Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 6 Timbul Perasaan

Bab 6 Timbul Perasaan

Selesai menjalani hukuman, tubuh Elga benar-benar remuk. Walau sejatinya keturunan vampir bisa dengan mudah sembuh, namun kini tubuhnya memang sangat hancur dan intimnya menyakitkan. Setelah sepenuhnya mengumpulkan kesadaran, Elga langsung bergegas untuk kembali ke kamar apartemennya yang masih berada di Cold Tower.

Diam-diam, ada seorang laki-laki yang terus mengintai Elga dengan tatapan penuh gairah dan nafsu. Melihat Elga yang berusaha bangun dan pergi, dia juga mengikuti Elga dari belakang. Terlihat di mata lelaki itu, tatapan dengan ingin segera menerkam tubuh mulus itu. Hingga ternyata semua itu di ketehui oleh Durga ayahnya Arnold yang masih berada di sana. Dengan segera kelakuan lelaki itu di cegah oleh Durga.

"Apa yang kamu lakukan?" tanya Durga dengan tatapan mengerikan.

"Tu... Tuan Durga," lirih pemuda itu.

"Apa yang kamu lakukan!" bentak Durga dengan suara menggelegar.

"Sa... Saya hanya mengikuti nona Elga," jawab pemuda itu terbata.

"Mau apa kamu mengikuti?" tanya Durga lagi.

"Ti... tidak ada apa-apa Tuan. Hanya..." ucap pemuda itu dengan ketakutan.

"Hanya apa!!!" pekik Durga merasa geram.

"Hanya ingin memastikan, kalau nona Elga tidak melakukan kesalahan lagi," ujar pemuda itu lagi spontan.

"Awas saja, kalau saya mendapati kamu lagi mengikuti Elga. Ku bunuh kau," ancam Durga tak berfikir panjang.

"Ba... Baik tuan, maafkan saya. Permisi," pamit pemuda itu berlalu pergi. Durga yang merasakan bosan pun, perlahan juga pergi ke kamar Elga. Ternyata diam-diam dia menyukai Elga.

Di kamar lain, Arnold yang telah sampai di sana bersama Chris, hanya duduk terdiam. Sandra belum juga kunjung sadar. Gadis itu seperti betah dalam keadaan pingsan. Bahkan raut wajahnya begitu tenang dalam posisi tidak sadarkan diri.

"Kenapa dia belum sadarkan diri juga," gumam Arnold.

"Apa perlu di panggilan dokter tuan?" tanya Chris pada Arnold.

"Tidak perlu, tolong tinggalkan kami berdua di sini," ujar Arnold. Lalu, antar Chris dan juga Cery, mereka sama-sama keluar meninggalkan Arnold dan Sandra berdua. Setelah keduanya pergi, Arnold mulai mendekat ke arah Sandra tertidur.

"Entah kenapa, saat pertama sekali kita bertemu, seperti ada sesuatu yang aku rasakan. Aku merasa, kalau kamu berbeda dari yang lain. Ke kosongan, kehampaan dan kedinginan hati ini, berubah ingin kembali merasakan sentuhan kasih sayang," bisik Arnold di telinga Sandra.

"Apa kau tahu, selama hidupku hanya kasih sayang ibu yang aku dapatkan. Dan sayangnya, perlakuan lembut dari seorang ibu, hanya dapat aku rasakan sebentar. Ibu pergi meninggalkan ku untuk selamanya. Dia meninggalkan ayah, serta aku yang masih kecil. Sementara ayah, dia hanya memikirkan dirinya dan hidupnya sendiri. Dia suka sekali marah dan tak jarang memukulku," tidak tahu kenapa, Arnold mencurahkan isi hatinya kepada gadis yang baru dia kenal.

"Ahh... Aku di mana?" lirih Sandra dengan memegang kepalanya yang masih sangat pusing.

"Kamu di kamar," jawab Arnold kembali bersikap dingin dan sok.

"Tu... Tuan, bagaimana anda bisa berada di sini?" tanya Sandra dengan terbata.

"Kau tanya aku kenapa ada di sini? Apa setelah pingsan kau amnesia?" tanya Arnold dengan kesal. Lalu Sandra mencoba mengingat semuanya.

"Eh hehe... Maaf tuan, saya lupa," ucap Sandra tersenyum malu karena lupa. Dia baru ingat, kalau tadi dia sempat pingsan dan terjatuh di tubuhnya Arnold.

"Heheh ya sudah tidak apa-apa. Katakan padaku, apa kamu belum makan?" tanya Arnold penuh perhatian. Sandra merasa kalau perutnya memang balum terisi apa pun sejak pagi, hanya menjawab dengan gelengan kepala.

"Ya sudah, sebaiknya kamu makanlah ini. Ini sudah ada bubur untukmu. Saya tahu kalau kamu punya sakit maag, yang bisa menyebabkanmu pingsan kalau telat makan," ujar Arnold begitu perhatian pada gadis baru dia kenal itu.

"Kenapa aku merasa ada yang aneh ya. Tadi saja dia bersikap dingin padaku, sekarang perhatian sekali. Em aneh," gumam Sandra dalam hati.

"Apa kamu mengatakan sesuatu?" tanya Arnold menatap Sandra menyelidik.

"Eh tidak tuan. Hanya saja, bubur ini sangat enak sekali. Saya suka," ucap Sandra berbohong.

"Ya sudah makanlah, setelah itu mandi. Lalu, temui saya di ruangan saya yang berada di lantai dua," tukas Arnold kembali dingin.

"Terima kasih tuan atas segalanya," ucap Sandra dengan tulus. Kemudian Arnold beranjak keluar dari kamar Sandra.

"Kamu temani Sandra selalu. Jangan biarkan dia seorang diri. Karena jika itu terjadi, akan sangat bahaya dirinya tinggal di Cold Tower ini," perintah Arnold kepada Cery.

"Siap tuan, perintah anda akan saya laksanakan," ucap Cery sembari menundukkan kepalanya.

"Chris, ikut saya ke ruangan," perintah Arnold lagi. Chris dengan patuh, mengikuti langkah teman sekaligus tuannya itu.

---***---***---

Diam-diam Elga masih ingin melanjutkan keinginannya untuk membuat vampir baru. Walau pun dia sudah di beri pelajaran dengan hukuman yang luar biasa, tetapi itu semua tidak membuatnya jera dan takut. Justru semua itu membuat Elga semakin ingin, ingin dan terus ingin mewujudkan impiannya. Tak perduli jika dirinya bakal di bunuh oleh Arnold, tetapi yang penting impiannya bisa terwujudkan.

"Aku harus memindahkan tubuh manusia tak berguna itu ke suatu tempat yang aman. Agar Arnold tak dapat mengetahui lagi dan juga Chris sialan itu," Sejenak Elga berfikir keras akan membawa tubuh Gali ke mana. Lalu Elga pergi ke ruangan laboraturium untuk mengambil tubuhnya Gali yang masih tidak sadarkan diri.

"Aku yakin, kalau kamu pasti bisa hidup menjadi makhluk vampir selanjutnya. aku pasti berhasil," gumam Elga saat sudah berada tepat di samping tubuh Gali.

Kemudian dengan pasti, Elga mengangkat tubuh Gali dengan tenaga vampirnya. Elga juga tak lupa mengambil beberapa obat untuk di suntikkan ke tubuhnya Gali.

"Bruaakkk" tiba-tiba pintu ruangan Arnold terbuka dengan paksa. Menampilkan sosok yang tak familiar di mata Arnold. Sebab, sosok itu adalah rekan kerja samanya Arnold dalam bidang bisnis perhotelan.

"Apa yang anda lakukan!" bentak Arnold merasa tak senang dengan kelakuan rekan bisnisnya itu.

"Ini. Bagaiman bisa seorang pembisnis bernama Arnold melakukan hal securang ini di dalam berbisnis?" ucap Dion dengan senyum mengejeknya.

"Tunggu, siapa yang telah melakukan ini. Chris..." panggil Arnold.

"Apa kamu yang melakukan semua ini?" tanya Arnold lagi. Arnold tak mau gegabah dalam mengambil sikap. Dia yakin kalau kecurangan dalam dana bisnis ada yang mengolah.

"Anda dapat dari mana laporan keuangan ini tuan Dion?" tanya Arnold sopan.

"Tak perlu berpura-pura tidak melakukan kecurangan ini tuan Arnold. Semua bukti sudah jelas bukan," ucap Dion.

"Ngusshhh... Nguusshh..." Dion mencium harum darah segar nan manis. Dia pun semakin mempertajam penciumannya. Semakin lama, aroma itu semakin mencolok. Hingga menampilkan sosok Sandra di ambang pintu.

---***---***---

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel