Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

PART 04

Sontak wajah Yasmin terangkat, menatap wajah wanita yang merupakan istri dari pamannya itu nanar. Ia benar-benar tak menyangka Tante Sita sampai menyerangnya dengan tudingan yang aneh dan mengada-ada seperti itu. Pada saat wanita di hadapannya itu berusaha menonjolkan dirinya sebagai seorang wanita anggun, tegas, dan berwibawa, justru ia merasakan mual.

Tante Sita selalu menghardiknya dengan kata-kata kasar dan menyebutnya “anak haram”, maka setelah menyaksikan perlaku busuk wanita itu di luaran, maka Yasmin jadi berpikir, yang berperilaku haram secara terang-terangan itu sibenarnya siapa?

“Ya Allah, Tan, saya sama sekali tak merasakan seperti itu,” bantah Yasmin dengan suara pelan. Perasaannya sangat sedih.

“Mama jangan...!” Edwin pun mencoba bersuara untuk membela Yasmin.

“Diam kau, Edwin!” bentak Sitaresmi Paramita. “Kauharus menyadari siapa kau dan siapa dia! Wanita yang cocok menjadi pendamping hidupmu itu adalah minimal dari keluarga yang selevel dengan keluarga kita, bukan dengan gadis pungutan yang tak jelas siapa ayahnya seperti perempuan ini! Dia hanyalah anak haram!”

“Mama...!” Edwin benar-benar memperlihatkan ketidak sukaannya pada sikap mamanya yang keterlaluan terhadap Yasmin. “Mama tak perlu berkata yang kasar seperti itu terhadap Yasmin! Mama kan sudah dengar kata-kata dia, kami dekat hanya sebatas sebagai saudara sepupu saja, dan tak lebih dari itu! Apa itu salah?”

“Salah!” bentak Nyonya Farid tak kalah sengitnya. “Kaukira mama orang bodoh yang enggak memahami bahasa biasa dengan bahasa cinta dalam chat panjang kalian ini!?”

Wanita yang sebenarnya masih menyimpan baik kecantikan dari masa mudanya itu memperlihatkan hasil chat antara putranya dengan Yasmin kepada suaminya, Farid Rukmana.

Sang pengusaha hanya membaca sekilas, lalu kembali menatap kepada Yasmin dengan tatapan dingin namun tajam.“Apakah benar demikian, Yas?”

Suara berat pamannya kembali menyentakkan Yasmin yang duduk di seberang meja.

Yasmin langsung menggeleng-geleng cepat dengan air mata yang menetes dan menimpa sepasang pahanyanya yang tertutup rok panjangnya. “Tidak, Paman! Itu sama sekali tuduhan yang tak benar!”

Farid Rukmana merupakan laki-laki yang bertubuh tinggi kekar. Sifatnya tegas, egois, dan angkuhnya sulit untuk dibedakan. Ia merupakan seorang CEO dari sebuah korporasi yang cukup besar.

Yasmin menilai, bahwa pamannya itu tak mampu membedakan saat ia berada di perusahaan dan saat sedang berada di rumah. Sifat-sifat dominanya itu terkadang ia terapkan baik di dua tempat yang berbeda itu. Dan tak siapa pun yang berani untuk menantangnya.

“Paman tak peduli apa kaujujur atau tidak jujur, tapi paman meminta agar kauharus hapus nama Edwin Wanandi di kontak ponselmu. Begitu juga kamu Edwin, hapus nama Yasmin di kontak hapemu. Jika papa lihat masih ada nama Yasmin di hapemu, papa anggap kausudah melakukan pembangkangan. Kautahu apa hukumannya jika kaumembangkang terhadap papa? Papa akan mempertimbangkan siapa di antara kamu dan kakakmu Prita yang akan menjadi pewaris utama kerajaan bisnis papa. Bisa jadi papa akan membatalkan posisimu sebagai putra mahkota untuk kerajaan bisnis papa! Camkan itu!”

“Kok sampai segitunya, pap...?”

“Diam!” bentak Farid Rukmana sambil menatap tajam pada putranya. “Papa sudah bilang, jangan membantah!”

“I-iya, pap. Maafkan aku...!”

Sang pengusaha mengalihkan pandangannya kepada Yasmin dan berkata, “Dan kau, Yasmin. Sejak saat ini paman larang kamu untuk berbicara apa pun dengan Edwin!”

Perih hati dan perasaan Yasmin diperlakukan demikian oleh orang-orang yang dia harapkan dapat melindunginya. Apakah ini dapat disebut sebagai sebuah keluarga? Mereka telah menuduhnya dan menyakiti hatinya dengan sebuah tudingan yang sama sekali tak berdasar. Jadi, ia merasa ini tak ubahnya sebagai sebuah interogasi yang sangat tak adil baginya!

Memang, ia dan Edwin suka telepon dan chat sebelum keduanya tidur pada malam hari, atau kapan pun ia mereka punya kesempatan. Mereka membahas berbagai hal, termasuk persoalan hati dan cinta. Tetapi mereka sama sekali tidak membahas tentang perasaan di antara mereka sendiri. Tak sedikit pun Yasmin menaruh rasa cinta terhadap abang sepupunya itu, seperti yang dituduhkan oleh Tante Sita.

Yasmin tentu tak akan mungkin bisa jatuh jatuh cinta terhadap Edwin. Bukan hanya karena mereka bersepupuan, sepupu satu, namun juga ia menyadari bahwa levelnya dengan pemuda itu sangat jauh berbeda. Amat jomplang. Bahkan di rumah itu ia berstatus anak pungut--seperti sering dikatakan oleh Tante Sita-- setelah ibunya meninggal akibat menderita leukemia lima tahun yang lalu.

Yasmin sejak kecil tak mengenal wajah ayahnya. Umpatan “anak haram” bukan saja diterimanya dari Tante Sita dan pamannya, namun telah lama ia dapatkan dari teman-temannya di lingkungannya dulu. Ia mulanya suka menangis jika teman-teman sepermainannya suka menghinanya dengan sebutan itu. Tetapi lama-lama ia menjadi terbiasa dengan sebutan itu. Telinga dan hatinya sudah kebal oleh hinaan. Setelah mendiang mamanya memberitahukan yang sebenarnya, bahwa ia bukan seperti yang orang-orang hinakan terhadapnya. Dia adalah anak sah dari perkawinan yang sah. Dan tentang itu tak perlu ia katakan pada siapa pun. Tak ada manfaatnya.

Edwin Wanandi adalah seorang pemuda yang lebih tua beberapa tahun dari Yasmin. Ia pemuda yang dari segi postur dan wajah sangat ideal, kekar dan tampan. Dia memiliki sifat yang baik dan ramah, tidak mewarisi sifat kedua orang tuanya yang judes dan angkuh. Saat ini pemuda itu baru saja menyelesaikan studinya di sebuah universitas ternama di Swiss, dan sudah mulai bekerja di perusahaan milik ayahnya. Ia adalah sang pewaris utama dan putra mahkota dari kerajaan bisnis Farid Rukmana.

Sementara, Yasmin Van Rutger adalah seorang gadis yang cantik yang baru menginjak usia dua puluh tahun. Ia memiliki ciri khas wajah gadis campuran dari banyak bangsa. Eyangnya dari garis ibunya adalah keturunan seorang perwira Belanda di zaman pemerintahan Hindia Belanda yang menikah dengan eyang putrinya yang berasal dari kalangan bangsawan Jawa. Artinya ia adalah perpaduan wajah western dan oriental dengan komposisi yang pas dan sedap dipandang mata. Ia sangat cantik dan natural, dengan bentuk tulang rahang yang bagus yang membentuk wajah ovalnya. Sepasang matanya indah walau cenderung sipit namun dengan sepasang bola mata yang cemerlang yang dinaungi oleh dahinya yang indah bak punggung ketam. Rambutnya yang cenderung coklat gelap yang bercampur dengan warna pirang keemasan alami menambah eksotisme wajahnya.

Karakternya juga lemah lembut dan cenderung pendiam. Ia laksana setangkai melatih putih yang dihembus angin lembut di sore hari usai hujan. Dari segala segi, untuk ukuran seorang gadis yang sudah matang, Yasmin sangatlah sempurna dengan kulitnya yang putih mulus.

Disertai wajah sinis, Sitaresmi Paramita menyorongkan ponsel ke depan, ke hadapan pemiliknya, Yasmin, sambil berkata, “Ingat baik-baik kata pamanmu barusan, sejak saat ini kausudah tak boleh lagi kontakan dan bicara lagi dengan Edwin! Jika kaumelanggar, kaubakal menerima sanksi yang berat! Kamu harus sadar diri, bahwa dari segi bibit saja kamu itu tak jelas! Kaulahir secara haram!”

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel