Pustaka
Bahasa Indonesia

Budak Gairah Terlarang

214.0K · Ongoing
Jackie Boyz
187
Bab
40.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

21++ Mengandung konten sensitif “Ouuh, Pak Darto!” Pekikan Sarinten sambil menyibakkan roknya sampai ke pinggang. Sementara Darto sang majikan sedang asiknya mengulum area di antara kedua paha mulus janda bahenol pelayan rumahnya tersebut. “Ten, punyamu gurih sekali!” Celoteh Darto yang sudah lupa anak lupa istri. “Pak Darto, enak Pak ... terus Pak, ouuh, jangan berhenti..” Sarinten membuka kedua pahanya lebar-lebar sambil merem-melek menikmati lidah sang majikan! Karena kesibukan Amina, sang istri. Darto terpaksa berselingkuh dengan Sarinten pelayan di dalam kediamannya. Sarinten yang seksi dan bahenol itu sangat menggoda bagi Darto yang selalu tidak tahan untuk tidak melakukan hubungan badan walau jeda sehari. Sarinten sendiri yang sudah lama menjanda juga bersedia melayani Darto di dalam kediaman majikannya itu. Darto tak hanya memberikan uang sebagai imbalan, tapi pria itu juga memberikan belaian yang selama ini tidak dia dapatkan semenjak diceraikan oleh suaminya!

Mengandung Diluar NikahbadboyPengkhianatanMenantuWanita CantikRomansaPernikahanplayboyPerselingkuhanDewasa

Bab 1 Menikmati Tubuh Istriku

Pagi-pagi sekali Sarinten menyiapkan sarapan untuk keluarga Darto. Janda berusia 32 tahun beranak satu tersebut sudah enam bulan bekerja di kediaman Darto sejak diceraikan oleh suaminya.

Darto memiliki istri sambung bernama Amina, wanita berusia 40 tahun pengelola empat toko perhiasan. Saat menikah dengan Amina Darto sudah memiliki dua orang anak dari istri pertamanya yang sudah meninggal, mereka bernama Wati berusia 25 tahun baru lulus kuliah dan yang satu bernama Devan. Devan sudah menikah dengan Yuyun. Saat ini Devan masih tinggal bersama Darto karena belum memiliki rumah sendiri.

Di dalam kamar Darto..

Kebetulan Amina masih mandi dan bersiap-siap di dalam kamarnya, Darto yang selalu ingin mendapatkan jatah tubuh si istri belum mendapatkannya sejak semalam lantaran Amina pulang larut. Meskipun sudah berusia 40 tahun, tubuh Amina yang selalu rutin perawatan dan juga minum vitamin membuat wanita itu terlihat ayu dan awet muda.

Amina keluar dari dalam kamar mandi dalam kamarnya hanya mengenakan sehelai handuk. Darto sudah sikat gigi dan cuci muka di westafel samping kamar mandi dalam kamarnya, melihat istrinya keluar dengan penampilan seperti itu, Darto langsung menyerbu dan menciumi lehernya. Jemari Darto tidak mau tinggal diam, dengan gemas dan penuh nafsu pria berkumis itu meraba-raba organ kewanitaan istrinya. Amina sendiri juga sangat senang karena gairah suaminya tak pernah kunjung surut. Dengan napas menggebu Amina merangkul kedua bahu Darto sambil membalas ciuman Darto. Amina mengangkat satu kakinya, dia sangat menikmati kocokan Darto yang awalnya pelan kini semakin lama semakin cepat hingga membuat area kawanitaan berbulu itu menjadi sangat basah dan licin!

“Pak, ah, Pak! Geli, Pak.. ouhh! Terus Pak, enak, ouuh. Pak nggak tahan aku.” Suara erangan nikmat Amina terdengar sampai keluar kamarnya. Devan yang memiliki kamar bersebelahan dengan Darto sering juga mendengar rengekan manja ibu dan bapaknya itu. Meski mereka sudah berumur tapi hasrat di ranjang belum surut sama sekali. Malahan semakin menggila dalam beberapa bulan terakhir.

Suara becek organ intim dalam kocokan cepat jemari Darto terdengar sampai keluar kamar mereka berdua. Devan baru saja keluar dari dalam kamarnya, Yuyun istrinya sudah pergi ke ruang makan untuk menikmati sarapan bersama Lili dan Aldi putra-putri mereka. Karena pintu sebelah kamarnya masih terbuka sedikit, iseng-iseng Devan mengintip dalam kamar Darto. Memang anak tidak tahu diri!

“Apaan sih? Masa Bapak sama Ibu sudah hampir pukul setengah tujuh masih..” Devan bergumam lalu melongo menyaksikan betapa buasnya Darto menyesap ujung kecokelatan pada bukit kembar yang sangat putih dan mulus milik ibu tirinya itu. Amina janda kaya itu bersedia dipinang Darto, mereka berdua baru menikah kurang lebih satu tahun ini. Devan terpaksa menelan ludahnya melihat ibu tirinya begitu seksi dan super hot. Devan menatap bulu area kewanitaan milik Amina yang kini dalam kocokan jemari Darto. Devan terpaksa menelan ludahnya sendiri gara-gara melihat itu.

Rupanya Amina diam-diam mengetahui kalau putra sulung tirinya sedang menyaksikan adegan tersebut. Dengan sengaja Amina membawa Darto menuju ke arah ranjang yang menghadap ke pintu. Amina membuka kedua pahanya sambil bersandar pada sandaran tempat tidur, Amina sengaja sekali membuka kaki mulus itu lebar-lebar lalu menekan kepala Darto untuk melumat organ intimnya yang basah.

“Ouuh, terus Pak, ouuh, enak Pak, terus, aahhh.” Amina meremas dan memilin puncak bukit kenyal pada kedua dadanya seraya menggigit bibir bawahnya sendiri sambil menatap ke arah Devan yang sedang mengintip di luar pintu.

Devan tanpa sengaja bertemu tatap dengan ibu tirinya tersebut, pria itu mendapatkan tatapan liar dan penuh nafsu dari sang ibu. Rupanya Amina mengetahui kalau celana yang dikenakan Devan sekarang tengah menonjol akibat kejantanannya yang tidak bisa dikondisikan! Tatapan liar dari sang ibu tiri membuat Devan menelan ludahnya sendiri.

“Pak, ayo genjot Pak, aku nggak tahan.” Pinta Amina pada Darto.

“Iya Bu, ah Bu, enak sekali Bu, keset dalamnya basah luarnya!” Racau Darto sambil menggenjot sisi basah penuh bulu lebat milik Amina. “Ouh, Bu, ouuh, ah, emmm, ah.. enak sekali Bu.”

Devan melihat pinggul Darto sedang menyodok organ intim Amina. Milik bapaknya ternyata lumayan besar dan panjang sama seperti miliknya yang sudah berjejalan ingin mendapatkan jatah sama seperti Darto.

Devan terus melihat tubuh mulus Amina yang kini sedang melakukan servis super panas di atas ranjang dalam kamar tersebut. Ranjang Darto sampai berderit-derit akibat genjotan cepat dan liar dari pemiliknya.

Devan sejak tadi sibuk menelan air ludahnya sendiri, dia tidak bisa melakukan hubungan badan karena istrinya Yuyun akan pergi bekerja, di sana hanya ada Amina dan juga Sarinten si pelayan dapur.

Saat itu Sarinten sudah selesai menyiapkan sarapan, jadi dia ingin memanggil Amina seperti biasa untuk segera menikmati sarapan selagi hangat. Baru berjalan setengah jalan, rupanya dia dicegah oleh Devan. Sarinten kaget sekali karena Devan tiba-tiba menarik tangannya masuk ke dalam kamar mandi yang ada di sisi samping ruang televisi.

“Ten, mau ke mana. Bantuin aku dulu sebentar saja..” ucapnya pada si pelayan bahenol itu. Mata Devan tertuju pada bukit kembar Sarinten yang masih terbalut daster warna ungu sepanjang lutut. Devan langsung meremas-remas dari luar baju Sarinten sambil melumat bibir pembantu itu dengan penuh nafsu.

“Mas Devan, ouuh, Mas,” Sarinten anehnya tidak menolak. Malahan wanita itu membuka kancing dasternya sampai kedua bukit kenyal itu tampil di luar baju.

“Ten, jangan bilang-bilang sama Bapak kalau aku minta bantuan kamu pagi ini.” Ucapnya sambil mengusap organ intim Sarinten yang ternyata tidak mengenakan penutup sama sekali. “Uuh, Ten, wah pepekmu basah sekali Ten, ouuh pasti enak Ten kalau digenjot, bulumu juga lebat dan banyak Ten.. ouhh, ummh.” Devan mendesah-desah sambil mengusap-usap organ intim milik pembantu rumahnya.

“Mas sekarang saja, ouhh, aku sudah nggak tahan lagi.” Sarinten mengangkat satu kakinya lalu menumpukannya di atas kloset. Wanita itu juga menarik keluar rudal Devan si majikan lalu langsung mengusap-usapkan pada organ intim miliknya agar cepat melesak masuk ke dalam.

“Ten, seksi sekali kamu, kamu juga sangat pandai memuaskan gairahku.” Ucap Devan sambil memaju-mundurkan bokongnya. Organ intim mereka berdua sudah menyatu satu sama lain. Sarinten memeluk kedua bahu Devan sambil merem-melek menikmati gesekkan rudal besar milik anak majikannya itu.

“Cepet Mas, agak cepat lagi, aku sepertinya sudah mau keluar! Ouh, ah, ah, ah, ya, begitu mas..ouuh Mas, enak sekali Mas Dev!” Sarinten sudah lupa daratan. Sejak diceraikan oleh Naryo si suami, belum pernah disentuh lagi oleh seorang pria. Keinginan Devan pagi ini membuat wanita itu melepaskan hasratnya yang sudah enam bulan dia tahan. Sarinten menerima genjotan dari Devan sampai merasa puas.

“Kamu keluar Ten, cairanmu banyak sekali sampai turun ke paha.” Ucap Devan lalu memutar tubuh Sarinten agar berdiri memunggunginya. Sarinten meremas-remas tepian bak mandi sambil menerima genjotan dari belakang punggungnya. Bokongnya yang padat berisi menjadi remasan gemas si Devan yang terus menghentakkan pinggulnya menyodok liang basah milik Sarinten.

“Ouuh, Mas, aohh, enak Mas, terus Mas..”

“Ten punyamu enak, Ten, aku mau muncrat! Ouuh! Teeen, ouuuh!” Devan mengguyur bokong mulus milik pembantu itu dengan cairan kenikmatan yang dikeluarkannya.

“Mas, aahh, kok malah dituang di luar, harusnya tetap saja di dalam, aku pengen menikmati semburan kencengnya!” Seru wanita itu seraya memutar tubuhnya lalu berjongkok di depan Devan untuk menghisap sisa-sisa cairan dari tonggak Devan.

“Iya, Ten, oouh, enak Ten! Wah kamu pintar sekali Ten, bikin nggak tahan aku saja!” Ucap pria itu sambil meremas dan memaju-mundurkan kepala Sarinten untuk melahap kejantanannya.

“Mas, ummhh.” Sarinten menggumam tidak jelas.

Di ruang makan Yuyun ingin segera mengantar Lili dan Aldi, tapi Devan tak kunjung menunjukkan batang hidungnya sejak setengah jam yang lalu.

“Mas Devan ke mana sih, aku kan mau ke kantor. Masa dia tidur lagi!” Omel Yuyun seraya berdiri dari kursinya.

Devan masih di dalam kamar mandi, dia mendengar suara langkah kaki istrinya menuju ke arah kamar. Buru-buru sekali dia melepaskan mulut Sarinten yang masih melumat organ vital miliknya.

“Ten, sudah dulu, Yuyun sepertinya nyariin aku, gawat kalau ketahuan sama dia, nanti.” Ucapnya seraya buru-buru menaikkan kembali resleting celana pendek selutut miliknya. Devan mengintip melalui celah pintu. Saat Yuyun melintas dari depan pintu dia buru-buru menutup pintu kamar mandi tersebut.