Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Celana Dalam Siapa?

Tidak berapa lama, Jaka masuk kedalam kamar. Serra segera pergi ke kamarnya. Besok adalah hari ketujuh kematian Dewi. Mira dan Ibunya akan pergi ke Pasar, berhubung ada kejadian celana dalam hilang, Mira berangkat agak siangan.

Setelah Mira berangkat ke Pasar, Subroto tampak masuk kedalam kamarnya. Saat Serra lewat terdengar suara desahan, Serra kaget. Dia segera pergi dari depan kamar Bapaknya.

“Kenapa kamu Ser?” tanya Jaka ketika melihat Serra ketakutan. Serra tidak berani memberitahu Jaka dengan apa yang sebenarnya terjadi.

“Nggak kenapa-kenapa Kak, Cuma tadi ada kucing jatuhin panci di dapur. Akunya kaget dan ketakutan jadinya.” Serra lalu berjalan kedalam kamarnya.

Subroto keluar kamar, dia nampak senang sekali. Jaka dan Subroto sepertinya sedang menjaga jarak. Serra keluar kamar saat Mira datang. Dia membantu Mira membawa makanan. Saat hanya Serra dan Mira berdua saja Serra berusaha tanya perihal celana dalam Mira yang hilang.

“Kak, celana dalamnya udah ketemu?” tanya Serra penasaran. Mira tampak menaruh curiga pada Serra, dia menatap Serra.

“Sudah, ternyata nyelip diantara baju Dek. Ada apa ya?” tanya Mira balik. Serra hanya menggeleng, kalau bukan milik Mira lalu milik siapa? Pikir Serra penasaran.

**

Di rumahnya Tania tampak kebingungan, dia mengobrak-abrik semua isi kopernya. Namun, yang dicari belum juga ditemukan. Udin yang melihat tingkah Tania segera mendekatinya.

“Cari apa, serius sekali?” tanya Udin penasaran dengan Tania.

“Celana dalam merah mudaku yang berenda hilang. Apa kamu lihat Mas? Aku membawanya saat kerumah kamu?” tanya Tania mendelik pada Udin. Dia mencurigai Udin yang mengambilnya. Tapi ternyata udin menggeleng tanda tidak tahu.

Tania curiga celana dalamnya hilang saat di rumah Udin. Tapi siapa pelaku? Tania menaruh curiga pada Bapak mertuanya yang malam itu masuk ke dalam kamarnya.

“Aku yakin itu pasti ulah Bapak kamu, dia yang mencuri celana dalam aku.” Tania duduk didekat Udin. Udin nampak tidak percaya, tapi Udin juga tidak mungkin menanyakan perihal celana dalam itu pada keluarganya.

“Lupakan saja, nanti kita beli yang baru,” kata Udin pada Tania yang sepertinya sangat sebal sekali. Tania menatap tajam pada Udin, dia melotot lalu keluar dari kamar.

Udin enggan untuk tanya ke Jaka, karena Jaka pasti marah dia pulang lebih cepat. Terpaksa dia merayu Tania agar melupakan perihal celana dalam itu.

Malam ini acara tahlilan, Mira dibantu Ibunya menyiapkan makanan. Karena ini tahlilan terakhir mereka jadi masak juga. Mira dan Ibunya merasa curiga pada Subroto karena suka sekali di dalam kamar. Saat tahlilan dimulai dia baru muncul ke ruang tamu.

Sarmila ternyata datang keacara tujuh harinya Dewi, Serra sebenarnya merasa risih dengan Sarmila tapi dia hanya bisa diam. Acara tahlilan dimulai, sekitar satu jam tahlilan selesai. Semua orang sudah pulang tinggal Sarmila dan beberapa saudara.

“Mas, kapan kamu nikahi aku? Aku mau malam ini kamu beritahu mereka jika kamu akan menikahi aku. Biar saudara kamu juga tahu,” kata Sarmila melihat Subroto yang duduk tertunduk.

“Maaf Sarmila, aku tidak bisa menikahi kamu. Aku sudah tidak mencintai kamu lagi Sarmila.” Subroto berkata dan menatap wajah Sarmila.

Sarmila marah, dia tidak terima keputusan Subroto. Semua orang yang masih disana kaget saat dengar Sarmila marah. Bahkan Sarmila menyebut bahwa Subroto berubah pasti karena pemilik celana dalam warna merah muda itu. Betapa malunya Subroto, aibnya dibuka oleh Sarmila dihadapan para saudaranya.

Para saudara saling berbisik, bertanya siapa pemilik celana dalam itu. Kecurigaan mereka tertuju pada dua wanita yang saat ini tinggal bersama Subroto yaitu Serra dan Mira. Bahkan mereka menyelidiki Mira dan Serra tapi tidak ada yang memiliki celana dalam itu.

“Broto, darimana kamu curi barang ini?” tanya Bude As Kakak Subroto sembari menunjuk celana dalam merah muda yang sudah diambil Sarmila dari kamar Subroto.

Subroto hanya diam saja, dia tidak mau menjawab. Semua orang menjadi merasa malu atas perilaku Subroto. Sarmila mengatakan bahwa Subroto berjanji menikahi dia setelah Dewi meninggal. Tapi, kini Subroto tidak mau menikahi dia. Sarmila tidak mau tahu, Subroto harus menikahinya. Jika tidak maka dia akan menyebarkan berita tentang celana dalam yang Subroto curi.

“Baiklah, saya mau menikahi kamu. Tolong jangan sebarkan masalah ini! Aku harap kamu sabar, Dewi baru saja pergi.” Subroto tertunduk malu karena ulah Sarmila.

Para saudara sebenarnya keberatan Subroto menikahi Sarmila apalagi statusnya sebagai seorang pelacur. Bagi keluarga Serra pekerjaan itu sangat kotor dan tidak pantas dijalankan. Namun, karena ancaman Sarmila mereka harus menyetujuinya.

Sarmila tersenyum senang, dia langsung meminta hari pernikahan pada Subroto. Subroto berjanji dalm bulan ini dia akan menikahi Sarmila. Subroto hanya berjanji melaksanakan nikah di KUA, tidak akan ada pesta maupun lamaran. Sarmila setuju, dia ingin segera menikah.

Bude As merasa kecewa dengan sikap Adiknya itu. Bagaimana bisa, dia mencuri celana dalam wanita. Dan karena ulahnya itu dia terjebak untuk menikahi seorang pelacur. Bude As merasa Subroto sudah banyak berubah, dia sudah tidak waras.

Bude As berbicara empat mata dengan Serra, berharap Serra memahami masalah ini. Karena nanti hanya Serra yang akan hidup bersama Sarmila.

“Ser, kamu yang sabar ya. Kalau ada apa-apa beritahu Bude, kita tidak bis mencegah pernikahan mereka. Kamu paham kan alasannya?” tanya Bude As.

“Iya Bude Serra faham, Serra justru bingung Bapak dapat celana dalam itu darimana? Semua saya curiga itu milik Kak Mira tapi milik Kak Mira sudah ketemu. Lalu milik siapa? Dan untuk apa Bapak mencurinya?” tanya Serra pada Bude As berharap Bude As mengerti.

Bude As hanya menggelengkan kepala, dia menyuruh Serra untuk diam saja. Serra dan Bude As lalu kembali ker ruang tamu. Di sana Sarmila menunjuk-nunjuk celana dalam tadi.

“Sudah jangan dibahas lagi ini.” Subroto mengambil celana dalam itu dan memasukkannya ke dalam saku celananya. Dia sangat malu sekali, perilakunya diketahui banyak orang.

Sarmila marah-marah Bude As berusaha menyuruhnya diam dan sabar tapi tetap marah. Sarmila ingin tahu siapa pemilik celana dalam itu. Dia tidak mau jika nanti kejadian seperti ini terulang setelah Subroto menikah dengannya.

Subroto marah pada Sarmila, dia hampir saja menampar Sarmila tapi dicegah Bude As. Semua orang melerai Sarmila dan Subroto, mereka tidak tahu diri bertengkar ditempat orang berduka.

“Subroto siapa pemilik barang itu?” tanya Bude As melotot kepada Subroto yang masih emosi dengan Sarmila. Namun Subroto tidak menjawab, dia diam saja tanpa berkata apapun.

Bude As geram dia menampar Adiknya itu dengan kasar, hingga Subroto merasakan sakit di Pipinya. Tapi dia tidak berani melawan Bude As. Subroto hanya takut pada Bude As setelah Bapaknya meninggal.

“Siapa pemilik celana dalam tadi?” tanya Sarmila sambil menunjuk celana dalam yang sudah ada di saku celana Subroto. Semua orang menanti jawaban dari Subroto.Namun lama sekali Subroto terdiam, dia akhirnya membuka mulut.

“Ta-Tania.” Subroto gugup dia tidak sanggup melihat ekspresi semua orang yang mendengar pengakuannya itu. Bude As mendekati Subroto, sebuah tamparan mendarat lagi di pipi Subroto.

Plak

Semua orang menatap Subroto yang mulai ketakutan, karena Bude As sudah tidak mampu mengontrol emosinya lagi.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel