Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 5 Menikmati tubuh karyawan

“Pagi, juga Mbak!” Sahut Anto sambil memasang senyum manis pada bibirnya.

Para gadis itu langsung berbisik-bisik di belakangnya. “Mas tongkatmu nyala, hihihihi!” Selesai berkata demikian mereka segera pergi meninggalkan Anto menuju ke dalam toko.

Wajah Anto memerah, “Nyinggung-nyinggung tongkat, ntar aku genjot merintih-rintih kalian! Awas saja!” Serunya sambil menghisap rokoknya lalu mengepulkan asapnya dengan rasa bangga.

Di sisi lain.. Yuyun istri Devan masih berada di dalam ruangan meeting. Wanita muda dan cantik itu terlihat sibuk mengikuti acara penting tersebut. Penampilan Yuyun yang seksi mengenakan stelan shirt ketat warna putih serta rok ketat warna hitam dengan belahan di samping, membuat atasannya terus mencuri pandang pada paha dan dada Yuyun.

Yuyun sebenarnya sudah tahu sejak dulu, awalnya dia bekerja di belakang meja resepsionis dan kini dipindahkan ke dalam ruangan tertutup dan ber-ac dekat dengan ruangan bosnya itu. Tinggal di sisi manager beristri, tidak membuat Yuyun mundur saat istri dari si bos datang dan melotot atau berucap kasar padanya. Yuyun memilih bertahan, karena tak jarang Rangga memberikan tips dalam jumlah besar saat dia bersedia lembur di kantor setelah jam kerja usai. Tentu saja lembur untuk memberikan jatah instan yang diinginkan Rangga!

Rangga tidak mau menyewa jasa wanita malam karena Mita, istrinya selalu mengawasi semua gerak-geriknya. Dari ponsel dan lainnya selalu diperiksa oleh Mita. Rangga baru menikah lima bulan, dan Mita merupakan pilihan sang ayah. Putri dari rekan bisnis Dirman, ayahnya Rangga. Dirman merasa cemas karena Rangga menolak menikah saat sudah hampir menginjak usia tiga puluh lima tahun. Perjodohan itu tidak bisa Rangga tolak lagi, dia tidak memiliki perasaan pada Mita karena sejak awal Rangga menginginkan Yuyun yang sudah memiliki suami dan dua orang anak.

Usai meeting, Yuyun diminta menghadap ke ruangan kerja oleh Rangga. “Yun, kamu bawa berkasku ke dalam ruangan kerjaku.”

“Iya, Pak.” Sahutnya dengan patuh. Usai bubar meeting, Yuyun menuju ruangan kerja Rangga.

“Ini Pak berkasnya.” Ucap wanita itu seraya berdiri di samping Rangga seperti biasa, sementara Rangga merangkul pahanya di balik rok ketat tersebut, menyentuh dan mengusap tonjolan kesuakannya pada sisi dalam paha Yuyun yang super mulus dan lentur.

“Emmm, Yun, ouuh, Yun, aku suka milin ini, kasih ke aku lagi Yun, aku pengen hisap malam ini.. ouuhh!” Seru Rangga padanya.

“Mas, geli, ouhh, Mas.. Yuyun nggak kuat, awh..” rengek Yuyun sambil menggoyangkan pinggulnya keenakan!

Yuyun memang sudah lama memiliki hubungan dengan Rangga di kantor. Bahkan sebelum menikah dengan Devan. Sejak masuk ke dalam perusahaan tersebut, Yuyun sudah membina hubungan gelap itu dengan Rangga. Rangga sendiri ingin menikahi Yuyun, tapi Dirman ayah Rangga tidak mungkin setuju karena Yuyun berasal dari keluarga biasa. Hubungan terus terjalin sampai detik ini bahkan sampai Yuyun menikah dan memilih hamil terlebih dahulu dengan Rangga! Jadi Aldi yang saat ini tinggal di sisi Yuyun dan Devan merupakan hasil hubungan gelap antara Yuyun dengan Rangga.

“Mas Rangga, sudah Mas, lanjut nanti malam saja..” Yuyun tidak menarik tangan Rangga dari dalam roknya lantaran wanita itu juga terlanjur ingin melampiaskan hasratnya yang sudah sampai pada ubun-ubun kepala.

“Yun basah banget, aku sudah on Yun! Gimana ini? Nggak bisa ditahan lagi Yun!” Seru Rangga seraya menarik turun resleting celananya. Rangga mengeluarkan tongkatnya yang sudah menjulang tinggi ke langit bak tugu Monas! “Yun ayolah, sebentar saja.. aku janji cuma satu ronde kali ini.” Rayu pria itu seraya mengocok area sensitif Yuyun sampai wanita itu merintih-rintih seraya meremas-remas bahu kiri Rangga lantaran tidak tahan untuk tidak berhubungan intim. “Yun.. ayolah..” rengek Rangga padanya.

Yuyun yang sudah merem-melek sejak Rangga mengusap-usap belahan sensitifnya segera menganggukkan kepala, disisihkannya celana dalamnya ke samping lalu segera duduk di atas pangkuan Rangga untuk memberikan servis pada atasannya tersebut. Bokong Yuyun mulai naik-turun sambil menciumi bibir Rangga.

“Ah, Mas, ouuh, enak, Mas, ouuh, Mas Rangga emm, enak banget.” Racaunya sambil terus menggenjot turun pinggulnya untuk menikmati tugu Monas milik Rangga. “Besar banget Mas, ouuh, enak, Mas..ouuuuhhh akhhh, Mas!” Yuyun menjerit kecil lantaran tiba-tiba sampai pada klimaksnya.

“Sudah crot Yun? Kok tumben cepet?” Tanyanya seraya meremas-remas bongkahan bokong Yuyun.

“Iya, Mas, sudah tadi..” Yuyun melumat bibir Rangga seraya mengerjapkan bola matanya keenakan.

“Aku belum Yun, balik badan Yun, tengkurap di meja.. ayolah sebentar saja kok. Buruan!” Perintah Rangga pada Yuyun.

Yuyun dengan patuh menganggukkan kepalanya, wanita itu langsung turun lalu menaikkan roknya sampai ke pinggang. Yuyun menatap meja kerja Rangga sepertinya ada yang salah dengan kaki meja tersebut. Meja yang selalu menjadi alas untuk bercinta mereka terlihat tidak sekokoh biasanya. Yuyun batal naik ke atas, tapi lantaran Rangga sudah tidak sabar untuk mencicipi Yuyun.. pria itu langsung menekan punggung Yuyun agar segera bertelungkup di atas meja kerjanya seperti biasa.

“Mas, Mas Rangga, ouuh! Mass! Enak, ouuh!” Yuyun meremas-remas tepian meja, tubuh Yuyun didorong keras dari belakang. Kedua dadanya yang kenyal tergencet meja kerja Rangga, terlihat sangat seksi sekali.

“Ouuh Yun, ouuuh, enak Yun, basah! Ouuh Yun, Yuyun ouuukhh..”

Semua aktivitas berjalan lancar selama sepuluh menit, lebih dari itu Rangga menambah kecepatannya karena sudah tidak bisa menahan cairan dari organ intimnya.

“Yun, aku mau ouuukh, kelu-braaaakkkkkkk!” Kaki meja patah, Rangga dan Yuyun jatuh di atas lantai, nyungsep!

“Sialan, Yun! Aku jadi muncrat di meja! Aduh sakit monasku! Untungnya nggak kejepit kayu!” Omelnya pada Yuyun. Beruntung Yuyun langsung bangun dan memakai kembali celanannya. Rangga juga segera membetulkan letak celananya. “Yun! Ini mejanya kenapa bisa patah begini? Kamu panggil tukang, cepetan! Aku nggak bisa kerja kalau begini!” Omelnya pada Yuyun.

“Mas, sepertinya ada yang sudah gergaji kaki meja ini.”

Rangga mulai mencermati kaki meja tersebut, memang benar ada bekas gergaji di sana jadi jika mereka bergerak atau membuat meja itu bergeser maka akan langsung patah seperti tadi.

“Bener Yun! Kira-kira siapa? Berani-beraninya dia masuk ruangan kerjaku untuk gergaji kaki mejaku! Mau cari mati!” Serunya sambil menggaruk keningnya yang tidak gatal.

“Mas, aku keluar dulu. Banyak kerjaan yang belum selesai. Nanti bisa berantakan semuanya kalau aku tinggal terlalu lama di sini.” Pamitnya pada Rangga, Rangga hanya menganggukkan kepalanya. Yuyun segera berlalu dari ruangan Rangga.

Sementara Rangga lupa belum membersihkan sisa-sia cairan di lantai yang tadi dia muntahkan saat tiba pada klimaksnya.

Lima menit kemudian terdengar suara high heels masuk ke dalam, ternyata Mita istri Rangga.

“Mas! Aku telepon sejak tadi lo! Kenapa nggak diangkat???!” Bentaknya pada Rangga. Mita terkejut melihat meja kerja Rangga terpisah dari keempat kakinya. “Mas ini kenapa berantakan sekali? Mas apain mejanya kok bisa patah begini? Pasti Mas naikin kan! Sama asisten kesayanganmu itu! Ayo buruan ngaku! Pantas saja Mas nggak mau pulang cepet! Pasti setiap hari Mas Rangga sama si Yuyun main kuda-kudaan di sini! Lihat, meja kamu saja sampai ambruk begini!” Cerocos Mita tanpa titik dan koma.

Telinga Rangga sampai terasa berbusa saat mendengar celoteh Mita tanpa henti itu. Rangga sama sekali tidak menimpalinya, pria itu hanya mengambil beberapa berkas lalu membawanya menuju sofa. Omelan Mita tidak dianggap oleh Rangga. Baginya Mita bukan siapa-siapa, sejak awal Rangga tidak memiliki perasaan pada Mita. Jadi semua yang dilakukan Mita tidak membuat hatinya tergerak sedikitpun. Padahal Mita selalu memperhatikan Rangga, wanita itu juga sangat mencintai Rangga.

“Mas! Jawab dong! Malah diam saja!” Omelnya lagi lantaran sejak tadi Rangga hanya diam dan tidak menyahut satu patah kata-pun.

Sampai lelah mengomel, Rangga tetap saja diam bagai patung beku. Sudah lima bulan mereka menikah, sudah lima bulan juga Rangga tidak pernah menyentuh Mita walau hanya sehelai rambut.

Karena Rangga tidak merespon, akhirnya Mita memutuskan untuk pergi meninggalkan ruangan kerja itu. Dalam hati, Rangga tahu kalau meja rusak itu adalah ulah Mita. Tidak ada yang berani mengotak-atik ruangan kerjanya selain Mita, istrinya!

“Sudah ketahuan kalau dia yang mau bikin aku celaka! Semakin kamu menggila dan terus mengusik urusan pribadiku! Semakin aku tergila-gila sama Yuyun! Mimpi saja kamu dapatkan tugu Monasku! Sampai Bapak Ibu tua renta, buyut nenek cicit bangkotan! Aku nggak akan pernah kasih Monasku sama kamu Mit! Mit! Demit! Bukan Mita! Jadi cewek kok kayak tukang tilang, setiap ketemu semuanya selalu diperiksa! Nggak cuma stnk! Sim, sampai kulit dompet diperiksa! Besok aku ganti dompetku sama kulit ular! Bukan kulit sapi!” Omel Rangga begitu melihat Mita sudah keluar dari dalam ruangan kerjanya.

Di sisi lain.. Darto baru saja mandi, pria itu bersiap berangkat ke peternakan miliknya. Lokasi peternakan miliknya tidak jauh dari rumah. Hanya beberapa ratus meter saja.

Kebetulan Darto berpapasan dengan Narti di jalan setapak menuju ke peternakan.

“Tuan Darto! Selamat pagi..!” Sapa Narti dengan sopan.

“Loh, Narti to? Wah rambut kamu bagus, jadi lurus kenceng.” Seru Darto lantaran melihat rambut Narti yang biasanya keriwul, keriting, mirip mie seduh menjadi lurus dan halus.

“Iya Tuan, habis ke salon. Kemarin kan Narti kebetulan libur, jadi perawatan sedikit.” Ucapnya sambil tersipu-sipu malu.

“Ya, sudah ayo berangkat bersama ke peternakan.” Ajak Darto sambil melambaikan tangannya pada Narti agar wanita itu berjalan lebih dekat dengannya. “Agak sini, lebih dekat Nar.” Ajaknya. Karena pekarangan kosong yang mereka lewati lebih banyak ditumbuhi semak, juga sangat jarang dilewati orang, Darto jadi memiliki kesempatan untuk menyentuh kedua dadanya Narti seraya berpura-pura oleng lantaran banyak batu kerikil di jalan yang mereka berdua lalui.

“Aduh, Nar.. maaf aku nggak sengaja!” Ucapnya seraya menelan ludahnya menatap kedua bukit kembar yang kini berada dalam tangkupan telapak tangannya.

“Ouuh, Tuan Darto, jangan Tuan.. ouuhh!” Narti sudah merem-melek sambil meremas kedua sisi pinggang majikannya.

“Nar, aku baru pegang belum aku remas loh, kok sudah ah uh, kamu!” Darto tersenyum-senyum, dia tahu kalau itu adalah lampu hijau untuk terus maju ke depan. “Ayo ke semak sana, nanti aku buat kamu ah, uh, beneran. Bukan cuma sentuhan ringan saja.” Ajaknya tanpa ragu sama sekali. Darto menarik lengan Narti menuju ke arah rerimbunan semak.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel