Ringkasan
Serra, Seorang anak yang ditinggal Ibunya karena meninggal. Tinggal bersama Bapaknya, semula Bapaknya menyayangi Serra. Namun, karena Bapaknya sering kalah judi Serra dipaksa untuk melakukan pekerjaan yang Serra tidak mau. Serra dipaksa oleh Bapaknya menjadi seorang pelacur. Dunia hitam menjadi hari-hari Serra, melayani para pria hidung belang, merayu bahkan terkadang dia harus melayani lebih dari satu pria dalam satu waktu. Disana Serra bertemu dengan Nova seorang pelacur yang menjadi sahabat Serra. Madam Ulfa, seorang germo ditempat Serra bekerja selalu memaksanya untuk melayani tamu. Kejadian tidak terduga dialami oleh Serra, dia hamil tanpa seorang suami. Serra tidak tahu harus minta tanggungjawab pada siapa. Dia terpaksa bekerja meskipun hamil muda, karena paksaan Bapaknya yang terlilit hutang. Lama kelamaan Serra merasa bosan dengan kerjaannya. Dia berniat untuk keluar dari dunia hitam yang selama ini dia kerjakan. Akankah Serra menemukan seseorang yang bisa menerima dia apa adanya?
Introduction
Siang ini matahari sudah mulai naik keatas. Teriknya sudah menyengat sekali, bagi mereka yang tidak bekerja menjadi enggan untuk keluar rumah. Cuacanya sangat terasa dikulit yang mulai kering.
Sebuah keluarga sedang asyik menikmati acara televisi. Siapa lagi kalau bukan keluarga Serra. Keluarga Serra terdiri dari Dewi Ibu Serra, Subroto Bapak Serra, Jaka Kakak pertama Serra, sedangkan Udin Kakak kedua Serra sudah lama pergi merantau, dan Serra sebagai anak bungsu di keluarganya.
Jaka sudah menikah dan ikut dengan istrinya. Namun, hampir setiap hari Jaka berkunjung ke rumah Dewi karena jarak rumah istri Jaka dekat.
“Serra, air minum Ibu habis tolong ambilkan lagi!” perintah Dewi saat Serra sedang asyik menonton sinetron kesukaannya.
Tanpa menjawab, Serra langsung mengambil gelas milik Ibunya dan mengambilkannya minum ke dapur. Serra mengambil segelas air untuk Dewi. Tiba-tiba saja, Jaka merebut gelas itu dan meminumnya hingga habis.
“Kak, itu kan punya Ibu, kok diminum sih,” kata Serra kesal pada Jaka yang tanpa dosa merebut air minum yang dia ambil untuk Ibunya. Jaka merupakan Kakak yang sangat iseng dan suka menggoda. Tak jarang Serra dan Jaka sering bertengkar hanya karena hal sepele.
Jaka tidak merespon ucapan adiknya malah melenggang pergi dan duduk di depan televisi bersama Dewi. Sedangkan Serra mengambil air lagi untuk Ibunya. Lalu memberikannya pada Dewi yang sedang berbincang dengan Jaka.
“Lama amat ambil minum saja,” kata Dewi saat Serra menyerahkan gelas minumnya.
“Tuh diminum Kak Jaka, jadi aku ambil lagi, Bu,” jawab Serra masih kesal dengan kelakuan Jaka.
Subroto keluar kamar dengan pakaian rapi, memakai kemeja dan jaket. Seperti hendak pergi keluar rumah, dia juga memakai sepatu. Tanpa pamit pada keluarganya, dia langsung saja mengendarai sepeda motornya. Kebiasaan yang sudah mendarah daging bagi Subroto setiap pergi keluar tidak pernah pamit pada keluarganya.
Banyak tetangga yang bilang Subroto suka berjudi akhir-akhir ini. Termasuk Jaka sudah pernah bilang pada Serra, namun Serra tidak percaya karena belum pernah melihat sendiri Bapaknya berjudi.
“Bapak kebiasaan kalau pergi keluar nggak pernah izin. Kemana sih Bu, Bapak pergi?” tanya Serra yang penasaran dengan jawaban Dewi. Karena selama ini Dewi tidak pernah bercerita kemana Subroto pergi.
“Paling juga ke rumah temannya, maklum ini kan hari libur. Jadi Bapak pasti main ke rumah temannya,” jawab Dewi sambil menyaksikan sinetron. Dewi tidak pernah keberatan jika Subroto tidak pamit padanya, karena sudah terbiasa.
Jaka pamit pulang ke rumah istrinya karena sudah beberapa jam di rumah Dewi. Dia takut jika Mira istrinya perlu bantuannya. Karena Mira sebentar lagi pulang jualan dari pasar. Sedangkan Serra masuk kedalam kamar, dia merebahkan tubuhnya. Dan tidak berapa lama Serra terlelap.
Karena sendirian Dewi lebih memilih menyetrika baju. Dewi merasa tubuhnya lemas sekali, tapi dia tetap menyetrika karena bosan menonton televisi sendirian.
Serra bangun, dia keluar kamar. Melihat Ibunya menyetrika dia segera mendekatinya. “Bu, biar Serra aja yang melanjutkan, Ibu istirahat saja.” Dengan cepat Serra meraih setrika yang dipegang Dewi. Akhirnya Dewi masuk kedalam kamar dan istirahat.
Selesai menyetrika dan menaruh baju di almari, Serra hendak memasak ikan. Ternyata minyak gorengnya habis, dia lalu kewarung Bu Siti. Warung Bu Siti tidak terlalu jauh dari rumah Serra. Di jalan Serra bertemu dengan Danu, dia baru pulang beli bakso untuk Ibunya.
“Kemana? Cari Bapakmu?” tanya Danu saat melihat Serra.
“Kamu tahu Bapak ada dimana?” tanya Serra balik karena Serra penasaran dimana Bapaknya saat ini.
“Di rumah Pak Lukman, kamu kesana saja. Aku lihat tadi dia masuk kesana sama teman-temannya.” Jawab Danu.
Serra buru-buru kewarung Bu Siti membeli minyak goreng. Setelah itu berjalan kearah rumah Pak Lukman. Di rumah Pak Lukman tampak sepi, tapi terdengar suara dari dalam. Serra masuk ke halaman rumah Pak Lukman dan mengintip lewat jendela. Di dalam terlihat ada lima orang sedang asyik bermain kartu. Di depan masing-masing orang terlihat ada uang berjajar. Baru kali ini Serra tahu Bapaknya ikut berjudi.
“Ternyata benar kata para tetangga kalau Bapak sekarang berjudi.” Ucap Serra lalu beranjak pergi dari rumah Pak Lukman agar tidak ketahuan Bapaknya kalau dia sedang mengintip.
Sesampainya di rumah, Dewi terlihat dihalaman. Ketika melihat Serra membawa minyak goreng, Dewi tidak bertanya pada Serra. Sebenarnya Serra hendak mengatakan pada Ibunya bahwa Bapaknya sedang berjudi di rumah Pak Lukman. Tapi Dewi terlihat pucat sekali, sehingga Serra mengurungkan niatnya itu. Dewi terlihat seperti sedang sakit, padahal tadi masih terlihat segar saat menonton televisi bersama Serra.
“Kamu masak ya, Ibu mau istirahat lagi. Badan Ibu rasanya sakit sekali,” kata Dewi sembari masuk ke dalam kamarnya.
Serra segera memasak, takut jika Bapaknya pulang belum ada lauk. Subroto kalau makan wajib ada lauknya meskipun hanya tahu tempe atau telur. Jika tidak ada lauk dia enggan makan dirumah. Selesai memasak Serra mandi karena hari sudah sore. Sementara belum ada tanda-tanda Bapaknya sudah pulang.
Dewi bangun dari atas ranjang, dia mencari subroto dikira sudah pulang tapi tidak ada. Serra yang baru saja selesai mandi melihat Ibunya pucat segera menawarinya makan. Namun Dewi menolak dengan alasan Subroto belum pulang.
Tidak berapa lama Subroto pulang, Dewi segera menyuruh Serra mengambilkan Bapaknya makan. Dewi melihat rambut suaminya berantakan hendak dirapikan tapi tangan Dewi ditepis Subroto. Terpaksa Dewi hanya diam, Serra membawa sepiring makanan untuk Bapaknya.
“Ini Pak, makanannya,” kata Serra menyerahkan sepiring nasi beserta lauk dan sayurnya. Subroto menerima piring dari Serra tanpa menoleh, dan akhirnya piring itu terjatuh ditangan Subroto. Subroto marah sekali, dia melotot kearah Serra.
“Niat ngasih makan nggak sih kamu,” bentak Subroto. Serra kaget saat Bapaknya membentak dia. Ini pertama kali Serra dibentak Bapaknya. Selama ini Serra tidak pernah dibentak ataupun dipukul Bapaknya.
Dewi mengambilkan makanan yang baru untuk Subroto. Sedangkan Serra membersihkan makanan yang jatuh ke lantai. Setelah membersihkan Serra segera masuk kamar. Dia masih trauma dengan bentakan Bapaknya tadi. Serra menangis dia merasa ketakutan.
Diluar terdengar Dewi dan Subroto sedang berdebat. Subroto terdengar bentak Dewi. Serra keluar kamar dan mendengarkannya dari balik almari. Terdengar sebuah pukulan mendarat ditubuh Dewi.
“Kamu kira berobat itu tidak pakai uang? Saya kerja banting tulang kamu tinggal menghabiskan," bentak Subroto sembari menendang tubuh Dewi yang tersungkur dilantai.
“Bapak…!” teriak Serra tidak tega melihat Ibunya kesakitan dilantai akibat pukulan yang dilakukan Bapaknya. Serra memeluk Dewi yang merintih kesakitan dan menangis. Serra ikut menangis melihat Bapaknya kasar pada Ibunya.