sang ayah.
“Aksel, kau belum tidur?” tanya Athens begitu dia menjejakkan kaki di sana.
“Oh, kalian… iya, aku belum tidur. kalian mencari siapa?” tanya Aksel langsung.
“Kau sama sekali tak berubah ya. Tidak ada basa basi sedikitpun,”
“Ini sudah malam kak. Dan aku sangat mengantuk, jadi tak perlu lagi basa basi,” ujarnya.
“Panggilkan Arrio saja. Aku butuh bicara penting dengannya,” tukas Arsen.
“Dia sedang tidur kak,” jawab Aksel.
“Bangunkan saja. Katakan kalau ini pesan dari pemimpin,” ucap Arsen lagi.
Aksel mengernyitkan keningnya mendengar kata ‘pemimpin’ yang di sebutkan Arsen. Sepenting itukah sampai tengah malam begini kakaknya harus bangun? Ada masalah apa lagi? Apa perangnya mulai lagi? Apa penguasa neraka sudah tertangkap? Apa ada masalah yang di timbulkan Arrio, kakaknya?
Semua pertanyaan itu memenuhi benak dan pikiran Aksel.
“Ini bukan urusanmu Aksel. Kau tidak perlu memikirkan terlalu keras tentang apa yang terjadi. Cukup panggilkan saja Arrio kesini. Atau aku yang akan masuk langsung ke kamar kakakmu itu,” ujar Arsen lagi.
Ah, sial! Aksel lupa kalau Arsen mampu membaca pikiran siapapun di hadapannya. Termasuk Aksel baru saja. Maka dari itu Arsen tanpa segan menegur Aksel saat ini.
“Aku tahu, masuklah langsung. Lewat lorong ini. Di kamar paling ujung dengan pintu warna putih besar di sebelah kanan,” jelas Aksel dan berlalu pergi tanpa berpamitan dengan Athens dan Arsen.
“Memangnya apa yang dia pikirkan?” tanya Athens penasaran.
“Pertanyaan kritis, khas anak kecil,” jawab Arsen.
Setelahnya, mereka berdua pun mengembangkan sayapnya dan terbang sesuai dengan arah yang di tunjukkan Aksel sebelumnya. Hingga menemukan sebuah pintu besar berwarna putih yang cukup besar sesuai perkataan Aksel.
“Aku rasa ini tempatnya,” ucap Athens dan mengetuk pintu kamar itu beberapa kali, hingga akhirnya terbuka.
Arrio muncul di sana dengan wajah setengah mengantuk meskipun sama sekali tak memudarkan ketampanan yang di miliki olehnya.
“Kau?” Arrio mengernyit sebentar dan menatap Arsen yang juga berdiri tepat di belakang Athens sekarang, “untuk apa kalian kesini?” tanya Arrio lagi dan membuka lebar pintunya.
Lalu, tanpa basa basi lagi Athens dan Arsen masuk ke dalam kamar Arrio dan segera mengunci pintu kamar Arrio sangat rapat sambil merapalkan beberapa mantra yang berfungsi membuat tempat itu terlindungi dari siapapun. Bahkan pembicaraan mereka di dalam sana pun tak akan pernah bisa di dengar oleh siapapun dengan rapalan mantra lainnya, karena hanya Arsen, satu – satunya malaikat yang memiliki kemampuan menakjubkan ini.
Arrio semakin bingung dengan tindakan kedua malaikat ini namun masih diam dan memperhatikan. Sampai seketika Arsen merangsek ke arah Arrio dan membuat tubuh Arrio tersungkur ke lantai.
“Arsen!” teriak Athens dan Arrio hampir bersamaan.
“Apa?! Kau mau protes?!” gertak Arsen dengan wajah tepat di hadapan Arrio.
“Ada apa ini?” tanya Arrio yang masih tak mengerti.
“Katakan sekarang padaku, Arrio. Dimana kau menyembunyikan mereka?” tanya Arsen tanpa menunggu lebih lama lagi.
“menyembunyikan apa maksudmu? Siapa?” tanya Arrio.
Arsen berdecih mendengar jawaban Arrio dan memberikannya pukulan keras hingga Arrio tergeletak di lantai. Dia tahu, sekeras apapun yang dia lakukan pada Arrio, malaikat itu tak akan pernah membalas perlakuannya.
“Ibu dan adik perempuan Darrick. Dimana mereka Arrio?” tanya Athens sekarang dengan suara sedikit bergetar namun masih berusaha untuk tetap tenang.
Wajah Arrio memucat dan seluruh tubuhnya lemas seketika. Bagaimana mungkin dua malaikat ini tahu soal mereka berdua?
“Jangan pernah mencoba menutupi apapun lagi dari kami Arrio. Kau tahu persis, aku tidak akan segan menghabisi mereka hanya dengan rapalan mantra. Dan membiarkan mereka terkurung selamanya di tempat itu tanpa bantuan atau bahan makanan sedikitpun sampai mereka mati perlahan – lahan…” tukas Arsen yang jelas saja membuat Arrio ngeri membayangkannya.
Arrio melirik ke arah Athens yang juga nampak menunggu jawaban dari dirinya.
“Arrio…” Athens kembali bersuara dan mendesak Arrio.
Hingga Arrio dengan menarik nafas panjang kini mulai bangkit dan membersihkan darah yang keluar dari ujung bibirnya.
“Ikuti aku, akan ku bawa kalian ke tempat mereka,” ujar Arrio namun Athens menghalangi langkahnya.
“Kau tahu alasan Arsen menutupi tempat ini dengan mantra?” Arrio tersentak dan menatap balik Athens.
“Katakan saja pada kami dimana, kami yang akan kesana dan membantumu. Kau, pergilah ke tempat pemimpin dan minta maaflah padanya. Akui kesalahanmu, lalu katakan tempat persembunyian mereka agar ada pasukan yang di kirim ke tempat itu,”
“Apa?” Arrio masih tak mengerti.
“Lakukan saja apa yang Arsen katakan Arrio. Urusan selebihnya, itu akan kami tangani. Cepatlah!” ucap Athens dan butuh beberapa menit hingga Arrio tersadar hingga akhirnya terbang keluar ruangan itu dengan segera menuju ke tempat pemimpin berada.
Sementara Athens dan Arsen yang sudah mengetahui tempat itu dari catatan kecil yang di berikan oleh Arrio. Segera pergi ke tempat itu.
Ada strategi lain yang mereka rencanakan malam ini.
***