Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2.1 - RIO DECISION?

Arrio melangkahkan kakinya mendekat ke arah kerumunan para malaikat yang nampak terluka cukup parah, dan ada beberapa dari mereka juga yang terlihat berbincang dengan senyum merekah, seolah bangga atas kemenangan mereka kali ini.

Pedang mengkilap milik para malaikat yang berlumur darah para iblis di anggap sebagai suatu hal yang luar biasa dan sangat membanggakan. Nada mengejek dan merendahkan juga terdengar dari bibir mereka saat ini. Sambil menunduk memberi penghormatan saat Arrio berjalan di hadapan mereka.

“Rio!” Aiden kembali berlari kecil dan menghampiri Arrio.

“Apa?”

“Kau dari mana saja?” tanya Aiden.

“Berperang, kau pikir dari mana memangnya?” tanya Arrio ketus.

“Astaga, kau kenapa menjawab dengan nada begitu padaku? Aku mencarimu dari tadi, makanya aku bertanya. Lagipula, aku rasa kemenangan ini belum sepenuhnya,” ucap Aiden dengan nada lirih dan membawa Arrio sedikit menjauh dari kerumunan.

“Apa maksudmu belum sepenuhnya?” mata Arrio memicing dan menatap Aiden penuh tanda tanya.

“Kau, menemukan dia atau keluarganya tidak?” tanya Aiden.

“Dia siapa?” tanya Arrio balik.

“Dia! Sahabat iblismu itu, si Darrick! Kau menemukan dia atau keluarganya tidak?” tanya Aiden yang membuat raut wajah Arrio berubah sejenak.

“Tidak,” jawab Arrio singkat.

“Benar kan prediksiku!” pekik Aiden dan kembali menarik Arrio lebih jauh.

“Bicara yang jelas Aiden! Kau tahu aku tidak suka pembicaraan yang menggantung!”

“Iya iya, kau ini!” Aiden mendekatkan bibirnya ke telinga Arrio untuk berbisik, “aku mendengar kabar, bahwa penguasa neraka dan putranya Darrick, sedang merencanakan penyerangan pada para malaikat. Dan sepertinya, mereka sedang mempersiapkan itu di suatu tempat lain yang entah ada dimana. Itu pula sebabnya, sekalipun kita bisa membantai banyak iblis sekarang. Aku rasa, kita tidak sepenuhnya menang, karena bahkan belum bisa menemukan Penguasa neraka dengan pasukan elit mereka,” jelas Aiden panjang lebar.

“Jadi maksudnya?”

“Kau paham benar maksudku Rio! Andai saja kita bisa menemukan salah satu dari keluarga penguasa neraka. Kita bisa melakukan perundingan dengan menggunakan keluarganya sebagai umpan. Tapi karena kita tidak menemukan satupun, aku rasa… perang akan berlanjut. Kita harus bersiap, seandainya mereka kembali dan menemukan kondisi neraka yang porak poranda seperti ini,” jelas Aiden.

Sekali lagi Arrio tersentak, dia tak menyangka kalau hal ini bisa terjadi. Lagipula, dia tahu persis bahwa ada dua orang penting dalam keluarga si penguasa neraka yang sekarang ada di bawah perlindungannya.

“Rio…! Rio!” panggil Aiden membuyarkan lamunan Arrio.

“Oh, hmm… maaf,”

“Kau lelah habis berperang ya?” tanya Aiden.

“Aku rasa begitu,” gumam Arrio.

Aiden nampak mengangguk kecil, “ya sudah, memang sudah waktunya beristirahat sekarang. Nanti aku akan mengabarimu jika ada kabar selanjutnya,” ujar Aiden dan segera pergi dari sana.

***

Brukk!

Tubuh Arrio segera ambruk di atas ranjang begitu dia selesai membersihkan tubuh, sayap, juga pedangnya dari lumuran dan cipratan darah. Matanya menerawang jauh ke atas dan terdiam. Pikirannya kini melayang begitu jauh, memikirkan keberadaan Darrick yang sampai saat ini masih menjadi misteri dan keadaan ibu juga adik Darrick yang meskipun Arrio yakin saat ini aman, dia sendiri tak bisa menjamin sampai selama apa kedua iblis itu bisa bertahan di kondisi ini.

Para malaikat melakukan pembersihan secara masal, dan melakukan penjagaan super ketat di pintu masuk dan keluar neraka. Bahkan hingga ke seluruh ujung, lorong dan lubang yang memungkinkan iblis bersembunyi di dalamnya, maka aka nada malaikat yang berjaga untuk menangkap dan bahkan membunuh iblis itu secara langsung tanpa ampun.

Membayangkan hal ini saja, sudah membuat kepala Arrio terasa sangat pening. Entah apa yang akan dia jelaskan pada Darrick saat mereka bertemu nanti.

Tok tok tok!

Suara pintu kamar yang di ketuk kembali terdengar, dan Arrio tahu siapa itu.

“Kau di dalam kak?” tanya Jason yang masuk bersama dengan Aksel.

“Ya, masuklah…”

“Bagaimana dengan perangnya?” tanya Aksel tanpa basa basi sedikitpun. Seolah dia tidak paham kalau kakaknya sedang banyak pikiran sekarang.

“Menurutmu apa yang terjadi dalam peperangan?” tanya Jason balik seolah menyindir pertanyaan Aksel yang di anggapnya tidak penting.

Kedua adik Arrio ini memang punya sifat yang mirip namun juga berbeda dalam pemikiran. Karena Jason akan jauh lebih memahami situasi dan kondisi sebelum melontarkan pertanyaan atau ucapan apapun. Sementara Aksel, si bungsu itu akan dengan terus terangnya menanyakan sesuatu atau mengungkapkan apapun yang ada di pikirannya tanpa di saring.

“Aku rasa kita tetap akan kalah nantinya,” seperti yang sudah di duga, kalau Aksel akan bicara seperti ini.

“Kenapa kau berpikir begitu?” tanya Jason dan sedikit banyak menarik perhatian Arrio yang juga membuka lebar telinganya untuk mendengar alasan sang adik.

“Aku dengar penguasa neraka belum tertangkap dan masih bersembunyi entah dimana. Bahkan, sahabatmu juga kan kak? Dia menghilang seperti di telan bumi bersama dengan pasukan khususnya,” ucap Aksel lagi.

“Kau… bagaimana kau bisa tahu soal ini?” tanya Arrio yang nampak terkejut.

“Aku mendengar ayah membicarakan ini tadi dengan para malaikat utama saat menuju kesini. Kita harus terus bersiaga. Karena membuat kondisi neraka hancur, jelas akan membuat mereka melakukan pembalasan dendam entah dengan cara apapun,” jelas Aksel lagi.

“Itu benar kak?” tanya Jason pad Arrio.

“Ya, itu benar… mereka memang belum tertangkap satupun…” ucap Arrio.

“Jadi hasil perangnya sia – sia?” celetuk Jason yang kembali membuat batin Arrio bergejolak.

Apa yang di ucapkan adiknya juga merupakan salah satu yang menjadi pemikirannya saat ini. Bahwa apa yang mereka lakukan saat ini dan tadi, perang yang membuat banyak nyawa melayang itu hanya sebuah hal yang sia – sia belaka. Karena kenyataannya, pucuk kepemimpinan dari para kaum iblis, dan orang yang harusnya bertanggung jawab atas semua kekacauanlah yang di tangkap. Bukannya sembarang iblis yang bahkan tidak tahu apapun soal ini.

“Menurut kalian ini sia – sia?” tanya Arrio.

“Hmm… kalau aku kak, menurut pandanganku. Kemenangan atas sebuah perang hanya akan bisa di dapatkan kalau panglima perang sudah di taklukkan. Kalau hanya masalah banyaknya anak buah yang mati terbunuh, tidak menjamin satu kemenangan. Karena ya… strategi perang itu berbeda – beda kan kak,” ucap Jason.

Aksel yang mendengar ucapan sang kakak ikut mengangguk, menyetujui pemikiran Jason saat ini. Dia pun terpikir hal yang sama.

“Kakak benar – benar tidak menemukan satupun dari Penguasa Neraka?” tanya Aksel penuh tanda tanya.

“Tidak!” tegas Arrio.

“Aku pikir kakak tadi ke rumah mereka dan mencarinya di sana. Lalu menemukan sesuatu atau seseorang…” gumam Aksel yang sekali lagi menyentak batin Arrio.

“Kenapa kau berpikir begitu?” tanya Arrio pada Aksel.

“Entahlah, aku hanya berpikir mungkin kau akan melakukannya. Mengingat bagaimana hubunganmu dengan pewaris keluarga itu selama ini,” jawab Aksel.

“Kak…” Jason mendekati Arrio dan menyentuh pundak sang kakak, “kau tahu kalau kau bisa mempercayai kami untuk hal apapun kan? Andai ada satu atau beberapa hal rahasia yang ingin kau bagi pada kami. Kapanpun itu, ceritakanlah… aku dan Aksel akan mendengarkan apapun dan akan tetap di sisimu apapun yang kau putuskan,” ujar Jason dan tersenyum begitu teduh. Aksel pun melakukan hal yang sama hingga Arrio merasakan batinnya di tampar keras oleh sang adik.

Kedua adiknya memang masih sangat muda, tapi mereka bukan lagi anak kecil yang bisa di bohongi hanya dengan kata – kata manis dan penuh ketenangan. Karena nyatanya, raut wajah Arrio menunjukkan hal yang berbeda.

“Aku mengerti.” Hanya itu jawaban yang bisa Arrio berikan pada kedua adiknya saat ini.

“Ya sudah, aku keluar dulu ya… istirahatlah, kau pasti lelah…” Jason bangkit dan di susul Aksel yang masih sempat memeluknya singkat sebelum keluar mengikuti langkah Jason dan menuntun Arrio mengembangkan senyum di bibirnya.

“Kalian memang adikku yang terbaik,” gumam Arrio.

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel