Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3

“Biar aku mengantarmu kak,” ujar salah seorang lelaki tampan pada Carmen. Pria itu membukakan pintu mobil mewahnya untuk mengantar Kalen serta Carmen pulang kerumah setelah menyelesaikan administrasi kepulangan Kalen dari rumah sakit.

Pria tampan itu bernama Satria, dengan nama lengkap Satria Gunadarma. Pria dengan sorot mata nyaman senyaman senyum indahnya. Siapapun akan langsung meleleh hatinya bila melihat Satria tersenyum, apalagi dengan kedua lesung Pipit menghiasi pipi indahnya.

“Saya sudah berulang kali menyusahkan anda Pak Satria, dilain waktu saya pastikan akan membalas budi baik Bapak,” Carmen tak bisa menolah keinginan dari Bos tempat ia bekerja selama ini.

Benar sekali, Satria adalah cucu dari pemilik Perusahaan pengolahan teh tempat Carmen bekerja. Sebelum bekerja di perusahaan tersebut, Carmen bekerja di Resort milik kakek Satria. Karena kegigihan dan tekad Carmen yang kuat, ia di promosikan ke perkebunan teh untuk membantu sang cucu dalam mengelola perusahaan miliknya.

Terkenal ramah tidak seperti bos-bos pada umumnya, membuat Satria digandrungi para bawahannya yang notabennya wanita single. Tak sedikit para karyawan Satria akan jatuh hati padanya. Kecuali Carmen, single parent satu itu lebih tertarik membesarkan buah hatinya. Carmen tidak tertarik untuk sekedar berimajinasi memikirkan cintanya.

“Om, nanti apa Kalen masih bisa main bola lagi ?” celetuk bocah lelaki mungil yang masih berada dipangkuan sang Mami.

“Tentu saja, bahkan Om sendiri yang akan mengajari Kalen bermain bola seperti biasanya,”

Karena kedekatan Carmen dan Satria dalam pekerjaannya, hal tersebut membuat Satria sedikit banyak telah bisa berbaur dengan Kalen. Keduanya sering bertemu meski hanya sekedar menemani Maminya bekerja di luar bersama Satria.

Carmen hanya memejamkan matanya tak ingin mengikuti arah pembicaraan kedua pria beda generasi tersebut.

Maniknya terasa berat, bukan hanya karena menjaga Kalen semalaman. Namun juga karena rasa traumanya yang kini tiba-tiba hadir di relung hatinya yang paling dalam.

“Aku tak ingin membuka luka lama, namun bagaimana bisa luka itu akan menganga lagi ? luka yang sudah aku pendam dalam-dalam selama ini tak akan aku buka kembali bagaimana pun caranya,”

Carmen meresapi setiap apa yang kini menjadi buah pikirannya, meski matanya tertutup namun pikirannya sangat terbuka. Ia sudah tenggelam dalam perasaan yang selama ini ia kunci rapat.

Tak terasa perjalan dari rumah sakit ke rumah Carmen telah usai, waktu memang berjalan begitu cepat kini. Carmen juga merasa demikian.

“Saya tak memiliki apa-apa, bila anda ingin mampir silahkan !” dengan senyumnya Carmen menawari Satria mampir kerumahnya, atau lebih tepat mengusirnya karena ia sangat menjaga norma agama ia tak mau tetangga kiri kanannya berpikir macam-macam mengenai dirinya apa lagi status single mother menjadi momok didalam dirinya.

“Lain waktu saja kak, mungkin setelah Kalen sembuh seperti sedia kala dan kami akan bermain bersama,” Satria sangat tahu watak wanita yang lebih tua darinya tersebut. Ia tak ingin memaksa Carmen dengan pilihannya.

Bisa mengenal Carmen saja sudah cukup membuat Satria terpukau, apalagi bila wanita itu bisa membuka hatinya kembali. Tak bisa dipungkiri bahwa Satria sudah tertarik pada Carmen. Dari keteguhan hati dan profesionalisme dalam bekerja. Satria sangat mengagumi Carmen.

“Hati-hati om,” lambai bocah lelaki yang masih berada di gendongan Maminya tersebut.

Satria pun juga membalas lambaian tangan Kalen sebelum memasuki mobilnya.

“Tuhan apa ini adil ? diusianya yang sudah matang untuk berumah tangga, ia lebih memilih mengabdikan dirinya pada anak dan pekerjaannya? Sedalam apa luka di hatinya hingga ia tak mampu membuka mata,”

Dengan perasaan kecewa Satria meninggalkan kediaman Carmen dan putranya, bila ada kata yang bisa menggambarkan isi hati Satria saat ini mungkin bukan hanya kata kecewa saja namun kata

Terlambat juga. Terlambat kenapa ia baru bisa mengenal Carmen dalam waktu ini. Terlambat kenapa ia baru bisa dekat dengan Carmen waktu kini.

Penyesalan makin menjadi mana kala ia tahu bahwa alasan Carmen bercerai adalah ia meninggalkan suaminya lantaran dituduh berselingkuh. Lebih tepatnya Carmen diusir oleh mantan suaminya.

####

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel