Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Keluarga yang Dingin

Siang pun beranjak malam, matahari pun berganti bulan. Dan setiap insan pun sebentar lagi akan terlelap tidur karena malam yang semakin larut.

Tapi hal ini berbeda di sebuah kediaman mewah, tepatnya di ruang makan. Disana tampak empat orang yang sedang makan di meja makan.

Semakin melihat dengan jelas semakin membuktikan bahwa keluarga itu adalah sebuah keluarga terdingin yang pernah ada.

Terlihat dari cara makan mereka dan tatapan mereka masing-masing.

Hanya terdengar suara dentingan sendok atau garpu yang beradu dengan piring. Keheningan pun menghiasi ke empatnya.

"Ekhm!" Dehaman terdengar dari seorang perempuan paruh baya yang tampaknya ia sedang mencairkan suasana yang berada di ruangan tersebut.

"Reyhan, Bagas, nanti besok kalian berangkat sekolah bareng ya?" ucap Amanda istri kedua Rama.

Suasana kembali sunyi. Reyhan maupun Bagas tak ada yang menyahuti perkataan Amanda. Tak ada ucapan dari keduanya, hanya ada keheningan setiap mereka berempat makan.

"Nggak usah sayang Reyhan biar berangkat sendiri aja, lagian juga aku nyesel udah nyekolahin dia, apalagi sekolahnya bareng sama Bagas!" ucap Rama sinis.

Sementara Reyhan hanya terdiam, ia tau setiap ia dan ayahnya bertemu pasti ayahnya selalu menyindirnya. Hatinya sudah tak berbentuk lagi. Rama selalu berkata hal yang jelek tentang dirinya. Sementara tentang Bagas, ia selalu memujinya.

"Mas kamu apa apaan sih!" sentak Amanda, walau begitu Amanda sudah menganggap Reyhan seperti anak sendiri. Tapi lain dengan Bagas yang terlihat benci oleh Reyhan.

Reyhan tak akan mau dan selaku mencari alasan agar tidak makan bersama di meja makan ini, ini saja terpaksa karena Amanda yang mengajaknya. Meskipun begitu ia tetap sayang kepada ibu tirinya ini, melebihi kasih sayangnya kepada ayahnya.

"Ya emang gitu 'kan harusnya, buat anak nggak tau diuntung!" Sinis Rama. Pria itu terus memandang Reyhan dengan sinis. Membuat Reyhan kesal dan membanting sendoknya.

Situasi yang sudah memanas semakin memanas. Semua orang yang berada di meja makan sontak mengalihkan tatapannya dan terfokus pada Reyhan. Tak terkecuali seorang gadis kecil yang baru saja datang, dan berniat untuk gabung makan bersama. Tapi melihat kejadian itu, gadis kecil itu pun hanya bisa diam di tempatnya berdiri sekarang.

"Kalo anda nggak mau nyekolahin saya, silahkan saya juga nggak butuh biaya sekolah dari anda!" ucap Reyhan dingin.

Nampak Kesha yang ingin berjalan ke arah meja makan segera mengurung kan niatnya. Ia bingung kenapa ayahnya sebegitu kasarnya terhadap kakak yang paling ia sayangi, kakak yang selalu mengurusnya sejak kecil.

Walaupun Amanda juga mengurusnya tapi hanya Reyhan lah yang bisa menyayanginya lebih dari apapun.

Rasa iba turut Kesha rasakan, melihat Reyhan yang selalu diperlakukan seperti itu. Hatinya teriris. Selama ini Reyhan selalu bungkam dan tidak pernah bercerita hal yang dilakukan Rama.

Reyhan pun pergi dari meja makan menuju ke kamarnya, namun ia mendengar suara Amanda yang memanggil namanya.

Saat hendak menuju ke kamar ia melihat adik kecil nya yang sedang melihat ke arah nya dengan mata yang mulai berair.

Reyhan hanya tersenyum manis menenangkan adik kecilnya ini.

Kesha menangis, Reyhan yang merasa iba pun menggendongnya lalu membawanya ke kamar Kesha.

Mereka berdua pun sampai di Kanada Kesha. Reyhan mendudukkan Kesha dengan perlahan di atas kasur. Ditatapnya adik kecilnya itu, dan dibelai perlahan.

"Kamu kenapa kok nangis sih?" tanya Reyhan heran, nada suaranya pun berbeda dengan nada suaranya tadi saat ia berada di meja makan.

Dan hal itu pun disadari oleh Kesha.

"Kakak jahat, Kakak nggak pernah cerita sama Kesha kalo Kakak suka dimarahin sama Ayah!" Suara imut Kesha lantas membuat Reyhan tersenyum geli.

"Terus juga kakak nggak pernah manggil sebutan ayah ke Ayah. Manggil juga pake sebutan anda!" tangis Kesha pun pecah.

"Nggak Kakak nggak kenapa-napa kok," ucap Reyhan berusaha menguatkan hati adik kecilnya.

Namun tanpa mereka sadari ada seseorang yang mendengar percakapan antara Kesha dan Reyhan.

"Udah ya kamu nggak usah mikir macem-macem sekarang kamu tidur, terus kan besok kamu harus sekolah. " Reyhan tak lupa mengacak rambut adiknya lembut dan mengecup keningnya.

Kesha pun mengangguk patuh, dan segera tidur, sementara Reyhan pun keluar dari kamar Kesha dan menuju ke kamarnya.

" eyhan ...."

Terdengar suara seorang wanita paruh baya yang memanggilnya, tanpa melihat pun Reyhan tau kalau Amanda lah yang Memanggilnya.

Reyhan tak menggubris panggilan dari ibu tirinya itu dan segera ia menutup pintu kamar adiknya dan berlalu begitu saja meninggalkan Amanda yang berada di dekatnya dengan tatapan dingin.

***

Tiga jam berlalu. Kini sekarang sudah pukul jam sebelas malam. Reyhan yang berada di kamar mewahnya tak bisa tertidur.

'Gue bingung mesti gimana lagi, gue kangen keluarga gue yang dulu sama Ayah, Ibu dan Kak Rangga. Tapi mereka semua nggak peduli sama gue. Salah gue apa sih, sampe-sampe mereka semua nganggep gue kayak bukan keluarga mereka sendiri. ' Batin Reyhan.

***

Di sebuah kediaman mewah terdapat tiga orang dewasa dan salah satunya adalah seorang perempuan paruh baya yang nampak gelisah entah apa penyebabnya.

"Mas, aku ngerasa bersalah banget sama anak aku," ucap Sarah yang tak lain—ibu dari Reyhan Aditya.

" amu yang tenang ya sayang, nanti besok aku anter kamu ke rumah mantan suami kamu," ucap Arka menenangkan istri keduanya ini.

"Tapi aku maunya sekarang Mas, aku ngerasa bersalah banget sama dia!" Sarah merasa jika dirinya harus menemui Reyhan malam ini juga. Walaupun Arka tadi sempat menyuruhnya agar bertemu Reyhan esok hari.

Rupanya rasa bersalah menggelayuti benak Sarah setelah bertahun-tahun ia meninggalkan anaknya yang tak berdosa.

"Yaudah kita ke sana sekarang, kamu siap-siap ya, Rangga kamu mau ikut?" tanya Arka kepada anak tiri dari istrinya tersebut.

Sontak pertanyaan tersebut membuat fokusnya kini teralihkan dari layar handphonenya.

"Hm iya deh Yah Rangga mau ikut. " Tak lama setelah itu Rangga pun pergi menuju kamar yang berada di lantai dua.

"Ya sudah sana kamu siap siap ya," ucap Arka kemudian kepada Sarah.

Akhirnya mereka bertiga pun bersiap-siap untuk berangkat menemui Reyhan. Ini semua karena permintaan Sarah. Jika tanpa keinginan perempuan itu, mana mungkin Rangga mau menemui Reyhan yang merupakan adiknya.

Reyhan dan Rangga sudah seperti putus hubungan sejak kecil. Sejak orangtua mereka berpisah. Tangga dibawa oleh Sarah, sementara Reyhan terpaksa bersama Rama yang bersikap kasar.

Sarah rupanya pilih-pilih kasih terhadap anak-anaknya. Ia lebih mengutamakan Rangga daripada Reyhan dan Kesha yang masih kecil. Sehingga hal ini membuat Reyhan memberinya sampai sekarang, juga membenci Rangga.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel