Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 4 Diliatin Terus!

Saat melangkah masuk ke kelas, Fin melihat target berteriak padanya.

Sontak semua teman kelasnya memandang gadis itu dengan terkejut, bahkan sang guru pun memandang gadis itu dengan tertegun.

“Apa kalian saling kenal, Rachel?” David bertanya dengan sedikit bingung karena situasi yang tiba-tiba itu.

Rachel tersipu malu ketika menyadari bahwa semua perhatian teman kelasnya tertuju padanya, kemudian ia menggelengkan kepalanya. “Em...Maaf, sepertinya aku salah orang.” Ucap Rachel sambil memelototi Fin.

“Baiklah, kalau begitu silahkan perkenalkan dirimu.” David memberi isyarat pada Fin untuk melakukan perkenalan.

Fin kemudian berdiri dengan posisi tegak dan hendak memberi hormat tapi menghentikan dirinya untuk melakukan itu.

“Aku Fin Carson, senang bertemu dengan kalian semua.”

Fin merasa perkenalannya bagus, tetapi ketika dia melihat teman-teman sekelasnya, dia merasa ada yang tidak beres.

Suasana kelasnya jadi canggung!

Melihat suasana yang canggung, David langsung meminta Fin untuk duduk di kursi tambahan di bagian belakang kelas. Begitu Fin duduk, dia terus menatap Rachel hingga Jam pelajaran selesai dan guru matematika pun masuk. Namun, Fin tetap menatap Rachel.

Guru matematika itu mulai menjelaskan materi pelajarannya. Namun, saat ditengah-tengaj penjelasannya ia mendapati Fin tidak mendengarkannya dan malah terus-menerus menatap Rachel.

Dengan marah, guru matematika itu menulis soal yang sulit bahkan dia sendiri kesulitan menyelesaikan soal itu di masa kuliahnya.

“Fin Carson, silahkan jawab pertanyaan yang ada di papan tulis.” Ucap Guru matematika tersebut, Fin yang merasa dirinya dipanggil menoleh ke papan tulis dan kemudian kembali menatap Rachel yang akhirnya menyadari bahwa Fin tengah menatapnya.

Rachel yang tau bahwa dia sedang ditatap, langsung memelototi Fin, tetapi Fin tidak peduli dengan itu dan terus menatapnya sambil berjalan mendekati papan tulis.

Semua orang bingung dengan apa yang dilakukan oleh Fin. Kemudian mereka teringat reaksi Rachel saat pertama kali melihat siswa pindahan itu, dia sempat menyebutnya aneh. Dan mereka kemudian berpendapat, bahwa keduanya mungkin sudah saling mengenal dan siswa pindahan itu mungkin sudah mengutarakan perasaannya pada Rachel.

Saat menjawab pertanyaan tersebut, Fin bahkan tidak melihat ke papan tulis dan terus menatap Rachel. Semua fokusnya tertuju pada Rachel saat ini, ‘Aku perlu memahami kebiasaan dasarnya, dan satu-satunya cara untuk melakukannya dengan cepat adalah dengan mengawasinya.’ Ujarnya Dalam hati.

Setelah menjawab pertanyaan itu, Fin meletakkan kapurnya dan kembali ke tempat duduknya sambil tetap memandang Rachel. Guru matematika melihat jawaban yang diberikan Fin dan benar-benar terkejut .

Jawabannya benar, dan cara Fin menjawab pertanyaan itu jauh lebih efisien daripada yang dia ketahui.

“Luar biasa... “ Ucap Guru matematika itu dan linglung sepanjang jam pelajaran, dia tidak dapat memahami bagaimana Fin dapat menjawab pertanyaan itu dengan begitu sempurna.

Kelas berikutnya datang dan kali ini Rachel sudah tidak bisa menahan tatapan Fin. Dia mengangkat tangannya dan memberi tahu guru tentang masalahnya dengan tatapan Fin yang menurutnya tidak pantas.

“Pak! Murid baru itu ngelihatin aku terus dari tadi” Ujarnya sambil menujuk Fin.

“Fin, kenapa kamu ngeliatin Rachel terus?” Tanya sang guru.

Fin yang merasa terpanggil langsung menjawab pertanyaan Itu, “Karena ini adalah sebuah keharusan, Pak” Ujarnya, yang sontak membuat para siswa dan siswi bergumam satu sama lain.

Rachel yang mendengar itu bergidik ngeri dan kembali mengadu kegurunya hingga gurunya memutuskan untuk membuat Rachel dan Fin bertukar tempat duduk.

“Kalau begitu, Fin, silahkan bertukar tempat duduk dengan Rachel dan tolong perhatikan bapak saat menjelaskan” Ujar sang guru.

Setelah itu Fin kini sudah duduk di depan sementara Rachel di belakang.

‘Ish, aku sebenarnya tidak mau duduk di belakang, tapi aku lebih tidak mau dilihatin terus sama murid aneh itu’ Ucap Rachel bergumam dalam hati.

Namun ketika mereka berpindah tempat duduk, Fin langsung menoleh dan terus menatapnya. Rachel mulai merasa takut dengan tindakan Fin.

Sang guru juga menyadari bahwa Fin sepertinya tidak memiliki rencana untuk mendengarkan pelajaran,

“Anak ini..... “

Sang guru kemudian mengajukan dua puluh pertanyaan yang berbeda kepada Fin, namun Fin mampu menjawabnya tanpa menghadap ke arah sang guru tersebut.

Adegan seperti ini terus berulang hingga jam istirahat, di mana Rachel sudah tidak tahan dan menarik Fin keluar dari kelas dan menuju ke rooftop.

“Ayok ikutin aku!” Ujarnya dengan nada kesal.

Teman-teman sekelas mereka yang melihat hal ini, sangat terkejut. Mereka berhenti bergerak sejenak, dan kemudian menjadi sangat gempar.

Beberapa anak laki-laki bahkan mulai menangis, karena mereka mengira bahwa mereka telah kehilangan Dewi mereka. Beberapa dari mereka bahkan mencoba mengikuti keduanya, ke rooftop . Namun saat mereka sampai di sana, pintu Rooftop tertutup. Mereka mengira bahwa Fin dan Rachel pergi ke tempat yang berbeda, jadi mereka mulai mencari mereka di tempat lain.

Mereka tidak tahu bahwa Rachel yang mengunci pintu Rooftop tersebut, karena Rachel tahu teman kelasnya pasti akan mengikutinya.

Kini Rachel tengah menghadapi Fin dengan ekspresi serius .

***

Di kantor Kepala Sekolah.

Tiga orang guru berdiri di hadapan Kepala Sekolah. Guru-guru ini adalah guru-guru di kelas pagi Fin, mereka datang ke kantor Kepala Sekolah untuk mengajukan keluhan.

Mereka kemudian menjelaskan situasi yang mereka alami pagi ini dan mereka ingin Kepala Sekolah melakukan sesuatu terhadap siswa bernama Fin tersebut.

Kepala Sekolah mengernyitkan alisnya sambil mengelus janggutnya yang kecil dan bertanya.

“Apa anak itu melakukan kesalahan saat menjawab pertanyaan kalian?”

“Tidak, anak itu menjawab semua pertanyaan dengan sempurna.“ Jawab Ketiga guru tersebut yang hampir bersamaan.

“Ataukah dia membuat onar di dalam kelas?” Tanya sang Kepala Sekolah lagi.

“Dia tidak membuat onar sih, cuma dia selalu ngeliatin satu siswi saja.” Ujar salah satu guru yang di ikuti oleh anggukan kedua guru lainnya.

“Terus kenapa kalian protes kesini?” Kepala Sekolah itu bertanya dengan mengerutkan keningnya.

Ketiga guru itu merasa aneh dengan tingkah laku Kepala Sekolah. ‘Padahal sebelumnya kalau ada siswa atau siswi yang nakal di kelas, si tua bangka ini pasti  langsung memanggil murid itu dan langsung menegurnya’ Pikir salah satu dari ketiga guru tersebut. ‘Tapi sekarang kakek tua ini malah membela siswa yang aktif menyebabkan masalah, haishh...’

Kepala Sekolah melihat wajah bingung ketiga guru tersebut dan hanya bisa menghela nafas. 'Selama Fin tidak membuat masalah besar, dan nilainya tetap tinggi, maka kita tidak bisa berbuat apa-apa terhadapnya. Bagaimanapun juga Ayah anak itu sudah menyumbangkan banyak uang untuk sekolah kita dan mengusulkan untuk memberikan laptop kepada semua siswa kita. Latar belakang Fin jelas tidak sederhana, jadi aku tidak bisa main-main dengannya selama dia tidak melakukan kesalahan besar' Gumam kepala sekolah tua itu.

***

Kembali ke Rooftop.

Rachel sedang memandang anak laki-laki bernama Fin  dan terus mengamatinya. ‘Ni orang ngeliatin aku terus pas jam pelajaran tadi’ Pikirnya.

‘Tapi kalau diperhatiin...anak ini lumayan juga, dia tinggi, kayaknya dia juga pintar dan yang paling penting wajahnya lumayan ganteng, dia memang mendekati tipe pria ideal ku sih....tapi sayangnya cara dia ngomong tadi enggak banget deh’ Pikir Rachel sambil terus memandangi Fin.

Yah Fin memang sedikit lebih tinggi dari kebanyakan anak laki-laki seusianya, wajahnya juga di atas rata-rata. Tipe tubuhnya tidak terlalu kurus, juga tidak terlalu berotot atau gemuk. Dia juga sangat pintar berdasarkan prestasinya di kelas-kelas sebelumnya.

Rachel berpikir bahwa anak laki-laki ini mungkin benar-benar mendekati tipe idealnya, jika saja dia bukan orang aneh yang berbicara begitu formal dan bertindak begitu aneh.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel