Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3 Istri Majikan yang sangat menggoda

Tak lama kemudian, Darto dan Amina berjalan bersama-sama menuju ke ruang makan. Seperti biasa Amina mengenakan baju terusan ketat sepanjang lutut. Kedua bahu jenjangnya tampil mulus karena baju yang dikenakan Amina hanya sampai sebatas dada.

Anto hampir memuntahkan kopinya menatap kedua bola yang hanya tertutup pada kedua ujungnya itu. “Sialan! Nyonya majikan ini, sekalipun sudah empat puluh tahun masih saja terlihat seksi dan montok!” Serunya sambil menyeruput kopinya. Darto dan Amina duduk berhadapan di kursi meja makan. Amina menghadap ke arah dapur, jadi wanita itu bisa melihat ke mana arah mata si Anto. Amina dengan sengaja mengangkat pinggulnya. Meja makan yang agak tinggi itu tentu bisa membuat pahanya yang mulus tampil sempurna dari posisi Anto berdiri saat ini. Dengan sengaja Amina menunjukkan pakaian dalamnya di dalam rok pendek milikya. Kain brokat warna ungu muda itu memperlihatkan bulu-bulu hitam serta bentuk bibir organ intim milik Amina.

Anto tanpa sadar meraba-raba celananya sendiri sambil menelan ludahnya. “Seksi sekali, mulus, dan lebat, pasti enak kalau dijilat dan dihisap! Sialan! Otakku jadi semrawut melihat milik Nyonya Amina! Nggak nahan!” Keluh Anto. Pria itu buru-buru membawa kopinya menuju ke beranda depan. Dia sangat malu karena sejak tadi majikan wanitanya itu malah sengaja mengusap-usap organ intimnya sendiri di bawah meja seraya menatap liar ke arah dirinya. Anto berjalan tergesa melintasi ruang makan.

“To, kamu mau ke mana? Sudah sarapan belum?” Tegur Amina begitu melihat Anto malah sengaja kabur keluar dari dalam dapur.

Langkah kaki Anto terhenti, pria itu menutupi kejantanannya menggunakan satu tangannya sambil menunduk dalam-dalam. Sementara Darto lima menit yang lalu menyusul Sarinten di dapur karena pelayan rumahnya itu belum membawakan kopi miliknya.

Kini tinggal Anto dan Amina di dalam ruang makan tersebut. Anto tidak berani menatap Amina. Masih tetap menunduk seperti awal dia menghadap sang majikannya itu.

“Sudah Bu, tadi pagi-pagi sekali, Sarinten sudah antar ke depan.” Ucapnya tanpa berani menatap wajah Amina, tapi malah melihat organ intim milik Amina yang kini terpampang di bawah meja dan sepertinya Amina sengaja memanggilnya untuk menunjukkan itu padanya. Amina sendiri dengan santai membuka pahanya seraya mengusap-usap bulu-bulunya yang kini keluar dari kain brokat itu. “To, nanti pas berangkat ke toko, ibu minta bantuan kamu sebentar. Buat potong ini...” ucap Amina sambil mengelus bulu-bulu miliknya itu.

Wajah Anto memerah, pria itu hanya bisa mengangguk. “Iya Bu, tapi Pak Darto..”

“Yah, kamu ini, ya jangan bilang sama Bapak!” Amina menarik lengan Anto, supir tersebut terpaksa membuka tutupan telapak tangannya pada organ vital miliknya yang terlihat menonjol di balik celana panjang yang dia kenakan sekarang. “Wah, To, punyamu besar juga, ya?” ucap Amina sambil mengelusnya dengan jemarinya yang lentik.

“Bu, geli, akhh, Bu..” Anto merasa sangat senang sekali merasakan jemari lembut itu mengusap-usap miliknya. Amina juga membawa tangan Anto untuk menyentuh miliknya.

“To, seperti ini, emmm, enak sekali To, ouhh.” Amina membawa jemari Anto agar menekan-nekan tonjolan kecil miliknya.

“Punya ibu basah, pasti gurih kalau dijilat..” ucap Anto mencoba memberanikan diri, toh Amina juga tidak ragu memberikan selangkangannya itu untuk dia obok-obok seperti sekarang.

***

Di dapur, Darto menatap Sarinten yang kini sedang sibuk memasak sayur untuk makan siang orang-orang di peternakan belakang. Di peternakan itu juga Narti, istri dari Anto si supir bekerja.

“Ten? Mana kopiku?” Tanya Darto sambil berdiri dengan jarak dekat menghimpit tubuh Sarinten di meja dapur. Sarinten kaget sekali, Darto selalu saja sengaja mengagetkannya seperti itu sejak dia bekerja di rumah itu.

Sarinten tidak bisa bergerak lantaran tindakan Darto, jadi wanita itu hanya berucap lirih sambil mengusap perut Darto di belakang punggungnya.

“Itu Pak, di sebelah sana..” bisiknya pelan, sambil menoleh ke samping lantaran Sarinten merasakan sentuhan kumis tebal Darto pada daun telinga kanannya. Rupanya Darto sudah siap untuk menyambut bibir pembantu dapur itu.

“Ummh, ummmhh.” Sarinten melenguh karena bibirnya tersumbat akibat lumatan bibir Darto pada bibirnya.

“Ten, hmm, enak bibirmu. Emhhh..” lenguh Darto seraya menahan sisi kepala Sarinten untuk menyambut lumatan bibirnya. Tangan Darto yang nakal mulai menyentuh gundukan mulus yang lupa dikancingkan itu. Meremas-remasnya dan mengeluarkannya dari daster.

“Pak, sudah, nanti Ibu tahu bisa gawat.” Bujuk Sarinten pada Darto.

“Enak nggak Ten? Jawab dulu, aku suka sama dadamu ini..” Darto menelan ludahnya sambil memencet menarik ujungnya.

“Ouuh, Pak, enaaaak, ssshhh, aaah.”

Darto tersenyum senang, pria itu beralih pada organ intim Sarinten. “Ten, kok kamu nggak pakai celana, mau mancing aku ya?” Tebak Darto penuh percaya diri.

“Nggak Pak, mana berani Rinten goda Bapak yang gagah dan ganteng? Auhhh Pak, Rinten nggak kuat, ouhhh.. Pak ampun..” Sarinten merem melek lantaran Darto menekan-nekan tonjolan kecil pada area intim miliknya.

“Aku suka sekali Ten, punyamu lebat sama kayak punya istriku, aroma bumbu dapur pada tubuhmu ini bikin aku pengen genjot.” Rayu Darto padanya.

“Paaak, ouuh, Pak, geli, sudah Pak, ampun.. Rinten mau keluar.. ouuhhh enak Pak.. Aaakhhhh!” Sarinten kembali klimaks. Sudah lebih dari tiga kali dia mengeluarkan klimaksnya pagi ini. Sarinten merasa sangat puas.

“Ouuh Ten, aku jilat sebentar Ten. Aku mau icipi!” Darto menoleh ke kanan dan ke kiri, lalu memutar Sarinten agar menghadap padanya. “Angkat dastermu Ten, buruan, mumpung Ibu masih makan!”

“Iya, Pak..” Rinten menarik ke atas dasternya. Darto dengan buas segera menghisap dan menjilatinya sambil meremas-remas bokong Rinten yang semok.

“Emmh, Ten enak sekali punyamu, emmmhh enak Ten, aku senang sekali.”

“Ouukkhh Pak, ouuhh, sedotanmu Pak, bikin aku kliyengan! Ouhhh!”

Darto segera berhenti, pria itu berdiri dan menatap wajah Sarinten. “Kliyengan? Kamu pusing Ten? Nanti ke kamarku kalau selesai masak. Aku punya obat biar nggak pusing.” Ucapnya sambil mengusap dan menyesap gundukan kenyal pada dada Sarinten.

“Nanti siang Pak? Rinten kan harus ke peternakan, Bapak juga harus ke sana kan? Hayo?”

“Oh iya, aku lupa!” Darto menepuk keningnya sendiri. “Em, kira-kira kapan Ten? Aku sudah seminggu nggak kamu kasih jatah!” Seru Darto terang-terangan.

“Bapak, ah.. kapan-kapan saja, Bapak susul Rinten di dalam kamar seperti biasa. Rinten layani sampai Bapak puas..” Ucapnya dengan tatapan genit.

“Kamu memang tokcer Ten! Seksi! Bohay! Dan pinter muasin majikan! Nanti aku kasih tambahan lagi, beli kosmetik yang mahal, biar ayu kayak Nyonyamu!” Serunya seraya mengecup kembali bibir Sarinten.

“Iya, Pak, nanti Rinten beli bedak biar wangi dan Bapak makin betah saat genjot Rinten.” Ucapnya terang-terangan.

“Sudah aku mau ke ruang makan dulu..” pamit pria itu pada pelayan tersebut.

Di dalam ruang makan..

“Ih, emm, enak To, aku pengeeen.. nanti ya, Bapak sudah balik!” Amina buru-buru melepaskan organ intim Anto. Anto juga berpura-pura menunduk seolah sedang mendapatkan wejangan khusus dari sang majikan bahenolnya! Anto segera undur diri dan pergi menuju beranda.

“Ibu itu mbok ya jangan keras-keras sama Anto, kasian dia. Mukanya sampai memerah gara-gara Ibu marahi.” Seru Darto pada istrinya.

“Iya, Pak. Ibu janji nggak akan marahi dia lagi, la habisnya dia selalu begitu.. lamban kurang sat-set Pak..” Ucap Amina dengan nada merengek manja.

“Ibu sudah makan belum? Itu nasinya kok masih utuh? Nanti lapar lagi di jalan? Apa perlu Bapak minta Rinten bawakan bekal di jalan?” Tanya Darto sambil menatap kedua gundukan mulus milik Amina.

“Ah, nggak usah Pak, aku beli nanti pas di jalan.” Amina segera berdiri dari kursinya, dia ingin segera berangkat ke toko miliknya. Jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Dia tidak ada waktu lagi untuk berdua dengan Anto kalau terlalu siang. Amina melambaikan tangannya pada Darto sambil menenteng tasnya berjalan dengan gayanya yang seksi keluar dari dalam ruang makan menuju ke beranda luar.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel