Bab 4 Hari Pertama Di Cold Tower
Bab 4 Hari Pertama Di Cold Tower
Mentari pagi, menyinari seluruh alam semesta. Cahayanya menyusup ke kamar Sandra dan membuatnya tersadar. Dengan perlahan Sandra membuka matanya, guna melihat pukul berapa saat itu. Waktu sudah menunjukkan jam 06.30 (setengah tujuh pagi). Dengan terkejut, Sandra langsung bergegas bangun dari tempat tidurnya, dan berhambur ke arah kamar mandi. Dengan terburu, Sandra langsung mandi guna membersihkan dirinya. Dan Sandra kini tenang bersiap dengan setelan rapih. Baju putih, rak di atas lutut warna hitam, sepatu tinggi berwarna hitam dan rambut yang di ikat dibiarkan menjuntai rapih, serta sentuhan make up yang sedikit natural.
Sandra perlahan berjalan menuju lift. Sampai di lantai paling bawah, Sandra keluar dari lift menuju ke arah gerbang depan seperti yang di rencanakan semalam. Banyak pasang mata yang melihat kecantikan dan kemolekan Sandra. Tubuh yang ramping, kulit yang putih mulus, hidung yang kecil mancung, lensa mata yang berwarna coklat, rambut lurus berwarna coklat, sampai yang menjadi pemanis alami adalah bibir indah yang berwarna pink, menambah Sandra semakin cantik dan memukau.
Sampai di depan gerbang depan apartemen itu, Sandra terus saja memalingkan wajahnya ke sekelilingnya, untuk mencari keberadaan Arnold. Bos di apartemen itu.
Waktu sudah menunjukkan pukul 08.00 (delapan pagi). Tetapi Arnold belum juga menampakkan batang hidungnya. Sudah satu jam Sandra menunggumu. Hari semakin panas, matahari semakin terik. Sandra berinisiatif menunggunya di pos satpam.
"Dia di mana sih. Kenapa sampai jam segini belum juga muncul," gumam Sandra, yang berhasil di dengar oleh satpam yang sedang berjaga di pos itu.
"Kamu mencari tuan Arnold?" tanya pak satpam.
"Iya, saya ada janji bersamanya hari ini. Tapi, kenapa dia belum juga datang ya?" jawab Sandra sembari bertanya balik.
"Tadi pagi sekali, tuan Arnold sudah pergi bersama para pengawalnya. Mungkin mereka akan lama kembali," ujar pak satpam itu menjelaskan.
"Oh ya ampun... Apa dia berniat mengerjaiku?" bisik Sandra dalam hatimu.
"Baiklah kalau begitu. Terimakasih pak, saya akan kembali ke kamar saya," ucap Sandra sembari berlalu pergi melangkahkan kaki jenjangnya.
Sampai di kamarnya, Sandra langsung menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang empuk berukuran lumayan besar untuk dirinya.
"Ahhh, apa dia memang berniat mengerjaiku? Tapi, apa gunanya dia melakukan itu," semua pertanyaan secara bergiliran memenuhi pikirkan Sandra.
Lalu, Sandra pun bangkit dari tempat tidur empuknya itu. Dia beralih ke jendela kaca milik kamarnya. Sandra melihat kota dari jendela kamarnya. Tempat itu cukup tinggi, dan dia tidak tahu apakah ini benar-benar suatu keberuntungan baginya.
"Ya Tuhan... Apa arti dari semua ini. Setelah aku berkelana panjang, aku mendapatkan sebuah tempat tinggal mewah seperti ini. Apartemen mewah, canggih, serba ada, bahkan semua ini di berikan dengan cuma-cuma alias gratis," gumam Sandra sembari bersandar di sebuah kursi dekat jendela.
Sandra teringat, akan adanya barang berharga di kopernya. Sebuah benda dengan sejuta kenangan untuk di kenang. Dia pun membuka buku dari koper, di dalamnya buku itu ada peta. Sebuah peta, di mana tidak banyak orang yang mengetahui tempat itu. Sebuah peta, yang akan mengingatkan dia dengan sebuah kenangan indah dan juga kenangan pahit dan menyedihkan. Sebuah peta, yang akan menunjukkan jalan arah ke tempat kelahirannya.
Sandra mulai mengingat kembali semua kenangan itu. Sebuah kenangan indah di masa kecil. Sandra mulai memutar kembali memori ingatannya.
Di sebuah rumah yang indah dan besar, lahirlah seorang putri cantik dengan sebuah mata yang indah. Itu adalah Sandra. Sandra seorang anak tunggal, dari pasang ayah dan ibunya. Saat masa kecil itu, banyak mengukir kisah indah dan kebahagiaan. Sandra yang bermain di rumah itu. Bermanja pada ayah dan ibunya. Pelukan hangat dari orang tuanya, itulah yang sangat dia rindukan. Hingga sebuah musibah dan bencana datang melanda kampung itu.
Semua manusia yang berada dan tinggal di sana, di bantai oleh segerombolan pasukan aneh berbaju serba hitam. Termasuk keluarga Sandra. Semua orang berusaha melawan, dan berusaha menyelamatkan diri mereka. Sandra, yang disuruh sembunyi oleh ibunya, di sebuah lemari pun melihat dan menyaksikan semuanya. Ayahnya terus berusaha melawan makhluk itu. Tapi apa daya, kekuatan ayah sebagai manusia biasa tak sebanding dengan mereka. Melihat ayah yang terkulai tak bernyawa, ibu sontak berteriak histeris.
Ibu yang berusaha menolong ayah pun, dibantai oleh mereka. Yang lebih mengejutkan, setelah ayah dan ibu berhasil mereka bunuh. Beberapa orang di gerombolan itu pun, menggigit leher dan menghisap darah ayah dan ibu.
Tubuh mungil Sandra bergetar hebat. Dia sangat syok dan ketakutan luar biasa yang menderanya. Seorang anak kecil, yang menyaksikan kematian ayah dan ibunya. Sandra terus menangis, tanpa adanya suara. Hingga merasa aman, Sandra keluar dari tempat persembuyiannya. Dia menangis histeris sembari mengguncang tubuh Ayah dan Ibunya
"Ibu... Ayah... Jangan tinggalkan Sandra. Sandra harus bersama siapa... Sandra seorang diri yah, bu... Tolong jangan tinggalkan Sandra sendirian," ucap Sandra di sela tangisannya. Namun kedua orang tuanya tak bisa kembali hidup. Di tangan sang ibu, Sandra menemukan sebuah buku. Dengan perlahan Sandra mengambil buku itu dan membukanya. Buku itu berisikan curahan hati ibu dan ayahnya memberikan kasih sayang kepada Sandra. Di selipan buku itu, ada sebuah peta yang mengarah ke rumah mereka. Dengan air mata yang terus mengalir, Sandra perlahan mengemasi bajunya dan pergi dari tempat itu. Di Umurnya yang saat itu 12 tahun, Sandra terus berjalan menelusuri berbagai medan perjalanan. Hingga dia bertemu dengan seorang yang nenek tua dan tinggal bersamanya. Sandra dirawat dan diasuh oleh nenek itu, hingga di umurnya yang saat ini 23 tahun. Nenek itu meninggal dunia karena penyakit tuanya. Lalu Sandra bertekad untuk mengadu nasibnya di sebuah kota. Hingga Sandra sampai di Cold Tower ini. Semua kenangan manis dan pahit, Sandra kenang hingga tak terasa air matanya terus mengalir.
Sandra berusaha kuat sabar tabah dan ikhlas menerima semua itu. Hingga sebuah bunyi ketukan pintu kamarnya pun terdengar.
"Tok... Tok... Tok... permisi..." ucap seseorang dari luar. Lalu Sandra menghapus air matanya dan membuka pintu.
"Iya, ada perlu apa? tanya Sandra dengan lembut dan sopan.
"Apa Anda yang bernama Sandra? tanya seorang wanita itu.
"Ya saya Sandra. Ada perlu apa ya?" tanya Sandra lagi.
"Begini Nona Sandra, Tuan Arnold sedang menunggu anda di lantai bawah. Jadi segeralah menemuinya, karena tuan Arnold sangat tidak suka menunggu lama," ujar wanita itu memberitahu. Lalu Sandra bergegas untuk merapikan penampilannya dan memoles makeup-nya sedikit.
Hingga sampailah Sandra tempat di lantai bawah. Sandra tiba-tiba merasa pusing dan pandangannya goyang. Sandra pun mengingat, bahwa sedari tadi pagi dia tidak memasukkan sesuap nasi pun di dalam perutnya. Hingga tepat dia berhadapan di depan Arnold, pandangan itu kabur dan perlahan menggelap. Tubuh Sandra lunglai dan kini dia benar-benar pingsan di tubuh Arnold.
---***---***---