Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 10 Sangat bergairah

“Mumpung Rinten di belakang, ayo ikut aku sebentar.” Ajak Devan dengan sedikit memaksa tanpa melepaskan mainan dalam sentuhan jemarinya. Devan membawa langkah kaki Narti menuju ke kamar tempat Sarinten menyetrika dan melipat baju cucian di sebelah ruangan tersebut. Narti mengukir senyum simpul menatap Devan sangat bergairah, terlebih lagi pria itu tidak segan-segan memberikan pujian serta ucapan manis padanya.

Narti menelan ludahnya, wanita itu sedari tadi menahan ujung roknya agar tinggal di atas pinggangnya. Mana mungkin Narti bisa menolak pesona Devan!

“Mas, uhhh, oukkhhh, terus Mas, ouhhh, yeah, kocok terus Mas.. ouuhh..” Narti merem-melek menikmati kocokan jemari Devan pada liang intim miliknya.

“Nar, baringan di sini, Nar. Ayo.. tongkatku sudah nggak bisa nunggu. Nanti daripada Rinten tahu mending kita selesaikan sekarang saja, ayo!”

Devan memaksa Narti agar rebah di atas dipan besi yang hanya beralaskan tikar tebal tersebut. Narti melepaskan celananya, lalu membuka pahanya. Devan mulai mengambil ancang-ancang untuk mendorong tongkatnya ke dalam organ intim Narti. Pria itu menggosokkan ujung tongkatnya, sampai cairan dari dalam liang sempit dan basah itu semakin basah.

“Ck, ck, ck, ck, ouh, Mas Dev, akkhh, enaknya Mas, ummh, ahhh, terus mas Dev, Narti suka sekali, ouuh, Mas.. nggak nahan aku Mas, emhh, akhh.”

Suara decakan dari dua organ intim itu membuat Devan semakin gemas untuk memainkan sisi luar area berbulu itu.

“Nar, ouhh aku genjot sekarang ya? Basah dan enak, ouuh, Nar, ouhh, ahh. Seksi sekali Nar, ouuh, ahhh.”

Devan mulai mendorong kejantanannya masuk ke dalam area basah milik Narti. Kejantanan miliknya terasa tertelan begitu dalam. Narti sangat pandai memainkan otot-otot sisi dalam organ intimnya untuk memanjakan Devan. Devan menyodokkan dengan hentakkan super cepat.

“Ah, mas, ahhh, ahh, akhh, awhh, Mas Dev.. oukhh! Kenceng banget Mas, ahhh, ah, akh!” Narti terus memekik sambil menahan kedua pahanya menggunakan kedua lengannya. Wanita itu sangat menikmati dorongan cepat Devan pada organ intim miliknya.

“Oukh, Nar, ouuh, makin basah! Kamu keluar belum ooukhhh, akh, akh!” Devan terus menggenjot sampai tubuh Narti berguncang dengan sangat cepat. Pinggul wanita itu terdorong naik berulangkali.

Devan memegangi kedua sisi pinggang Narti seraya terus menghentakkan pinggangnya untuk mendapatkan apa yang dia mau dari wanita itu.

“Ammhhh, oukhh, Mas, aku nggak kuaaat, oukhhhhhhhh!” Narti menjerit lumayan keras, bunyi deritan ranjang besi tersebut sampai terdengar dari luar pintu.

Sarinten sudah kembali dari dapur, dan dia mendengar suara erangan manja Narti dari ruang setrika. Wanita itu penasaran ingin melihat apa yang terjadi di dalam sana. Tapi dia urungkan niatnya lantaran Nardi, karyawan peternakan datang ke kediaman Darto untuk membantu Narti membawakan makan siang para karyawan di peternakan.

“Loh Naaaaardiiii! Kok kamu ke siiiiiiiiniiiii?! Ngapaaaainnnn??!!” Sarinten sengaja memperkeras volume suaranya, sampai Devan dan Narti yang sedang bercinta sempat menghentikan aksi mereka lantaran mendengar pertanyaan dari Sarinten kepada Nardi yang hampir mirip dengan suara semprong pelatih pramuka tersebut!

“Nardi? Nardi datang ke sini, Mas! Buruan Mas, keluarkan semuanya!” Narti ikut menggoyangkan pinggulnya untuk memanjakan Devan dari bawah tubuh pria tersebut.

“Ohhhh, Nar, goyangan pinggulmu! Bikin anuku, oukkhhh!” Devan terus menggenjot area basah milik Narti sampai cairannya meluber-luber licin merata. “Ouukhhh, Naarrrtiiiii sayaaaanggg! Aku crooooottttttt! Ukhhhhh! Ummhhh!” Dengan gemas Narti membekap bibir Devan menggunakan telapak tangan kanannya karena Devan terlalu berisik.

“Jangan kenceng-kenceng, Mas! Nanti Nardi dengar bisa mati aku!” bisik Narti pada Devan.

Devan yang sudah mendapatkan kepuasan segera menganggukkan kepalanya. Pria tersebut segera menarik diri dari atas tubuh Narti. Perlahan narti melepaskan bekapan pada bibir Devan, keduanya saling menatap organ intim milik satu sama lain.

Devan senang sekali melihat lelehan semburan laharnya mulai meluber keluar dari celah sempit yang kini memerah akibat ulahnya itu. Narti juga menatap tongkat Devan yang kini masih berdiri tegak tak tergoyahkan meski sudah mengeluarkan inti sarinya.

“Mas punyamu masih berdiri, bentuknya bagus sekali, berurat dan besar, serasi dengan tubuh Mas Devan yang tinggi atletis mirip Mas Indra Burgman.” Pujinya pada Devan. Narti tersipu-sipu lalu memberanikan diri mengulurkan tangannya untuk menyentuh kejantanan Devan. Narti mulai mengelusnya dengan lembut naik-turun. Narti juga menjulurkan lidahnya lalu mulai mengulumnya dengan pagutan lembut.

“Akhh, Nar, enak sekali usapanmu ini! Ouhh! Aku nggak pengen nyudahi hubungan kita. Tapi, akhhh, ouhh, kamu sepertinya sudah nggak minat sama aku, oukkh Nar, jangan diemut!” Pekik Devan sambil meremas-remas tengkuk Narti. “Nar, aku ouuhh, ini enak sekali Nar.. ouhh, lidahmu, kenyotan bibirmu, ouhh lembut dan ouhhh, ahhh!” Devan mulai mendongak nikmat.

Nardi dan Sarinten mulai bertukar pandang satu sama lain, mereka mendengar erangan Devan. Sarinten merasa serba salah karena sudah gagal memperingatkan Narti di dalam sana. Kini Nardi sudah tahu apa yang dilakukan oleh Narti dan Devan di balik pintu tersebut.

“Ten?” Tegur Nardi sambil membantu pelayan tersebut menatap piring ke dalam tas.

“Iya, Nar?” Sarinten membungkuk lantaran sendoknya jatuh.

Tanpa sengaja Nardi menatap pangkal paha serta lipatan dalam organ intim Sarinten dengan bulu-bulu di sekitarnya.

“Ten, kamu nggak pakai celana to?” Tanyanya dengan tatapan liar lalu menghimpit Sarinten pada tepian meja.

“Nardi, jangan, Nar, aku oukhh, Nar, nakal kamu..” bisik Sarinten sambil meremas lengan Nardi yang kini sudah menyelinap di antara kedua pahanya. Nardi dengan gencar mulai memilin-milin tonjolan kecil milik Sarinten.

“Basah lo Ten, aku gejrot sekalian ya? Mau kan?” tawarnya sambil mengedikkan dagunya ke arah kamar Sarinten di sebelah kamar mandi dapur.

“Nardi, kamu itu masih perjaka, oukhhh, Nar, jangan digelitikin, aku ouhhh..” Sarinten menahan satu kakinya dengan menumpukannya di atas kursi.

Nardi dengan senang hati mengocok area intim tersebut menggunakan jemarinya sampai cairan Sarinten jatuh berceceran di lantai.

“Aku memang perjaka, perjaka status doang, Ten, aku ouhh sudah pengen Ten. Oukhh! Becek banget Ten, ouhhh!” Nardi tidak sabar, pria itu menarik turun resletingnya dan mulai mendorong tonggak miliknya untuk memenuhi hasrat Sarinten dan juga hasratnya sendiri. Tidak peduli dengan posisi mereka berdua sedang berada di mana sekarang.

Sarinten memeluk erat-erat punggung Nardi menggunakan kedua lengannya, sementara Nardi dengan gencar mengaduk-aduk liang basah Sarinten menggunakan kejantanannya. Diremasnya kedua bukit kembar milik Sarinten menggunakan jemari tangan kanannya lalu dihisapnya kuat-kuat, serta tangan kirinya menahan pinggul bahenol Sarinten dalam genggaman tangannya agar tusukan tonggaknya tidak meleset keluar.

“Oukh, Ten, enak banget, oukhh, bahenol kamu Ten, ouhhh!”

“Nar, kamu hebat, oukhh, aduk terus, uhhh, emhhh, Nardi... ouhhhh! Nar! Aku mau muncraaattt! Ouhhhh!”

“Ten, aku percepat, Ten, Tennnn, Teeeenn! Aku ouukhhhhhh!” Nardi akhirnya berhasil mengeluarkan laharnya. Pria itu sangat puas sekali, beruntung Narti dan Devan juga belum keluar.

Dua pasangan itu akhirnya sukses menikmati hasratnya masing-masing. Malu-malu Narti berjalan keluar dari dalam ruangan setrika. Sementara Devan menyusul selang lima menit setelah Narti.

Karena memang kebiasaannya yang jahil, Nardi sengaja menegur Narti walau dia tahu Narti baru saja selesai memberikan servis pada Devan.

“Narti, kamu habis senam aerobik to? Masa bajumu basah kuyup begitu? Itu kancingnya juga belum dikancingin yang atas, gunung kembar kamu sampai kelihatan!” Seloroh Nardi dengan sengaja.

Narti kaget sekali, wanita itu segera membetulkan kancing bajunya. Devan sedari tadi hanya berdiri di luar pintu ruang setrika, pria itu merasa tidak senang mendengar ocehan Nardi. Jika di luar rumah, mungkin sudah dia tonjok hidung si Nardi karena kesal.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel