Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 4. Jalan Berbahaya

Lin Feng dan Huo Ren beristirahat sebentar sebelum memutuskan untuk keluar dari gua. Energi spiritual di dalam gua memang sangat murni, tetapi suasananya semakin terasa menekan. Lin Feng merasa seperti ada sesuatu yang mengawasi mereka dari kegelapan, namun ia tidak bisa memastikan apa itu.

“Jika Klan Bai memiliki pembunuh bayaran yang memburumu, mereka tidak akan menyerah begitu saja,” kata Lin Feng sambil melirik ke arah Huo Ren yang masih tampak lemah.

“Aku tahu,” jawab Huo Ren dengan suara parau. “Tapi aku tidak bisa diam di sini. Aku harus kembali dan memperingatkan keluargaku.”

Lin Feng menghela napas. “Baiklah. Kita harus bergerak cepat. Aku akan membantumu keluar dari tempat ini.”

Saat mereka melangkah keluar dari gua, Lin Feng merasakan hawa dingin yang menusuk tulang. Di depan mereka, hamparan hutan lebat membentang, dengan pohon-pohon besar yang menjulang seperti raksasa bisu. Bayangan gelap dari dedaunan menciptakan suasana mencekam, dan suara hewan buas terdengar samar dari kejauhan.

“Kita harus melewati Hutan Hitam,” kata Huo Ren, menunjuk ke arah yang mereka tuju. “Ini jalan tercepat ke wilayah Klan Huo. Tapi hutan ini penuh dengan bahaya.”

Lin Feng mengangguk. Ia tahu bahaya yang dimaksud bukan hanya dari binatang buas, tetapi juga dari pembunuh yang mungkin bersembunyi di dalamnya. Ia menggenggam Pedang Jiwa Langit dengan erat, siap menghadapi apa pun yang datang.

---

Baru beberapa langkah memasuki hutan, Lin Feng merasakan aura yang tidak biasa. Qi di sekitarnya terasa kacau, seperti ada sesuatu yang mengganggu aliran energi alam.

“Hati-hati,” katanya kepada Huo Ren.

Tidak lama kemudian, mereka mendengar suara gemerisik dari semak-semak. Lin Feng langsung bersiaga, memusatkan Qi-nya ke Pedang Jiwa Langit.

Dari balik semak-semak, muncul seekor serigala hitam raksasa dengan mata merah menyala. Bulunya tampak seperti diselimuti api hitam, dan giginya yang tajam bersinar di bawah cahaya redup hutan.

“Itu Serigala Bayangan!” seru Huo Ren dengan wajah pucat. “Makhluk ini sangat berbahaya. Bahkan seorang kultivator Tahap Akhir Rana Bumi pun bisa terbunuh olehnya!”

Lin Feng menelan ludah, tetapi ia tidak menunjukkan rasa takut. Ia melangkah maju, menghadapi serigala itu.

“Jangan bergerak,” katanya kepada Huo Ren. “Aku akan mengatasinya.”

Serigala Bayangan menggeram pelan, lalu melompat ke arah Lin Feng dengan kecepatan luar biasa. Lin Feng dengan cepat mengayunkan pedangnya, menciptakan gelombang energi yang menghantam tubuh serigala itu.

Namun, serigala itu tidak terpengaruh. Api hitam di tubuhnya menyerap sebagian besar serangan Lin Feng.

“Dia kebal terhadap serangan Qi biasa!” pikir Lin Feng.

Ia segera mengubah strateginya. Kali ini, ia memusatkan seluruh energinya ke dalam Pedang Jiwa Langit, menggunakan teknik Tembus Langit Kedua. Pedangnya bersinar terang, menciptakan aura tajam yang memotong udara.

Ketika serigala itu menyerang lagi, Lin Feng melompat tinggi dan menyerang dengan seluruh kekuatannya. Pedangnya menebas api hitam di tubuh serigala, menciptakan ledakan besar.

Serigala itu mengerang kesakitan, tetapi belum kalah. Dengan marah, ia melancarkan serangan balik, menciptakan gelombang api hitam yang mengarah ke Lin Feng.

Lin Feng menggertakkan giginya. Ia tahu ini adalah momen penentuan. Jika ia gagal mengalahkan makhluk ini, mereka berdua tidak akan keluar hidup-hidup.

“Mari kita akhiri ini!” Lin Feng memusatkan seluruh Qi-nya, menggabungkan kekuatan pedangnya dengan energi spiritual di sekitarnya. Ia mengayunkan pedangnya dengan teknik terakhir yang baru ia pelajari: Pedang Langit Menyatu.

Serangan itu menciptakan gelombang energi yang sangat kuat, membelah api hitam serigala dan mengenai tubuhnya secara langsung. Dalam sekejap, serigala itu terjatuh, tubuhnya hancur menjadi abu.

---

Lin Feng terengah-engah, tetapi ia berhasil berdiri. Huo Ren menatapnya dengan kagum.

“Kau… kau benar-benar hebat,” katanya dengan nada terkejut. “Aku tidak pernah melihat seseorang di tahapmu bisa mengalahkan Serigala Bayangan.”

Lin Feng tidak menjawab. Ia hanya menatap Pedang Jiwa Langit di tangannya. Pedang itu tampak berkilauan, seolah-olah memberikan penghargaan atas perjuangannya.

Namun, Lin Feng tahu ini belum selesai. Hutan Hitam masih menyimpan banyak bahaya, dan mereka belum keluar dari wilayah ancaman Klan Bai.

“Jangan terlalu banyak bicara,” katanya akhirnya kepada Huo Ren. “Kita harus bergerak sebelum ada yang datang.”

Huo Ren mengangguk, dan mereka melanjutkan perjalanan. Di dalam hati, Lin Feng merasa semakin yakin bahwa ini adalah awal dari sesuatu yang besar.

> “Jalan menuju abadi bukan hanya tentang kekuatan, tetapi juga keberanian untuk menghadapi setiap ujian tanpa ragu.”

Lin Feng dan Huo Ren terus berjalan di dalam hutan yang semakin gelap. Kabut tipis mulai menyelimuti sekitar mereka, membuat jarak pandang semakin terbatas. Setiap langkah terasa berat, seolah-olah hutan ini mencoba menahan mereka untuk keluar.

Huo Ren mulai terengah-engah. Tubuhnya yang belum pulih sepenuhnya semakin lemah, sementara bekas luka di punggungnya mulai berdarah kembali. “Kita… kita harus beristirahat,” katanya dengan suara lemah.

Lin Feng mengangguk. Mereka berhenti di dekat sebuah pohon besar yang akarnya menonjol dari tanah, menciptakan ruang perlindungan kecil. Lin Feng memeriksa luka Huo Ren dan membalutnya dengan kain seadanya.

“Kita tidak bisa terlalu lama di sini,” kata Lin Feng sambil melihat sekeliling. “Aku merasakan sesuatu. Hutan ini… seperti memiliki mata.”

Huo Ren menatapnya dengan waspada. “Kau benar. Hutan Hitam adalah tempat yang penuh misteri. Tidak hanya binatang buas, tapi juga rumor tentang roh jahat dan perangkap ilusi.”

Lin Feng menelan ludah, berusaha menjaga kewaspadaannya. Ia memegang Pedang Jiwa Langit dengan erat, merasakan energi di sekitarnya. Tiba-tiba, suara langkah-langkah berat terdengar dari kejauhan.

“Kau mendengar itu?” bisik Lin Feng.

Huo Ren mengangguk, wajahnya tegang. “Itu bukan manusia…”

---

Suara langkah semakin dekat. Dari balik kabut, muncul sosok besar yang membuat Lin Feng dan Huo Ren membeku di tempat. Seekor beruang raksasa dengan tubuh yang dipenuhi duri-duri tajam berdiri di hadapan mereka. Matanya yang merah menyala menunjukkan kebuasan, dan setiap langkahnya mengguncang tanah.

“Beruang Duri Hitam,” gumam Huo Ren, suaranya bergetar. “Makhluk ini jauh lebih kuat dari Serigala Bayangan.”

Lin Feng menggertakkan giginya. Ia tahu bahwa melawan makhluk ini tidak akan mudah, apalagi dengan tubuhnya yang belum sepenuhnya pulih setelah pertarungan sebelumnya. Tapi ia tidak punya pilihan.

“Jaga dirimu. Aku akan menghadapinya,” kata Lin Feng, melangkah maju dengan pedangnya.

Huo Ren ingin mencegahnya, tetapi ia tahu ia tidak bisa berbuat banyak dalam kondisi seperti ini. Ia hanya bisa berharap Lin Feng cukup kuat untuk menghadapi monster itu.

---

Beruang Duri Hitam menggeram, membuka mulutnya lebar-lebar dan mengeluarkan raungan yang mengguncang udara. Energi gelap menyelimuti tubuhnya, dan duri-duri di punggungnya mulai berdiri, memancarkan aura mematikan.

Lin Feng memusatkan Qi-nya ke Pedang Jiwa Langit. Ia mencoba membaca gerakan beruang itu, mencari celah untuk menyerang. Saat beruang itu melompat ke arahnya, Lin Feng menghindar dengan lompatan cepat, mengayunkan pedangnya untuk menyerang bagian bawah tubuh beruang.

Tebasannya berhasil melukai kaki beruang, tetapi luka itu hanya membuat makhluk itu semakin marah. Beruang itu mengayunkan cakar besar ke arah Lin Feng dengan kecepatan yang tak terduga.

Lin Feng nyaris tidak sempat menghindar. Cakar itu menyapu udara, menciptakan angin kencang yang menghantam tubuhnya. Lin Feng terlempar beberapa meter dan mendarat dengan keras di tanah.

“Aku tidak bisa hanya mengandalkan kekuatan biasa,” pikir Lin Feng sambil bangkit dengan susah payah. “Aku harus menggunakan teknik Pedang Langit Menyatu lagi, tapi ini membutuhkan lebih banyak Qi daripada yang kumiliki sekarang…”

Beruang itu menyerang lagi, kali ini dengan mulutnya yang terbuka, mencoba menggigit Lin Feng. Dalam sekejap, Lin Feng memusatkan sisa energinya dan melompat ke udara, mengayunkan pedangnya dengan teknik Tembus Langit Kedua. Gelombang energi tajam menghantam kepala beruang itu, menciptakan ledakan besar.

Beruang itu terhuyung-huyung, darah hitam mengalir dari kepalanya. Tapi makhluk itu masih berdiri, meskipun dengan gerakan yang lebih lambat. Lin Feng menyadari bahwa ia harus memberikan serangan terakhir.

Dengan napas yang terengah-engah, Lin Feng menarik energi dari sekitarnya, menggabungkan Qi-nya dengan energi alam. Ia memusatkan semuanya ke Pedang Jiwa Langit, menciptakan cahaya terang yang membelah kegelapan hutan.

“Pedang Langit Menyatu!”

Serangan itu melesat seperti kilat, menghantam tubuh beruang dengan kekuatan yang luar biasa. Beruang itu mengerang kesakitan sebelum akhirnya jatuh ke tanah, tidak bergerak lagi.

---

Lin Feng jatuh berlutut, tubuhnya lemah setelah menggunakan hampir seluruh energinya. Huo Ren berlari ke arahnya, wajahnya penuh kekhawatiran.

“Kau… kau benar-benar melakukannya,” kata Huo Ren dengan nada kagum.

Lin Feng hanya mengangguk, mencoba mengatur napasnya. “Beruang itu terlalu kuat. Jika kita bertemu sesuatu yang lebih kuat lagi, aku tidak yakin kita bisa selamat.”

Huo Ren membantu Lin Feng berdiri. “Kita harus segera keluar dari hutan ini. Klan Bai mungkin sudah mengetahui keberadaan kita.”

Lin Feng setuju. Ia tahu perjalanan mereka masih panjang, dan bahaya yang lebih besar mungkin menunggu di depan. Tapi ia juga merasa bahwa setiap pertarungan ini membawanya semakin dekat ke tujuan utamanya: membalas dendam dan mengembalikan kehormatan dirinya.

> “Kadang, keberanian bukan tentang tidak takut, tetapi tentang terus maju meskipun takut.”

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel