Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 4 Sungguh tergoda

Di luar Anto sudah duduk di dalam mobil, pria itu siap membawa Nyonya Majikannya ke tempatnya bekerja. Amina duduk di kursi belakang, wanita itu melambaikan tangannya melihat Darto berdiri di ambang pintu ruangan utama untuk melepas kepergiannya.

“Dadaaaa, Bapak.. muach!” Serunya dengan sangat genit.

“Sudah, bikin aku nggak tahan saja kamu itu! Cup, cup!” Bisik Darto pada Amina sambil menciumi tangan Amina dari luar jendela mobil wanita itu.

“Iya, sudah deh, Bapak jangan nunggu aku, mungkin aku nanti agak malam lagi pulangnya.” Ucapnya pada Darto.

“Nggak apa-apa, asalkan dapat jatah pepekmu yang basah!” serunya pada Amina tanpa malu. Darto menelan liurnya sambil merogoh bukit kenyal milik Amina.

Anto merasa badannya panas sekali mendengar pembicaraan dari dua majikannya itu. “Mereka ini ternyata memang sangat sering hok-a hok-a! Padahal aku kira cuma omongan dan gosip dari bibir karyawan semata. Masa Narti juga sampai tahu! Dan ngomong sama aku kalau di dalam ruangan kerja dalam peternakan, Pak Darto sering melakukan hubungan intim dengan Bu Amina. Aku nggak bisa bayangin tubuhnya yang seksi dan legit ini menggelinjang di atas meja kerja yang sempit!” Ucapnya dalam hati.

“To! Jalan! Buruan!” Amina berdiri dari kursinya lalu mencubit pipi kanannya. “Mikirin apa sih kamu! Dasar! Lihat muka kamu itu merah mirip kepiting rebus!” Seru Amina sambil tertawa renyah.

Anto tersenyum, pria itu tersipu malu lalu segera menyalakan mesin mobilnya. Perlahan mobil tersebut mulai meluncur meninggalkan kediaman Darto menuju ke jalan raya.

“Mikirin Ibu lah, habisnya seksi dan cantik. Anto kan jadi pengen pegang,” Sahutnya santai.

Amina menoleh ke belakang, rumah Darto sudah jauh. Wanita itu segera pindah ke kursi depan. Amina menarik roknya sampai ke pinggang. “To, nanti mampir ke gang sepi ya? Aku pengen kamu cukurin buluku tadi. Lihat ini panjang begini To.. ouhh.” Ucapnya seraya meremas-remas dan menekan-nekan selangkangannya sendiri.

“Iya Bu, ibu bawa guntingnya?”

“Gunting?” Amina terkekeh geli. “Pakai lidahmu saja, To. Rasanya juga sama saja..”

Anto mengedipkan kedua matanya. Pria itu hanya meringis sambil membawa mobilnya masuk ke dalam gang, lalu menuju ke arah hutan. Sampai di sana Amina langsung mengatur posisi jok mobil tersebut agar rebah ke belakang.

“Ayo To, sebentar saja, aku sudah nggak tahan.. sudah lama aku pengen icip punyamu.” Rengek manja Amina pada supirnya tersebut.

“Iya, Bu.. sabar!” Anto segera menjilatinya sampai Amina merem melek dibuatnya.

“Oukh, To, ouhhhh, terus sayang, eenghhh enak To, bibirmu lembut sekali To, lebih enak dari bibir Bapak yang tebal dan berkumis, ouhhh To, terus jilat To! Aaahhh ummhh,” Amina menahan kedua kakinya menggunakan kedua tangannya sendiri seraya menatap lidah Anto yang sedang menyesap area intim miliknya dalam balutan kain brokat tipis itu. “To, lanjut! Genjot aku Tooo, oukkh enak To!”

Amina melepaskan kain itu, dan Anto segera mengambil posisi untuk melepaskan hasrat Amina. Anto menekan senjatanya masuk ke dalam, dia tidak mengira kalau milik Amina yang sudah sangat basah itu ternyata terasa keset dan sepet sekali.

“Bu, wah, sempit sekali, oukh! Bu gigitanmu! Ouuh enak Bu..” Anto merem melek menikmati denyutan dinding organ intim Amina, pria itu menarik mundur dan memajukan pinggulnya dengan gerakan pelan.

“To, agak kenceng sedikit, akh, aouuh, ya seperti itu, pinter kamu! Ouhhh, enak To, terus, aku mau muncrat ini, nggak tahan. Kenceng! Lebih kenceng! Aaaaaaakhh! Muncrat aku To. Oouuhh enak To, punyamu lumayan lincah dan gesit.”

“Kayak motor saja Ibu ini, pinter banget rayu aku, ahh, ah, ahh Bu aku juga mau Bu.. ahhh..”

“To aku telan saja punyamu To, sini To, ahhh, emmh ahh..” Amina melepaskan kedua pahanya lalu mengangkat kepalanya untuk menyambut kejantanan Anto yang sebentar lagi memuntahkan laharnya.

“Ouuhhh Bu, ini Bu..” Anto menarik lalu menyodorkannya pada bibir ranum Amina, dengan gaya seksi dan bohai Amina langsung menghisapnya tanpa sisa sama sekali.

Anto merasa sangat puas, pria itu segera menarik tubuhnya mundur, dan merapikan kembali bajunya yang berantakan.

Amina juga sama, wanita itu memakai kembali celana brokat-nya, lalu memperbaiki make-up pada wajahnya. Mobil mulai menyala dan meluncur menuju ke toko perhiasan yang menjadi tujuan awal mereka pagi ini.

“To, kalau pagi begini rumahmu ada siapa saja di sana?” Tanya Amina seraya memakai kacamata hitam miliknya, wanita itu menyangga kepalanya menatap ke arah Anto dengan siku menumpu di dekat jendela mobil samping kirinya.

“Sepi Bu, Narti kan harus pergi ke peternakan. Merah susu sapi. Aku juga belum punya anak, jadi rumahku ya kosong.” Sahutnya pada Amina.

“Kapan-kapan ajak aku ke rumahmu, To. Ranjang dalam kamar rumahmu pasti hangat sekali, aku pengen lagi, To.” Amina beringsut mendekat lalu mengecup pipi Anto.

Bibir Amina dan hidung Amina begitu lembut menggesek pipi Anto. “Bu Amina ini, aku itu jelek dan kampungan, aku takut bikin kecewa Ibu.. Aku nggak nyangka kalau Ibu ternyata baik sekali sama aku.”

“Iya, To.. gara-gara tongkatmu tadi, aku terus memikirkan kamu. Tubuhmu seksi To, wajahmu juga keren nggak kalah sama si Devan.” Ucapnya dengan tatapan menggoda.

Anto kaget sekali, dia baru tahu ternyata Amina Nyonya majikannya itu menyimpan sesuatu pada Devan si anak sulung Darto.

“Mana ada Bu, masa Anto disamakan sama Den Devan, sih! Yang ada aku ini nggak ada seujung kuku dari Den Devan. Nggak pantas Bu..” Elaknya dengan sengaja, padahal dalam hati bangga sekali bisa dibandingkan dengan Devan yang gaul, ganteng, dan genit itu!

Sebenarnya Narti dulu adalah mantan pacar Devan, Devan selalu memakai tubuh Narti sebelum gadis itu menikah dengan Anto. Karena Narti hanya buruh peternakan ayahnya, Devan tidak mau menikahinya dan pria itu mencari gadis gaul. Minimal pekerja kantoran seperti Yuyun, istri yang dinikahi Devan sekarang.

Devan selalu meminta Narti untuk meminum obat anti hamil, dia tidak mau punya anak di luar nikah. Narti waktu itu mau-mau saja lantaran dia merasa Devan sangat tampan dan pasti sulit bisa berkencan dengan pria kaya sepertinya. Petermuan Narti dan Anto juga saat mereka bekerja di rumah Darto.

Tepat setelah Devan membuang Narti, dan menikahi Yuyun. Anto menawarkan diri pada gadis ayu yang sudah tidak suci itu untuk dia jadikan istri. Tentu saja karena Anto telah mencicipi tubuh Narti selama berbulan-bulan tanpa sepengetahuan Devan! Narti sendiri juga mau-mau saja melayani Anto, karena dia melihat Devan tidak hanya mengencani dirinya. Devan yang manja dan liar itu sering bertukar pacar sejak duduk di bangku SMA sampai lulus kuliah. Bukan rahasia lagi kalau Devan merupakan seorang playboy!

Saat Devan menggandeng pacar barunya yang lain, Narti langsung mendatangi Anto di dalam kediaman pria itu saat tengah malam. Tanpa sepengetahuan ibu dan ayahnya Narti menyelinap keluar dari pintu belakang.

Anto yang sedang terlelap bagai didatangi sosok bidadari setiap Narti menyusul dan tidur di dalam selimut bersamanya. Hampir setiap hari Narti datang untuk melepaskan hasratnya waktu itu. Narti memiliki kulit coklat, gadis itu terlihat manis dengan tubuh ideal. Pikir Anto juga daripada tongkatnya ngganggur tidak berfungsi sama sekali, jadi dia mau-mau saja diberikan servis pepek milik si Narti yang sudah panas dan basah!

Sampai di depan toko, Anto segera memarkirkan mobilnya di parkiran. Lalu dia turun dan mengikuti Amina menuju ke dalam toko.

“Bu aku tunggu di sini saja.” Ucapnya seraya duduk di kursi dekat pos satpam.

“Ya, sudah, kamu minta saja camilan atau kopi di dapur. Jangan sampai ngantuk saat nyetir nanti!” Ucap Amina dengan gaya genitnya seraya menyentuh pinggang Anto.

“Beres Bu!” ucap pria itu sambil tersenyum manis sekali, menampilkan lesung pipitnya.

“Ganteng banget!” Bisik Amina yang belum ingin pergi meninggalkan supirnya di sana.

“Sudah, nanti Ibu telat lo, aku mau rokok-an dulu.” Anto merogoh saku bajunya, mengambil sebatang rokok dari kotak rokok miliknya lalu menyulutnya seraya duduk di bangku.

“Pagiiiii Mas Antooo ganteng!” Sapa karyawan toko perhiasan milik Amina padanya. Sekitar tiga gadis berparas seksi dan bohai berjalan anggun melewatinya. Pahanya mulus-mulus! Make-upnya sudah mirip artis kelas papan atas! Anto menelan ludahnya melihat mereka dari atas sampai bawah. Lekuk tubuhnya mirip gitar Spanyol. Seksi dan aduhai!

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel