Ringkasan
Lin Feng, seorang remaja dari Klan Lin, klan kecil di Hutan Abadi. Meski dianggap lemah dan direndahkan oleh klan besar, dia memiliki tekad kuat untuk melindungi keluarganya. Lin Feng menemukan kitab kuno "Jalan Abadi" di reruntuhan hutan, yang mengungkap rahasia energi spiritual murni. Latar Belakang: Lin Feng adalah yatim piatu setelah kedua orang tuanya tewas melindungi klan. Sejak kecil, dia dianggap beban karena tubuhnya yang lemah dan tidak mampu menyerap Qi dengan baik. Kepribadian: Penuh tekad, cerdas, tetapi berhati-hati dalam memilih sekutu. Trauma masa lalu membuatnya sulit mempercayai orang lain.
Bab 1.Kebangkitan Lin Feng
Malam itu gelap gulita. Angin dingin berembus melewati pepohonan Hutan Abadi, membawa suara gemerisik dedaunan. Di sebuah pondok tua di pinggiran Klan Lin, seorang pemuda berusia enam belas tahun duduk bersila, menatap bulan yang hampir tertutup awan hitam. Pemuda itu adalah Lin Feng, pewaris kecil dari klan yang direndahkan.
Klan Lin dulunya adalah keluarga terpandang, namun kejayaan itu telah lama memudar. Kini, mereka hanya menjadi klan kecil yang hampir tidak dianggap oleh klan besar lainnya. Lin Feng, yang dianggap memiliki tubuh "sampah" karena tidak mampu menyerap Qi dengan baik, sering menjadi bahan cemoohan.
Namun, malam itu berbeda. Lin Feng memegang sebuah benda yang baru saja ditemukan di dalam hutan saat berburu. Sebuah kitab tua dengan sampul yang hampir hancur. Tulisan di atasnya berbunyi: "Jalan Abadi."
“Kitab ini… mengapa aku merasa seperti dipanggil olehnya?” gumam Lin Feng, matanya menyipit memandangi halaman pertama. Tulisan kuno yang aneh perlahan-lahan berubah menjadi bahasa yang bisa ia pahami.
"Hanya mereka yang memiliki tekad baja dan hati murni yang bisa melangkah di Jalan Abadi."
Tiba-tiba, kitab itu bersinar terang, dan sebuah energi hangat menyelimuti tubuh Lin Feng. Ia terkejut, tubuhnya terasa ringan, seperti melayang. Energi yang ia rasakan berbeda dari apa pun yang pernah ia pelajari selama ini.
“Ini... ini Qi Langit dan Bumi?” Lin Feng mengerutkan dahi. Selama hidupnya, ia tidak pernah berhasil menyerap Qi walau sedikit pun. Namun sekarang, Qi itu mengalir deras ke dalam tubuhnya, mengisi inti spiritual yang ia kira sudah mati.
Suara bisikan lembut terdengar dari dalam kitab, “Anak muda, kau telah dipilih. Namun jalan ini penuh bahaya. Apakah kau siap menanggungnya?”
Lin Feng terdiam sejenak. Ia mengingat hinaan yang diterima dari klannya, pengkhianatan yang dilakukan Klan Bai kepada keluarganya, dan janji yang ia buat kepada almarhum ayahnya untuk melindungi Klan Lin.
Dengan mata penuh tekad, Lin Feng menjawab, “Aku siap. Bahkan jika aku harus mempertaruhkan nyawaku!”
Kitab itu berpendar sekali lagi, lalu menampilkan serangkaian diagram teknik kultivasi yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Teknik itu dinamai "Dasar Jalan Abadi", sebuah metode kultivasi tingkat tinggi yang mampu membuka inti spiritual bahkan pada tubuh yang dianggap cacat.
Lin Feng segera memulai meditasi, mengikuti petunjuk di dalam kitab. Ia merasakan Qi Langit dan Bumi masuk ke dalam tubuhnya, membersihkan saluran Qi-nya yang tersumbat selama bertahun-tahun. Proses itu menyakitkan, seperti ditusuk ribuan jarum, namun Lin Feng tidak berhenti.
Setelah beberapa jam, rasa sakit itu memudar, digantikan oleh perasaan ringan dan nyaman. Lin Feng membuka matanya, dan seberkas cahaya melintas di matanya. Ia memeriksa tubuhnya, merasakan kekuatan yang belum pernah ia miliki sebelumnya.
“Ini… aku berhasil masuk ke tahap pertama Rana Bumi!” seru Lin Feng dengan suara gemetar.
Namun kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar dari luar pondok. Lin Feng segera menyembunyikan kitab itu di balik lantai kayu, lalu berdiri dengan waspada.
Seorang pria dengan jubah hitam masuk ke dalam pondok tanpa mengetuk. Wajahnya dingin, matanya menyiratkan niat buruk. Itu adalah Bai Chen, pewaris Klan Bai, musuh terbesar Klan Lin.
“Lin Feng,” kata Bai Chen dengan suara rendah namun mengancam. “Kau pikir aku tidak tahu apa yang kau temukan di hutan? Serahkan kitab itu sekarang, atau aku akan menghancurkanmu bersama pondok ini.”
Lin Feng mengepalkan tangannya. Tubuhnya mungkin masih lemah dibandingkan Bai Chen, tetapi untuk pertama kalinya, ia merasa memiliki sesuatu yang pantas diperjuangkan.
“Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan,” balas Lin Feng dengan tenang, meski dalam hatinya ia merasa waspada.
Bai Chen menyeringai, “Kau pikir aku bodoh? Kalau begitu, aku akan mengambilnya sendiri setelah mematahkan tulang-tulangmu!”
Pria itu menyerang tanpa peringatan, mengayunkan tinjunya yang dipenuhi energi Qi. Lin Feng menghindar dengan gerakan yang nyaris refleks. Sesuatu dalam tubuhnya berubah; dia bisa merasakan pergerakan Qi Bai Chen dan memprediksi serangannya.
“Bagaimana mungkin tubuh sampah sepertimu bisa bergerak secepat itu?” Bai Chen terkejut, namun serangannya semakin ganas.
Lin Feng tahu dia tidak akan menang dalam keadaan ini. Meski telah mencapai tahap pertama Rana Bumi, Bai Chen sudah berada di tahap kelima. Selisih kekuatan mereka terlalu jauh.
Dengan napas berat, Lin Feng berpikir cepat. Aku tidak boleh mati di sini. Aku baru saja memulai!
Mengumpulkan semua keberaniannya, Lin Feng menggunakan celah kecil dalam serangan Bai Chen untuk melarikan diri ke hutan. Sambil berlari, ia berbisik pada dirinya sendiri, “Aku akan kembali. Dan ketika saat itu tiba, kau tidak akan bisa menyentuhku lagi.”
Malam itu menjadi awal perjalanan Lin Feng. Sebuah perjalanan yang akan membawa seorang pemuda dari klan kecil menuju takdir besar sebagai kultivator abadi.
---
"Kejatuhan adalah awal dari kebangkitan. Mereka yang tidak menyerah akan selalu menemukan jalan."
Lin Feng terus berlari menembus gelapnya hutan. Ranting-ranting tajam menggores lengannya, namun ia tidak peduli. Rasa takut dikejar Bai Chen membakar tekadnya untuk bertahan hidup. Cahaya bulan yang sesekali menerobos dedaunan menjadi satu-satunya penerang jalan di tengah gelapnya malam.
Napasinya terengah-engah saat ia akhirnya tiba di sebuah celah tebing. Lin Feng berhenti sejenak, tubuhnya bersandar di dinding batu. Dadanya naik turun, mencoba mengatur napas. Tapi pikirannya terus berputar.
“Bai Chen pasti tidak akan menyerah begitu saja. Dia mungkin masih mencariku,” gumam Lin Feng dengan suara pelan.
Namun, saat ia menatap sekitar, matanya tertuju pada sesuatu yang aneh di dekat kakinya. Sebuah retakan di dinding tebing terlihat samar-samar bersinar dengan cahaya keemasan. Rasa penasaran muncul di hatinya. Dengan hati-hati, ia mendekat dan menyentuh retakan itu. Begitu ia menyentuhnya, cahaya keemasan semakin terang, menyelimuti tubuhnya.
Sebelum Lin Feng sempat bereaksi, sebuah kekuatan besar menariknya masuk ke dalam retakan itu. Pandangannya berubah menjadi gelap sejenak sebelum ia mendapati dirinya berada di sebuah gua misterius.
Gua itu dipenuhi dengan batu kristal bercahaya, memancarkan energi spiritual murni yang terasa menenangkan. Di tengah gua, terdapat sebuah altar kuno yang dipenuhi ukiran-ukiran misterius. Di atas altar itu, terletak sebuah pedang yang tampak sudah tua, namun aura yang dipancarkannya begitu mengintimidasi.
Lin Feng melangkah mendekati altar, matanya terpaku pada pedang tersebut. Meski terlihat usang, pedang itu memancarkan cahaya samar yang terasa hidup. Tiba-tiba, suara dalam benaknya bergema lagi.
"Pemilik kitab Jalan Abadi, kau telah menemukan salah satu kunci menuju takdirmu."
“Kunci?” Lin Feng berbisik.
Suara itu melanjutkan, "Pedang ini adalah Pedang Jiwa Langit, salah satu senjata ilahi yang hilang di dunia ini. Hanya mereka yang memiliki hati tak tergoyahkan yang layak memilikinya. Angkat pedang ini, dan takdirmu akan mulai berubah."
Lin Feng ragu sejenak. Tangan kanannya perlahan terulur ke arah gagang pedang. Begitu jari-jarinya menyentuh pedang itu, sebuah aliran energi besar masuk ke tubuhnya. Tubuhnya terasa panas, seperti terbakar dari dalam. Namun ia tidak melepaskan pegangan.
“Jika aku menyerah sekarang, aku tidak akan pernah punya kesempatan melawan Bai Chen… atau siapa pun yang menginjak-injak harga diriku!” teriak Lin Feng dalam hati, menggenggam pedang itu erat-erat.
Cahaya dari pedang itu tiba-tiba meledak, memenuhi seluruh gua dengan kilauan yang menyilaukan. Ketika cahaya itu mereda, Lin Feng merasakan perubahan dalam tubuhnya. Aliran Qi dalam dirinya menjadi lebih stabil, lebih kuat dari sebelumnya. Ia juga merasakan ikatan aneh dengan pedang itu, seolah-olah pedang itu sekarang menjadi bagian dari dirinya.
“Jadi ini kekuatan Pedang Jiwa Langit?” Lin Feng bergumam. Matanya berkilat dengan semangat baru.
Namun, kesadarannya kembali ke kenyataan ketika ia mendengar suara langkah kaki mendekat dari luar gua. Wajahnya mengeras. Bai Chen telah menemukannya.
“Lin Feng, aku tahu kau ada di sini!” suara Bai Chen bergema di dalam gua.
Lin Feng memegang gagang Pedang Jiwa Langit dengan erat, tubuhnya sedikit gemetar. Namun kali ini, bukan karena takut, melainkan karena semangat baru yang mengalir di nadinya. Ia tidak akan lari lagi.
“Bai Chen,” Lin Feng berkata dengan suara pelan namun tegas. “Jika kau benar-benar ingin merebut sesuatu dariku, cobalah!”
Dengan pedang itu di tangannya, Lin Feng melangkah keluar dari gua, menatap Bai Chen yang berdiri dengan senyum meremehkan.
“Kau pikir pedang itu bisa menyelamatkanmu? Kau tetap sampah!” ejek Bai Chen.
Lin Feng tidak menjawab. Ia hanya mengangkat pedang itu, aura Qi yang terpancar dari tubuhnya perlahan meningkat. Bai Chen terkejut, tidak percaya apa yang ia lihat.
“Ini baru permulaan,” Lin Feng berkata sambil melangkah maju. “Aku akan menunjukkan bahwa sampah sepertiku bisa mengubah dunia.”
"Keberanian tidak lahir dari kekuatan, melainkan dari keyakinan untuk tidak menyerah, meski dunia berusaha menjatuhkanmu."