Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

PART 07

Di kantor yang terletak di lantai dua puluh, Farid Rukmana baru saja mengakhiri obrolannya dengan mitra bisnisnya, Norman Angkasa.

Laki-laki itu merupakan pengusaha muda berdarah Jawa-Pakistan yang berstatus duda. Dalam usianya baru 30-an tahun, Norman Angkasa masih terlihat gagahdan tampan. Tetapi tentu saja Farid Rukmana tak menyadari, bahwa daya pikat rekan bisnisnya itu telah menjerat dati istrinya, dan juga memperdayainya.

“Jika Pak Farid bisa memenuhi permintaan saya ini, saya akan menumpahkan separuh kekayaan perusahaan saya untuk konsorsium itu,” ucap Norman Angkasa sembari bangkit dari kursi yang didudukinya.

“Oh, tentu, Pak Norman. Saya bisa pastikan, kemenakan cantik saya itu akan menjadi pendamping hidup Pak Norman. Pak Norman jangan khawatirkan masalah itu,” sahut Farid Rukmana dengan keyakinan penuh.

“Ingat, Pak Farid...,” ucap Norman Angkasa dengan setengah memajukan wajahnya, “saya ini sudah mendududa hampir empat tahun. Saya sudah sangat butuh pendamping baru. Dan satu-satunya gadis yang saya niati adalah Yasmin, keponakan sampean itu. Saya benar-benar jatuh cinta sejak pandangan pertama tempo hari itu.”

Kedua pengusaha itu langsung memecahkan tawa mereka.

“Beres, Pak Norman!” ujar Farid Rukmana di ujung tawanya. “Sesampai di rumah nanti, saya akan langsung bahas masalah ini dengan keluarga saya, juga tentang yang bersangkutan tentunya, Yasmin Van Rutger!”

“Baiklah, saya tunggu kabar baiknya! Ingat: ka-bar ba-ik, Pak! Hahaha...”

“Tentu, Pak Norman akan segera mendapatkan kabar baik itu!”

“Terima kasih, Pak Farid.”

“Sama-sama...!”

Habis pertemuannya dengan Farid Rukmana, setiba di ruang kerjanya, Norman Angkasa langsung mengontak Sitaresmi Paramita.

“Bunda harus benar-benar mendukung agar saya bisa menikah dengan keponakan suaminya bunda itu. Kan Pak Farid juga sudah sangat setuju dengan rencana itu.”

“Tapi ingat, lho, say, jika kausudah menikahi dia, kaujangan pernah melupakan bunda. Awas...!”

“Pastilah, bunda sayang. Ya seperti saya bilang tadi malam, saya menikah dengan dia agar kedekatan antara kita tanpa sekat sehingga dapat terus berlanjut dengan mulus, semulus bunda.”

“Gombal! Iya deh, bunda akan pastikan kalian akan menikah, say...!”

“Terima kasih, bun. Jika bunda berhasil membujuk gadis itu untuk menikah dengan saya, maka bunda akan saya kasih hadiah.”

“Hadiah apa, say? Apakah mampu membuat perasaan bunda sangat gembira?”

“Tentu, bun. Bunda akan saya ajak ke sebuah toko jewerly. Bunda silakan pilih perhiasa permata berlian yang bunda sukai.”

“OMG...! Baik, sayang...!”

***

Malamnya, Farid Rukmana mengumpulkan keluarganya di ruang keluarga, termasuk Yasmin.

“Papa ingin menyampaikan sesuatu yang penting kepada kalian semua,” Farid Rukmana membuka pembicaraan.

“Pasti tentang kunjungan keluarga Gerald ke rumah ini kan, pap?” Sitoresmi langsung memotong dengan berpura-pura menanyakan hal lain. Padahal dia sudah tahu persis apa yang hendak disampaikan oleh suaminya itu. “Kapan, pap, keluarga itu berkunujung ke sini? Biar mama bisa mempersiapkan segala sesuatu secara istimewa, termasuk menu makanan yang akan dihidangkan. Mama akan membayar seorang chef ternama untuk ke rumah ini. Dan mama dengan Yasmin berhias secantik mungkin nantinya...!”

Yasmin terlihat kaget ketika mendengar namanya disebutkan oleh sang tante. Kaget bercampur heran. Bagaimana mungkin wanita yang selama ini selalu bersikap sinis dan menghinanya punya rencana ‘aneh’ seperti itu? Sedang dirasuki jin baik dari gunung mana dia?”

“Bagaimana, Yasmin, apakah kaubersedia untuk menjadi dua wanita cantik di rumah ini? Kita akan mengundang ahli rias yang ternama di rumah ini untuk merias kita berdua...!”

Lagi-lagi Yasmin terlihat salah tingkah, dan dengan agak gugup ia menjawab, “Bo-boleh, tan...!”

“Stop, stop!” bentak Farid Rukmana. “Mama ini asal sabotase saja bicaranya! Papa ini hendak membicarakan hal lain. Hal yang tak kalah pentingnya dari itu...!”

Suasana langsung terasa kaku untuk beberapa lamanya, seakan-akan suasana kekeluargaan lenyap begitu saja.

Farid Rukmana sangat paham apa yang dimaksudkan oleh istrinya. Ia menghela napasnya dan berkata, “Dengarkan dulu bicaraku. Ini belum tentang kedatangan keluarga Gerald. Papa tidak sedang hendak membicarakan tentang pertemuan itu. Tetapi yang ingin papa bicarakan adalah justru tentang masa depannya Yasmin.”

Wajah Edwin spontan terangkat, menatap wajah papanyua lekat-lekat sebelum beralih ke wajahnya Yasmin. Ada kekagetan yang jelas di raut wajahnya. Hal yang serupa pun terjadi pada Sitaresmi Paramita. Tentu wajah yang kedua ini hanya sebuah kepura-puraan.

“Hah...? Papa ingin membicarakan masa depannya Yasmin? Wah, masa depan seperti apa itu, pap?” tanya Sitaresmi Paramita dengan antusiasme yang penuh kepura-puraan.

“Begini. Bagaimana pun papa punya kewajiban untuk melindungi Yasmin, termasuk untuk menentukan arah masa depannya, seperti janji papa pada mendiang mamanya dulu.”

“Maksud, Papa, gadis haram ini mau papa angkat derajatnya...!?” Sitoresmi lagi-lagi bertanya dengan judesnya.

“Tentu saja...!”

“Rencana papa...!?”

Semua terdiam, dalam tegang, dan geram.

Yasmin juga terdiam. Gadis blasteran dari banyak ras itu menunggu kelanjutan kalimat pamannya itu dengan perasaan degdegan. Namun mendengarkan nada berat dari sang paman yang disertai ekspresi yang sama sekali menunjukkan perasaan senangnya, justru membuat firasatnya menjadi semakin tidak enak dan menakutkannya.

“Yasmin sudah ada yang melamar, dan papa sudah menerima lamaran laki-laki itu!”

Sontak Yasmin mengangkat wajahnya dan menatap tanpa berkedip pada wajah pamannya. Tentu saja ia merasa sangat kaget. Detak jantungnya makin cepat dari normalnya.

Tapi sebaliknya Sitaresmi Paramita yang berpura-pura kaget dan terlihat gembira mendapat berita itu. “Ya Tuhan, siapa laki-laki yang beruntung itu, pap?” Lalu ia segera menggeser duduknya ke samping Yasmin dan langsung memeluknya dan berucap, “Jodohmu benar-benar enteng, Yas...!”

Tentu Yasmin bukannya bahagia, melainkan kaget dan ketakutan.

“Tentu dia bukan laki-laki sembarangan, mam. Yang lebih tepat untuk disebut beruntung bukanlah laki-laki itu, tetapi Yasmin. Paman harap ini juga sebagai surprise buatmu, Yasmin. Jadi kauharus merasa bahagia,” ucap Farid Rukmana dengan suaranya yang tetap berat dengan sikap yang tenang. “Perilakumu yang kekenesan itu paman kira akan berakhir jika kausudah memiliki pasangan hidup.”

Tubuh Yasmin langsung bergetar dengan wajah sedikit pucat. “Paman sudah menetapkan jodoh buat Yasmin? Kenapa bisa seperti itu? Kenapa paman tidak membicarakannya dulu dengan Yasmin?!”

“Yas, mengapa kauberkata seperti itu? Pamanmu itu hanyalah sebagai perantara, karena jodoh itu sudah ditentukan oleh Tuhan. Siapa jodohmu dan kapan jodoh datang menemuimu, semuanya sudah ditetapkan oleh yang di atas. Artinya kautidak boleh menentang takdir, sayang.”

Ada apa ini? Tiba-tiba wanita di sampingnya itu memanggilnya dengan sebutan “sayang” dan menyinggung soal takdir segala. Kedua matanya menggenang, dan ia tak mampu berkata apa-apa.

“Benar kata tantemu itu, Yasmin,” timpal Farid Rukmana lagi. “Dengan atau tanpa membicarakannya denganmu, toh kautetap akan menikah dengan dia, karena ia jodohmu. Laki-laki itu merupakan laki-laki terhormat dan sama sekali bukan laki-laki sembarangan. Paman kenal baik dengan beliau, dan kaupun sudah pernah mengenalnya. Paman ini selalu menghormati beliau. Paman jamin, kau akan menjadi seorang wanita dan istri yang sangat beruntung karena bisa mendampingi beliau. Dan yang paling penting lagi adalah, jika kausudah menikah dengan beliau, berarti janji paman kepada mendiang mamamu untuk mencarikan jodoh yang terbaik buatmu sudah paman penuhi.”

Beliau? Dia pernah mengenalnya? Siapa?

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel