Kekasih Subroto Seorang Pelacur
Serra segera menjauh dari mereka berdua, Serra tidak ingin dimarahi Bapaknya didepan banyak orang. Serra mendekati Mira yang sedang menemui tamu dari pihak keluarganya. Mira tampak heran karena Serra sangat ketakutan, tangannya bergetar dan bicara saja tidak jelas.
Beberapa tetangga Serra menggunjingkan wanita yang bersama Subroto. Kata mereka Wanita itu bernama Sarmila biasa dipanggil Mila. Banyak orang yang tidak suka dengan Sarmila karena pekerjaannya yang tidak baik. Bahkan dia sering kencan bersama tetangganya sendiri.
“Broto kok dekat sekali dengan Mira, dia kan orang nggak bener. Kerjanya aja jadi p*l*c*r, kok Broto mau ya," kata Bu Nunung tetangga Serra.
Mendengar ucapan para tetangga Serra jadi tahu, bahwa Bapaknya punya pacar seorang p*l*c*r. Serra menyayangkan bahwa Bapaknya lebih memilih wanita kotor itu daripada Ibunya. Bahkan mereka seperti sudah kenal sangat lama. Mereka tampak mesra sekali meskipun ditempat umum. Bahkan mereka tertawa-tawa saat mengobrol seperti tidak sadar kalau diperhatikan banyak orang.
“Pak, suruh dia cepat pulang. Tidak enak dilihat orang, Ibu baru saja dimakamkan Bapak sudah dekat dengan dia,” ucap Jaka mendekati Bapaknya yang sedang ngobrol berdua dengan Sarmila. Tapi sepertinya Subroto tidak akan mengusir kekasihnya itu.
“Nggak sopan kamu nyuruh Bapak mengusir dia. Dia itu calon Ibumu dan Serra,” jawab Subroto terang-terangan pada Jaka yang sudah terbawa emosi. Subroto tidak ingin Jaka mengusik dirinya yang sedang asyik mengobrol dengan Sarmila.Bagi Subroto Sarmila adalah segalanya. Dari Sarmila Subroto mendapatkan kepuasan yang tidak pernah Dewi berikan.
Jaka terpaksa meninggalkan mereka, Jaka sudah tidak perduli lagi dengan gunjingan para tetangga. Bahkan Mira juga sangat malu saat salah satu saudaranya bertanya hubungan Subroto dengan Sarmila. Namun, Mira hanya menjawab dengan santai bahwa mereka hanya berteman saja. Tapi mereka seperti tidak percaya dengan jawaban yang diberikan oleh Mira.
Beberapa tetangga sudah ada yang pulang tinggal sanak saudara, Mira dan Ibunya pergi ke pasar untuk membeli makanan buat tahlilan nanti malam. Serra masih menemui para tamu yang masih berdatangan. Sarmila sudah dari tadi pulang, sebelum Mira pergi ke Pasar.
“Serra, kamu jangan menghalangi Bapak untuk menikah lagi,” kata Subroto saat duduk berdua dengan Serra. Serra hanya diam saja, percuma saja membantah Subroto karena tidak akan ada hasilnya.
Tamu sudah sepi karena sudah sore, Mira dan Ibunya sudah pulang dari pasar. Serra membantu mengangkat makanan yang dibeli Mira. Sedangkan Ibunya Mira pamit pulang, nanti setelah magrib akan kembali lagi. Sementara Mira akan menginap di rumah Serra sampai acara tujuh hari Dewi.
Mira melihat Serra sangat murung, dia mercoba menghibur adik iparnya itu. Namun, tetap saja Serra murung seperti ada yang dia pikirkan.
“Kak Mira, kalau Bapak menikah sama Sarmila gimana ya?” tanya Serra pelan agar tidak ada yang mendengar percakapan mereka.
“Tidak tahu Dek, kamu tahu sendiri tidak akan ada yang bisa mencegah keinginan Bapak,” jawab Mira yang juga bingung harus jawab apa. Mira sudah 3 tahun menikah dengan Jaka jadi dia sudah faham betul karakter Bapak mertuanya itu.
Mira pernah melihat Bapak mertuanya mendatangi rumah Sarmila. Mereka masuk kedalam rumah dan lama sekali tidak keluar bahkan pintu rumah pun ditutup rapat. Menurut para tetangga Sarmila, Subroto merupakan salah satu pelanggan setia Sarmila. Subroto biasa mendatangi Sarmila seminggu tiga kali. Hal itu dilihat Mira sudah tiga bulan yang lalu. Bahkan sepertinya berita kedekatan Subroto dan Sarmila bukan hanya gosip tapi kenyataan. Nyatanya Serra sampai bertanya seperti itu pada Mira.
Mira tahu bahwa Jaka dan Serra tidak akan mengizinkan Bapaknya menikah apalagi dengan Sarmila. Tapi Subroto pasti akan memaksakan keinginannya itu. Bagi Subroto tidak penting restu dari anak-anaknya, yang terpeting adalah kebahagiaan dia sendiri.
“Kak, aku mandi dulu ya,” kata Serra membuyarkan lamunan Mira. Serra beranjak ke kamar mandi karena Jaka susah selesai mandi. Serra mandi cukup lama, dia juga ingat akan Ibunya yang selalu memarahinya jika didalam kamar mandi terlalu lama.
“Jangan lama-lama, cepat keluar. Nanti Bapakmu marah kalau pulang-pulang kamu masih di kamar mandi,” kata Dewi setiap Serra mandi sore.
Serra mulai mengguyur tubuhnya dengan segayung air, dia merasakan hawa dingin yang menyelimuti tubuhnya karena air itu.
Serra selesai mandi sekarang gantian Mira yang mandi. Saat Serra sedang menyisir rambut terdengar suara keras Bapaknya dari luar rumah. Serra segera keluar dari kamar. Disana sudah ada Jaka, dan beberapa saudara.
Serra kaget saat tahu siapa yang datang, ternyata Udin Kakak kedua Serra pulang. Setelah hampir 2 tahun tidak memberi kabar pada keluarganya. Menurut kabar dari Ibunya Udin sudah lebih dengan wanita kaya. Tapi entah mengapa saat menikah keluarga Serra tidak ada yang diundang ke kota.
“Masih ingat pulang kamu, bukankah kamu sudah tidak menganggap kita keluarga kamu. Hanya karena kita miskin dan kamu dapat istri orang kaya,” ucap Subroto marah pada Udin sambil berdiri dan berkacak pinggang.
Udin mendekati Subroto, dia sangat merasa bersalah karena pernah khilaf melupakan keluarganya. Namun, kini Udin pulang membawa rasa penyesalan yang amat dalam karena sudah melupakan keluarganya selama 2 tahun.
“Maafkan Udin Pak, Udin mengaku salah. Udin minta maaf pada semuanya,” kata Udin berlutut dikaki Subroto yang sedang berdiri. Juga melihat pada Serra dan Jaka yang berdiri didepan pintu.
Serra dan Jaka hanya saling pandang melihat Udin meminta maaf. Mereka memang kecewa pada Udin, tapi mereka senang akhirnya udin pulang meskipun ketika Dewi sudah tiada. Tapi setidaknya Udin sudah meminta maaf atas kesalahanku selama ini.
Bukan memaafkan yang didapat Udin tapi sebuah pukulan dari sang Bapak. Subroto marah besar pada Udin, Jaka meminta Bapaknya agar menahan emosinya. Tapi Subroto sudah terlanjur marah dan memukul Udin.
“Mas, kenapa kamu tidak kenalkan aku pada keluarga kamu,” kata seorang wanita cantik yang tiba-tiba masuk kegagalan rumah Subroto. “Kamu tega Mas, pulang tanpa mengajakku. Padahal keluarga kamu sedang kesusahan,” tambahnya.
Wanita itu sangat cantik dan modis, dia juga memakai pakaian dan tas branded. Semua yang dia pakai adalah barang mahal semua tidak ada yang murah. Dari ujung kaki sampai ujung kepala barang mahal semua. Semua orang nampak kagum dengan wanita yang mengaku istri Udin itu. Serra menatap heran pada Udin yang hanya diam saja ketika istrinya datang secara tiba-tiba.
“Maafkan saya juga Pak, karena baru bisa datang kemari,” kata wanita itu juga berlutut dikaki Subroto. Subroto malah menatap istri Udin tanpa berkedip, seperti kucing melihat ikan dan ingin memakannya.