Bab 3 Menemukan Subjek Misi
Ketika Fin mendengar misi yang diberikan ayahnya, dia langsung beralih ke mode disiplin ala militer.
“Berapa lama durasi misinya?” Tanya Fin.
“Sampai kamu lulus, atau jika ada perpanjangan waktu maka kamu akan segera diberitahu.” Jawab Ayahnya
“Senjata apa yang bisa aku gunakan?” Tanya Fin lagi.
“Kamu diizinkan menggunakan pistol khususmu, tetapi hanya menggunakan peluru karet. Kamu boleh menggunakannya jika situasimu benar-benar terdesak, dan juga beri tahu ayah terlebih dahulu dan tunggu persetujuan ayah untuk menggunakan kekuatan penuhmu.” Ujar Carlo, walaupun dia tahu bahwa putranya tidak perlu menggunakan kekuatan yang mematikan itu, karena dia bisa menundukkan sebagian besar ancaman tanpa membunuh siapa pun.
Satu-satunya alasan dia mengatakan hal-hal itu adalah untuk membuat situasinya tampak seperti misi yang nyata.
“Dan apakah ada gadis yang cocok untuk misi ini atau apakah ayah punya seseorang yang akan aku lindungi?”
“Pilihan ada di tanganmu, gadis manapun yang kamu anggap cocok untuk dilindungi berarti itulah yang akan menjadi subjek misimu.” Jawab Ayahnya.
“Mengerti!” Fin memberi hormat dan menuju ke kamarnya, dia harus mempersiapkan diri untuk misi yang akan datang.
***
Keesokan harinya Fin berjalan menuju sekolah barunya, dan berpikir dalam-dalam.
‘Siapa yang harusku lindungi? Ayah bilang harus seorang gadis yang cocok untuk kulindungi. Tapi siapa? Ummm... gadis seperti apa yang cocok untuk dilindungi, ya? .... Sepertinya Aku tidak akan berhasil dengan pemikiran seperti ini, baik sudah diputuskan. Gadis pertama yang kulihat yang merupakan murid sekolahku akan menjadi gadis yang kulindungi.’ Ujarnya dalam hati.
Setelah selesai dengan pikiran dilemanya, Fin menyadari bahwa ia akan terlambat jika tidak bergegas. Namun saat ia bersiap untuk berlari tiba-tiba seseorang hendak menabraknya dari belakang . Sebelum orang tersebut menabrak dirinya, Fin dengan refleks meraih orang di belakangnya dan melemparnya.
Fin yang menyadari bahwa tubuhnya bergerak secara otomatis, mencoba untuk menahan orang tersebut agar tidak terjatuh dengan keras.
Orang yang dilempar Fin adalah seorang gadis yang mengenakan blazer merah, dasi pita merah, dan rok biru yang hampir mencapai lututnya . Dan seragam Sekolah yang dia pakai sama dengan seragam Sekolah Menengah Umum Huriel yang akan dimasuki Fin.
Gadis itu bergegas berdiri dan memelototi Fin. Dia adalah seorang gadis cantik dengan rambut hitam panjang, yang diikat kuncir dua. Dia juga mata biru yang indah, tubuhnya putih dan langsing. Dan memancarkan aura yang angkuh.
“Hei kau, ngapain kau ngelempar aku, ha?” Gadis itu bertanya pada Fin dengan nada kesal.
Fin yang tidak pernah merasa khawatir bahkan saat menghadapi segala jenis pertempuran pun kini menjadi sangat khawatir. Dia tidak tahu harus berkata apa untuk situasi seperti ini, dia bahkan tidak tahu bagaimana caranya berbicara dengan orang seusianya, terutama gadis seusianya.
“Maaf karena telah melemparmu, Bu. Itu adalah sebuah kecelakaan.” Ujarnya.
“Bu? Kau memanggil ku dengan sebutan, Bu? A-....Arghh Sial! Aku akan terlambat!” Gadis itu ingin mengatakan sesuatu lagi, tapi tiba-tiba teringat bahwa dia akan terlambat masuk kelas.
“Baiklah, karena aku tidak punya waktu maka aku menerima permintaan maafmu orang aneh” Ujar Gadis itu sambil berlari pergi tanpa menunggu balasan dari Fin.
Fin hanya bisa berdiri dan tercengang dengan seluruh situasi yang terjadi, lalu ia teringat tentang apa yang ia katakan sebelum gadis itu menabraknya. Gadis pertama dari sekolah yang ia temui akan menjadi target yang harus dilindungi.
‘Jadi itulah gadis yang harus kulindungi bagaimanapun caranya. Baiklah, mari kita mulai misinya.’ Fin berlari ke depan dan segera mengejar gadis itu. Gadis yang sedang terburu-buru itu tidak menyadari bahwa Fin sudah menyusulnya.
Ketika keduanya sampai di halaman sekolah, gadis itu menuju ke ruang kelasnya, Fin mencoba mengikutinya tetapi ketika dia melihat ruang kelas gadis itu adalah kelas 1-B, dia berhenti dan melihat catatannya dan di sana tertulis bahwa dia ditugaskan di kelas 1-A.
Fin kemudian menelepon ayahnya.
Beberapa detik kemudian ayahnya menjawab teleponnya, “Hei Fin, apa kamu sudah sampai di sekolah?” Itulah kata-kata pertama yang ditanyakan Carlo kepada putranya ketika dia mengangkat telepon.
“Iya ayah, aku sampai di tempat yang ditentukan dengan tepat waktu. “
“Lalu ada apa? Bukankah kamu seharusnya sudah masuk ke kelasmu sekarang?”
“Iya, tapi aku mengalami sedikit masalah.”
Ketika Carlo mendengar putranya mengatakan kalimat tersebut, wajahnya berubah menjadi serius.
“Apa kamu membunuh seseorang?!”
“Negatif, aku belum menggunakan kekuatan penuhku sampai sekarang.” Saat mendengar itu Carlo langsung menghela napas lega.
“Lalu, apa masalahnya?”
“Target yang aku pilih berada di ruang kelas 1-B, sedangkan aku di ruang kelas 1-A. Meminta izin untuk mengancam Kepala Sekolah agar menempatkanku di ruang kelas 1-B. “
“Apa! Tidak boleh! Permintaan Ditolak!” Carlo hampir menjatuhkan telepon karena terkejut dengan apa yang baru saja dikatakan Fin.
“Kalau begitu, apa aku diizinkan untuk menggunakan kekerasan dan masuk ke ruang kelas 1-B?”
“Tidak!”
“Apa aku boleh menggunakan drone untuk memantau ruang kelas 1-B”
“Tidak!” Carlo berkata dengan jengkel karena mendengar ide anaknya.
“Lalu apa yang harus aku lakukan Ayah, bagaimana caranya agar aku bisa melindungi target ketika dia berada di ruangan lain?”
Carlo menghela nafas, “Ayah akan menanganinya, beri ayah waktu sebentar.” Ucap Carlo
Carlo kemudian mulai menelepon seseorang, dan setelah beberapa menit Carlo menelepon Fin kembali.
“Sudah selesai, kamu hanya perlu menunggu dan seorang guru akan datang.” Tepat setelah Carlo berkata demikian, seorang guru yang berlari dengan panik tiba di depan Fin.
“Fin Carson?”
“Ya, itu aku. “
“Ayo ikuti bapak, bapak adalah wali kelas barumu, dan nama bapak adalah David Lorand.” Orang yang menyebut dirinya wali kelas Fin adalah orang yang terlihat biasa saja, dengan tinggi badan yang lebih pendek dari Fin yang memiliki tinggi badan 172 cm.
David menatap Fin dengan waspada, karena Kepala Sekolah tua yang pemarah itu sebelumnya berlari ke ruang guru untuk mencarinya dan memberitahunya bahwa seorang siswa penting sedang menunggu di lorong.
David penasaran, identitas seperti apa yang dimiliki Fin sehingga membuat tua bangka pemarah yang sombong itu bertindak seperti itu.
“Tolong tunggu di sini sementara bapak akan memperkenalkan mu ke kelas.” Ujar wali kelas Fin.
David kemudian memasuki ruang kelas dan ketika pintu dibuka Fin mendengar suara gaduh di dalam kelas.
“Semuanya duduklah, bapak akan memperkenalkan teman baru kepada kalian semua.” Ungkapnya.
Ketika David mengucapkan kalimat itu, para siswa mulai berbisik-bisik.
“Murid Baru?”
“Aku kira Kelas A yang bakalan nerima murid pindahan, apa karna jumlahnya ada dua orang?”
“Jadi penasaran nih, moga aja dia ganteng”
“Ahem. . . Fin silakan masuk dan perkenalkan dirimu.“
Fin memasuki ruangan dan begitu dia masuk, seorang siswi berteriak.
“Ha! Orang aneh tadi!”
Ini adalah awal dari kehidupan SMA Fin yang aneh namun menyenangkan.